yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari
satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi bond sedangkan dana jangka
panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa common stock dan saham preferen preferred stock. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu
tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dimana surat berharga efek- efek diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek stock exchange
Martono, 2001. Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin 2006 mengemukakan
bahwa “pasar modal capital market merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang,
ekuitas saham, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya”. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang maupun modal
sendiri.
2.2 Saham
Saham stock atau share adalah surat berharga yang paling populer di antara surat berharga lainnya yang ada di pasar modal dan dikenal luas di dalam
masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbatas Darmadji dan
Fakhruddin, 2006. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan diperusahaan tersebut. Ekspektasi atau motivasi setiap investor adalah mendapatkan keuntungan
dari transaksi investasi yang mereka lakukan. Imbalan tunai kepada pemilik saham biasanya diberikan dalam 2 dua yaitu: dividen tunai dan keuntungan atau
kerugian modal capital gain Brealey et al, 2008. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang membagikan kepada
pemegang saham. Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu sendiri, bisa berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham. Sedangkan
capital gain, didapat berdasarkan selisih harga jual saham dengan harga beli. Dimana keuntungan didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli
saham. Menurut Darmadji dan Fakhruddin 2006, ada beberapa risiko yang
dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu: 1. Tidak Mendapatkan Dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen
jika mengalami kerugian.
2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian seorang investor mengalami capital loss.
Disamping resiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan
dengan potensi risiko lainnya, yaitu: 1. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi,
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang
obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibaginak kepada
para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih
terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
2. Saham di-delist di bursa Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan
di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalkan dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdangkan, mengalami
kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selam beberapa tahun, dari berbagai kondisi lainnya sesuai dengan
peraturan pencatatan efek di bursa.
3. Saham diberhentikan sementara suspensi Disamping dua risiko diatas, risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang
menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham
mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas
yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham
tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham diperdagangkan kembali seperti semula.
4. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan
menempati posisi yang lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua
aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan membagikan kepara para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru
dibagikan kepada para pemegang saham. Saham di-delist di bursa. Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah karena kinerja yang buruk,
misalkan dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa.
2.3 Harga saham