Perlindungan Karya Cipta Asing

Cipta, sebagai tanda pengakuan terhadap hasil karya intelektual seseorang yang telah dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran. Persoalan yang harus dipecahkan dalam memberikan perlindungan hak cipta pada abad informasi ini adalah bagaimana menciptakan perangkat hukum yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan-perubahan teknologi yang sangat cepat. Ketentuan hukum yang kaku akan menyebabkan hukum “ketinggalan kereta”, karena itu perangkat hukumnya perlu disempurnakan sehingga lebih luwes dalam penerapannya.

E. Perlindungan Karya Cipta Asing

Dalam indu stri musik nasional, karya-karya rekaman yang beredar dan dinikmati masyarakat tidak hanya merupakan karya rekaman produksi dalam negeri tetapi juga karya rekaman produksi luar negeri. Masalah perlindungan hak cipta asing yang beredar di Indonesia diatur oleh Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 Pasal 48 yang ketentuannya berbunyi : a. Semua ciptaan yang bukan warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia. b. Semua ciptaan yang bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indoensia, dan bukan badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia. c. Bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia dengan ketentuan : Universitas Sumatera Utara 1. Negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dengan negara Indonesia. 2. Negara Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam suatu perjanjian multiteral yang sama mengenai perlindungan Hak Cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan Hak Cipta. Apabila diteliti secara mendalam, isi dari pasal 48 bahwa, apabila seseorang pencipta telah menciptakan sebuah lagu, maka hasil ciptaan itu harus diumumkan pertama kali di Indonesia. Namun yang menjadi permasalahan adalah apabila ciptaan tersebut diciptakan oleh warga negara asing maka ciptaan tersebut tidak dapat dilindungi hukum Indonesia, karena secara otomatis ia akan mengumumkannya di luar Indonesia negara asal, sehingga kalau ciptaan tersebut dibajak maka ia tidak dapat menuntut haknya. Ketentuan ini dirasakan kurang fair, karena apabila pencipta tersebut adalah warga negara asing, dia mencipta dan tidak berfikir apakah lagunya akan diedarkan di Indonesia. Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi pencipta asing tersebut, sehingga mereka memaksa diri mendahulukan mengumumkan pertama kali di Indonesia, oleh karena semata- mata untuk mendapat perlindungan di Indonesia. Keberadaan karya musikal asing di Indonesia menempati presentase yang tidak begitu besar jika kita bandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapore, Malaysia, Filipina dan lain-lain. Saat ini segmen pasar karya rekaman asing mencapai 20 dua puluh persen dari keseluruhan peredaran album rekaman di Indonesia, dengan demikian kita masih dapat Universitas Sumatera Utara berbesar hati karena ternyata industri rekaman nasional masih bertahan sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Sampai sejauh ini karya rekaman asing yang beredar di Indonesia secara legal, dilakukan melalui pemberian lisensi dari perusahaan asing pemilik hak atas karya rekaman kepada perusahaan-perusahaan rekaman nasional, yang kemudian menggandakan dan mengedarkannya kepada masyarakat. Dalam industri musik Internasional dikenal beberapa perusahaan raksasa yang menguasai sebahagian besar produksi-produksi album rekaman Internasional. Perusahaan-perusahaan tersebut dikenal dengan sebuah lima besar Five Major yaitu EMI Record Inc, Sony Music, Polygram, WEA dan BMG, yang merupakan perusahaan rekaman berbadan hukum Eropa dan Amerika. Kelima perusahaan rekaman tersebut diatas sebelumnya memberikan lisensi kepada perusahaan-perusahaan rekaman nasional untuk memproduksi dan mengedarkan berbagai album produksi mereka di Indonesia. Tetapi sejak tahun 1996, perusahaan-perusahaan asing raksasa tersebut berdiri sendiri di Indonesia dan hanya mendistribusikan album-album yang mereka produksi melalui rekaman perusahaan lokal. Bahkan beberapa perusahaan dari perusahaan tersebut memiliki saham mayoritas dari perusahaan rekaman nasional. Akan tetapi selain pengaruh yang menguntungkan seperti diatas, kita harus mengantisipasi dari sejak dini pengaruh negatif yang cenderung timbul dalam industri musik nasional karena keberadaan karya rekaman asing. Dalam konteks implementasi Undang-undang Hak Cipta, Faktor utama yang harus diatasi adalah Universitas Sumatera Utara pelanggaran hak cipta terhadap karya asing baik pelanggaran hak cipta lagu-lagu asing maupun pelanggaran terhadap hak atas karya rekaman. Presiden juga telah mengesahkan persetujuan pemberian perlindungan hukum secara timbal-balik Hak Cipta atas rekaman suara Sound Recording. Pemufakatan ini memakai bentuk penukaran surat Exchange of Letters yang telah ditanda tangani di Brussel oleh Kepala perwakiln RI pada tanggal 27 April 1988. Masyarakat Eropa diwakili oleh anggota Komisi Masyarakat Eropa bidang hubungan luar negeri dan perdagangan. Yang kemudian disahkan dalam Keppres No. 17 Tahun 1988. perlindungan hukum ini berlaku secara timbal-balik, arti perlindungan akan diberikan terhadap produk rekaman suara dari pihak negara- negara anggota masyarakat eropa yang beredar di Indonesia, dan sebaliknya diharapkan juga produk-produk hasil karya warga negara Indonesia yang di edarkan di Eropa akan mendapat perlindungan serupa. Namun pada kenyataannya perlindungan yang dimaksud dalam pemufakatan itu lebih banyak memberikan perlindungan terhadap kaset-kaset luar negeri yaang beredar di Eropa. Sehingga justru lebih banyak memberikan lebih banyak perlindungan kepada pihak pencipta lagu dan rekaman luar negeri daripada sebaliknya. Melihat hal ini maka Indonesia lebih memilih bentuk kerja sama di bidang perlindungan Hak Cipta ini adalah dengan persetujuan bilateral daripada persetujuan multilateral. Jika ditinjau lebih jauh perlindungan karya cipta asing dalam tatanan hukum positif Indonesia, secara faktual masih terbatas pada perjanjian-perjanjian bilateral tentang perlindungan hak cipta dengan negara lain serta atas karya cipta Universitas Sumatera Utara karya cipta yang diumumkan untuk pertama kalinya di Indonesia. Karena dalam pasal 48 Undang-undang Hak Cipta, karya cipta asing yang dilindungi adalah karya cipta yang penciptanya merupakan warga negara dari negara yang mempunyai perjanjian bilateral dengan Indonesia tentang perlindungan Hak Cipta, diumumkan pertama kali di Indonesia, atau negara penciptanya merupakan anggota dari satu perjanjian multilateral manapun tentang perlindungan hak cipta. Karya cipta asing dalam industri rekaman yang mendapat perlindungan pertama kali di Indonesia adalah hak atas karya rekaman suara Sound Recording Right yang merupakan hak milik dari warga negara atau badan hukum dari beberapa negara yang termasuk dalam European Community Masyarakat Eropa, yakni Belgia, Denmark. Belanda. Inggris. Perancis, Irlandia, Italia dan Spanyol. Berdasarkan perjanjian bilateral Indonesia dengan European Comunity pada tanggal 27 April 1988 dan diratifikasi dengan Keppres No. 17 Tahun 1988. Pada tahun 1989 Indonesia menandatangani perjanjian perlindungan hak cipta dengan Amerika Serikat, yang kemudian diratifikasi dengan Kepres No. 25 Tahun 1989. sehingga kemudian hak cipta atas lagu serta hak atas karya rekaman milik warga negara maupun badan hukum Amerika juga mendapat perlindungan. Beberapa tahun kemudian tahun kemudian Indonesia menandatangani perjanjian tentang perlindungan hak cipta dengan Australia pada tahun 1992, yang diratifikasi dengan Keppres No. 38 Tahun 1993. Sudah jelas dengan adanya perlindungan yang hendak diberikan kepada rekaman-rekaman pencipta lagu Barat ini di dalam wilayah Republik Indonesia, pihak akan ditambah kewajibannya dengan memikul biaya membayar royalti yang Universitas Sumatera Utara akhirnya akan juga diteruskan kepada konsumen. Akan tetapi dari segi moral, hal ini merupakan keuntungan yang positif bagi citra negara dan pemerintah kkita yang hendak mengakui dan melindungi ciptaan asing di dalam wilayah Indonesia. Jika pihak Indonesia tidak terikat perjanjian bilateral maupun multilateral, maka perlindungan hasil ciptaan luar negeri di dalam wilayah RI akan minim sekali karena terikat oleh syarat yang ditentukan dalam Undang-undang Hak Cipta Indonesia, yaitu bahwa disyaratkan adanya publikasi atau peredaran pertama kali di Indonesia. Hal inilah yang sukar dipenuhi, baik untuk buku-buku maupun kaset lagu-lagu yang diciptakan di luar negeri serta kemudian diedarkan dalam wilayah Indonesia, syarat ini yang seringkali menjadi penghalang untuk memberikan perlindungan positif kepada hasil karya ciptaan luar negeri karena pembuktian tentang penertiban pertama kali di Indonesia ini sukar dipenuhi. Usaha dari para pihak usahawan dan produsen Amerika Serikat supaya dapat diberi perlindungan seluas mungkin dengan jalan “tekanan” politis dan ekonomis di berbagai bidang ternyata tidakberdiri sendiri. Kebijakan yang dianut pula oleh pihak pemerintah mereka ialah usaha untuk memberikan proteksi sedapat mungkin terhadap produksi mereka sendiri dan menggalakkan ekspor ke luar negeri. Negara-negara berkembang yang dianggap tidak memberikan perlindungan bagi hak intelektual dari warga negara Amerika Serikat “ditakut- takuti” bahwa mereka juga tidak akan diberikan fasilitas-fasilitas secara timbal balik atau diadakan sanksi pinjaman yang hendak diberikan kepada suatu tindakan memveto pinjaman-pinjaman yang hendak diberikan kepada suatu negara yang tidak memberikan perlindungan melalui wakil negara Amerika di Bank Dunia. Universitas Sumatera Utara Dengan latar belakang ini juga harus kita lihat-lihat tindakan-tindakan akhir-akhir ini yang telah dilakukan oleh pemerintah kita agar kaset-kaset luar negeri diberi perlindungan. Bukan hanya negara kita yang mengalami desakan dari pihak Amerika, namun juga negara-negara Asia lainnya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Hak Cipta yang baru yaitu Undang-undang No. 19 tahun 2002 yang merupakan perubahan dari Undang- undang No. 12 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1987 diharapkan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan bagi pengaturan dalam rangka perlindungan hukum yang lebih memadai. Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 lahir sebagai penyempurnaan dari Undang-undang terdahulu, untuk memenuhi kebutuhan bagi peraturan dalam rangka kebutuhan hukum yang lebih memadai. Karena dilihat dari kenyataan yang datang sekarang ini banyak negara yang mengandalkan perekonomiannya dari produk-produk yang dihasilkan atas kemajuan intelektual manusia, seperti karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Hal inilah merupakan tujuan utama UUHC yaitu memberikan perlindungan kepada pencipta dibidang karya pengetahuan seni dan sastra. Dalam undang-undang Hak Cipta Tahun 2002 ini penyempurnaan mencakup berbagai ketentuan tentang perlindungan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya. Juga perlu diadakan pengecualian daripada pelanggaran terhadap Hak Cipta, jangka waktu perlindungan ciptaan, hak dan wewenang melakukan gugatan. Topik penulisan skripsi ini adalah mengenai perlindungan hak cipta menurut Undang-undang No. 19 tahun 2002 dalam menunjang industri musik di 74 Universitas Sumatera Utara