Sungai Omeh BP-EB-PRM-02 - Repositori Universitas Andalas BP EB PRM 02

75

J. Payo Tangkuluak

Cerita payo tangkuluak ini merupakan sebuah kisah yang menceritakan seorang anak yang durhaka pada ibunya. Payo atau Payau adalah tanah yang bercampur lumpur yang biasa terdapat di- sawah-sawah atau di rawa-rawa. Sedangkan Tangkuluak adalah selen- dang yang biasa digunakan oleh masyarakat masa dahulu.. Dahulu, di Jorong Rambatan ada seorang ibu tua yang memiliki seorang anak perempuan, Hari demi hari ia bekerja di sawah orang untuk meme- nuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi si anak sama sekali tidak pernah peduli akan perjuangan seorang ibu yang telah membesarkannya. Ia selalu durhaka pada ibunya, tidak pernah mau membantu, apalagi membalas jasa. Malahan ia malu untuk mengakui kalau orang tua miskin itu adalah ibunya. Suatu ketika, sang ibu mengajak si anak untuk pergi membeli padi kerumah seorang raja yang kaya raya, karena perjalanan ke- tempat raja cukup jauh, maka sesampai di sana ibunya meminta se- gelas air untuk pelepas dahaga, tetapi si anak tiba-tiba berkata pada raja, wahai raja, ambilkan saja air minum dengan tempurung kelapa, karena dia hanyalah budak ku, kata si anak pada raja tersebut. Men- dengar perkataan tersebut, ibunya pun menangis dan bersedih hati. Namun si ibu tetap tabah dan sabar melihat perlakuan anaknya. Ti- dak lama kemudian, setelah selesai membeli padi akhirnya mereka pun pulang, dan dalam perjalanan pulang, si ibu kelelahan dan ti- dak sanggup lagi membawa sekarung padi yang baru saja dibelinya. Ia pun meminta pada anaknya untuk membawakan padi tersebut. Tetapi si anak malah memaki-maki ibunya, sambil berjalan mening- galkan ibunya sendirian dalam keadalan memikul sekarung padi. Padahal ibunya dalam keadaan sakit. akhirnya ibu pun merasa ke- cewa, dan menangis melihat sikap anaknya yang sama sekali tidak memperdulikannya. ibu pun akhirnya berdoa pada Tuhan sambil berkata dilulua payau la kau nak. Tidak lama kemudian tiba-tiba di da- 76 lam perjalanan menuju pulang, tiba-tiba tanah yang diinjak si anak tadi berubah menjadi payau. Si anak pun akhirnya tenggelam dalam sebuah payau, sampai akhirnya menghilang ditelan tanah, dan yang kelihatan pada saat itu hanyalah tangkuluak saja. Oleh sebab itulah tempat itu diberi nama Payo Tangkuluak.

K. Asa Usua Kampuang Rabu

Dahulu, di Jorong Rambatan sekarang ini ada sebuah kampung kecil yang dinamakan Kampuang Rabu kampung rabu. Tempat itu disebut Kampung Rabu karena di sana dahulunya banyak terdapat tumbuh tumbuhan Rebung Rabuang. Tempat itu dahulunya adalah hutan, dan bukanlah sebuah perkampungan. Namun seiring berja- lannya waktu, datanglah beberapa orang dari Nagari Limo Kaum ke sana, disana mereka bekerja sama membersihkan hutan tersebut, dengan tujuan ingin mendirikan sebuah pemukiman yang baru. Sete- lah tempat itu dibersihkan, barulah mereka tinggal di sana. Oleh karena tempat itu dahulunya banyak terdapat tumbuhan Rebung, maka mereka memberi nama tempat tersebut Kampuang Rabu, karena dahulunya masyarakat disana mengistilahkan Rebung dengan istilah Rabuang. Maka akhirnya karena pengaruh logat kata Rabuang tiba-tiba berubah bunyi menjadi Rabu. Namun sekarang tempat tersebut sudah berubah nama menjadi Jorong Rambatan.