Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang
obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibaginak kepada
para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih
terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
2. Saham di-delist di bursa Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan
di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalkan dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdangkan, mengalami
kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selam beberapa tahun, dari berbagai kondisi lainnya sesuai dengan
peraturan pencatatan efek di bursa.
3. Saham diberhentikan sementara suspensi Disamping dua risiko diatas, risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang
menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham
mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas
yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham
tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham diperdagangkan kembali seperti semula.
4. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan
menempati posisi yang lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua
aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan membagikan kepara para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru
dibagikan kepada para pemegang saham. Saham di-delist di bursa. Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah karena kinerja yang buruk,
misalkan dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa.
2.3 Harga saham
Harga saham menurut Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap
investor untuk penyertaan dalam perusahaan.
Harga saham tidak dapat diramalkan secara pasti. Harga saham di pasar modal sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan demand dan penawaran
supply. Semakin banyak investor yang membeli saham, maka harga saham tersebut akan tinggi. Harga saham di dalam perdagangan dan investasi adalah
harga yang mengacu pada harga saham terkini dalam perdagangan saham. Indikator harga saham menggambarkan banyak hal tentang apa yang sebenarnya
pada saat ini sedang terjadi di antara pembeli dan penjual. Indikator harga saham bukan hanya menggambarkan harga pasar, tetapi juga menggambarkan siapa yang
saat ini sedang memegang kendali di pasar modal. Informasi terbaru yang masuk ke pasar modal akan menyebabkan investor membeli atau menjual saham. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya pergerakan harga. “Dengan membandingkan harga saham saat ini dengan harga saham masa lalu, dapat disimpulkan bahwa informasi
tersebut memberi dampak positif atau negatif terhadap harga saham di pasar modal” McDowell, 2008.
Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi nilai suatu perusahaan maka harga sahamnya akan semakin tinggi dan
demikian sebaliknya. Pergerakan harga saham searah dengan kinerja suatu perusahaan. Oleh sebab itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat
memperhatikan harga sahamnya. Jika harga saham suatu perusahaan rendah maka dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Untuk itu investor
sangat memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi, menjual atau
mempertahankan sahamnya.
Menurut Situmorang 2008, menyatakan bahwa saham memiliki 3 tiga macam nilai, yaitu:
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut 2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum dalam kurs resmi jika saham tersebut
diperdagangkan di bursa 3. Nilai interinsik, yaitu nilai ekonomis saham.
Menurut Situmorang 2008, berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dapat dibedakan atas 3 tiga jenis, yaitu:
1. Nilai nominal par value Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan
akuntansi, namum tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. 2. Harga dasar base price
Pada hakikatnya harga dasar adalah harga perdana dan dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Untuk saham yang baru, maka harga dasar
tersebut merupakan harga perdana. 3. Harga pasar market price
Harga pasar adalah harga pada pasar yang senyata riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan, karena merupakan harga dari suatu saham
pada pasar yang sedang berlangsung, dan jika pasar sudah ditutup maka harga pasar tersebut adalah harga penutupannya. Harga pasar tersebut yang
sesungguhnya menyatakan naik-turunnya suatu harga saham dan setiap hari diumumkan di media massa.
Setiap saat harga saham di pasar modal selalu mengalami perubahan. Untuk itu, investor atau calon investor harus mampu mengamati dan memilih
saham mana yang akan dibeli, dijual atau dipertahankan dan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut. Menurut Weston dan
Brigham 2001, faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah: 1. Laba per lembar saham Earning Per ShareEPS
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham
EPS yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang
lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 2. Tingkat bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara : a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi,
apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal
sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami penurunan. b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,
semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan
mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah kas dividen yang diberikan
Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba
ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan
mempengaruhi harga saham perusahaan. 5. Tingkat resiko dan pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
Menurut Basir dan Fakhruddin 2005, harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham
dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya order yang dimasukkan ke sistem
JATS Jakarta Automated Trading System. Di lantai Bursa Efek Indonesia terdapat lebih dari 400 terminal komputer di mana para pialang di lantai bursa
dapat memasukkan order yang diterima dari nasabah. Masuknya order-order
tersebut baik jual maupun beli akan berpotensi terjadinya transaksi pada harga tertentu sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan harga. Dalam
perdagangan saham dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham, seperti yang dikemukakan Darmadji dan Fakhruddin 2006 yaitu:
1. Previous price menunjukkan harga saham saat penutupan pada hari sebelumnya.
2. Open atau opening price menunjukkan harga saham saat pembukaan sesi I perdagangan pada jam 09:30 WIB pagi.
3. High atau highest price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
4. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
5. Last price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. 6. Change menunjukkan selisih antara harga saham pembukaan dengan harga
saham terakhir yang terjadi. 7. Close atau closing price menunjukkan harga saham saat penutupan sesi II
perdagangan pada jam 16:00 WIB sore.
2.4 Volume Perdagangan Saham