Pola – pola pengalihan Hak Cipta

BAB III HAK CIPTA DALAM INDUSTRI MUSIK

A. Pola – pola pengalihan Hak Cipta

Dalam konteks pengaturan perundang – undangan kita, pengaturan tentang pengalihan hak cipta sudah tertera dengan jelas. Dalam pasal 3 ayat 1 Undang – undang Hak Cipta dijelaskan bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak sehingga pengalihannya dapat dilakukan krena pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik Negara atau melalui perjanjian. Dalam pasal 3 Undang – undang Hak Cipta ayat 2 dinyatakan dengan tegas bahwa pengalihan hak cipta melalui perjanjian harus dilakukan dengan akta, dengan ketentuan bahwa pengalihan itu hanya menyangkut wewenang yang tertulis dalam akta tersebut. Untuk memberikan gambaran tentang bentuk – bentuk pengalihan hak cipta dalam industri musik, berikut ini akan diuraikan secara skema gambaran umum rangkaian kerja dalam industri musik nasional : Penyanyi Penggandaan Penata Rekaman Stiker Ppn Musisi Studio Promosi hak atas karya rekaman suara 38 Pencipta Penerbit musik publisher Produsen Distributor Agen Konsumen Lagu Master Rekaman Hak cipta Universitas Sumatera Utara Pencipta mengalihkan sebagian hak cipta atas lagu ciptaannya kepada produser berdasarkan kesepakatan tertentu. Kemudian produser rekaman akan memilih penyanyi, penata rekaman, musisi pendukung, serta menyewa studio dan menyediakan sarana yang dibutuhkan seperti pita dan lain-lain untuk menghasilkan sebuah master rekaman. Semua biaya yang timbul sepenuhnya menjadi tanggungan produser. Dengan lahirnya sebuah master rekaman baru, maka bersamaan dengan itu, lahir pula hak milik yang tidak berwujud yang menjadi hak eksklusif produser, yaitu hak atas karya rekaman suara Sound Recording Right, secara teoritis hak tersebut merupakan suatu hak yang berdampingan dengan hak cipta yaitu Neighbouring Right. Hak berdampingan dapat disebut dengan istilah Hak Terkait. Hak Terkait secara tegas diatur dalam Pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, sebagai berikut: “Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan ijin atau memberikan pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak danatau menyewakan karya rekaman suara atau tanpa rekaman bunyi.” Dalam sebuah album rekaman suara yang beredar di masyarakat terkandung dua bentuk hak yang berbeda satu sama lain, yaitu hak cipta atas karya musikal lagu dan hak atas karya rekaman. Hak cipta atas sebuah karya musikal lagu merupakan hak milik pencipta lagu tersebut, sedangkan hak atas karya rekaman yang bersangkutan baik perorangan maupun perusahaan. Universitas Sumatera Utara Meskipun demikian jangka waktu perlindungan hak cipta atas karya rekaman suara berbeda dengan hak cipta atas lagu. Jika hak cipta atas karya musikal lagu dilindungi seumur hidup pencipta ditambah 50 lima puluh tahun setelah pencipta meninggal dunia Pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, maka hak atas karya rekaman suara dilindungi hanya selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media audiovisual bagi pelaku Pasal 50 ayat 1 huruf a dan bagi Produser Rekaman perlindungan diberikan 50 lima puluh tahun sejak karya tersebut selesai direkam Pasal 50 ayat 1 huruf b. Dalam hubungan antara produser rekaman suara dengan pencipta lagu seharusnya ada sebuah lembaga yang berfungsi mengatur hak-hak ekonomi pencipta serta memberikan pelayanan administrasi terhadap kedua belah pihak tersebut. Lembaga ini berfungsi sebagai instrumen pendukung implementasi perlindungan hak cipta dalam industri musik. Kita mengenalnya sebagai music publisher penerbit musik yang menjalankan fungsi sebagai pengelola hak cipta berdasarkan pengalihan hak dari pencipta lagu. Dalam industri musik nasional penerbit musik hadir sekitar 20 tahun yang lalu akan tetapi sejak tahun 1994 mulai berkembang beberapa penerbit musik atas dukungan perusahaan-perusahaan rekaman nasional. Dalam perkembangannya pada tahun 1997 penerbit musik yang ada di Indonesia telah memiliki asosiasi sendiri yang dikenal dengan nama APMINDO Asosiasi Penerbit Musik Indonesia. Universitas Sumatera Utara Kalau dilihat dengan prospektif yang lebih luas kehadiran penerbit musik dalam industri musik nasional merupakan perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya lembaga ini maka di masa yang akan datang, seorang pencipta lagu tidak perlu bersusah payah mengelola dan melakukan kepentingan- kepentingan bisnis secara langsung atas karya ciptanya. Dengan demikian diharapkan para pencipta lagu dapat lebih berkonsentrasi pada proses kreatif dalam kapasitas mereka sebagai seniman. Tanpa harus disibukkan oleh hal-hal administratif dalam mengelola hak cipta lagu-lagu mereka, serta kesibukan untuk memasarkan lagu-lagu tersebut. Pihak penerbit musik akan bekerja untuk kepentingan pencipta mulai dari melakukan inventaris lagu, memasarkan, mempersiapkan kontrak, menagih royalti dari pihak yang menggunakan lagu-lagu tersebut dan menyerahkan royalti yang menjadi hak pencipta secara berkala pada pencipta yang bersangkutan. Disisi lain para produser rekaman suara juga akan sangat tertolong dengan adanya lembaga ini, karena produser tidak perlu lagi mencari pencipta satu persatu jika ingin menggunakan lagu mereka. Disamping itu produser juga akan mendapat kepastian hukum atas lisensi yang akan mereka gunakan, dengan pola administrasi yang lebih rapi. Dengan kondisi seperti yang dijelaskan di atas, kita mengharapkan atmosfir yang lebih baik dalam tatanan industri rekaman nasional terutama dalam hal pengalihan hak cipta. Produser rekaman akan melakukan transaksi lebih lanjut dengan pihak distributor untuk mendistribusikan album rekaman yang diproduksinya kepada Universitas Sumatera Utara konsumen. Dalam jalur distribusi, distributor akan melakukan transaksi melalui beberapa agen, dengan menggunakan harga PPD Price Published to Dealer. Dan selanjutnya agen akan mendistribusikannya melalui toko-toko eceran untuk seterusnya sampai ke konsumen. Pada saat album rekaman sampai ke tangan para agen biasanya dalam saat yang bersamaan promosi terhadap album rekaman tersebut sudah mulai dilaksanakan melaui media massa. Promosi biasanya dilakukan oleh produser sendiri, walaupun tidak tertutup kemungkinan dilakukan oleh distributor, akan tetapi beban biaya promosi sepenuhnya menjadi tanggungan produser rekaman. Satu hal yang perlu dicatat dalam rangkaian kerja di atas adalah bahwa dalam prakteknya perusahaan-perusahaan rekaman yang besar biasanya sekaligus menjadi distributor dan produser rekaman. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dalam industri musik internasional.

B. Hak Cipta dan Hak atas Karya Rekaman Suara