kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank Islam adalah seolah- olah melakukan jual beli atau sewa menyewa uang dari bentuk mata uang yang
sama dengan memperoleh keuntungan darinya. Jual beli yang dilarang ini seperti jual beli rupiah dengan rupiah.
Jaminan kebendaan terhadap utang, bank Islam pada dasarnya tidak mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam, sebab barang yang dijamin
pembelianya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang peminjam belum lunas.
Pendapatan non halal, sebagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia yang cukup heterogen ini, bank islam tidak dapat lepas dari kondisi tersebut. Bisa
jadi bank Islam tidak dapat mengindarkan diri sama sekali dengan transaksi bunga yang telah mengakar sekian tahun lamanya. Oleh karena itu pendapatan non halal
ini diperuntukkan bagi muslim yang terkena musibah atau yang bersifat sosial.
2.1.6 Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Dalam UU No 10 Th 1998, bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut :
a Prinsip keadilan, prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan keuntungan, yang disepakati antara bank
dengan nasabah. b Prinsip kesedarajatan, bank syariah menepatkan nasabah penyimpan dana
dan nasabah penguna dana. c Prinsip ketentraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan
prinsip dan kaidah muamalah islam, antara lain tidak adanya unsur riba
Universitas Sumatera Utara
serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir dan bathin.
2.1.7 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat BPR
Bank Perkreditan Rakyat BPR menurut undang-undang UU perbankan No.7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan
pada UU perbankan No. 10 tahun 1998, di sebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank malaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip Syariah. Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan ushanya berdasarkan prinsip
syariah selanjutnya di atur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.3136KEPDIR1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang bank prekreditan rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini ,secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan yang operasinya mengunakan prinsip-prinsip
Syariah Islam.
2.1.8 Tujuan Pendirian BPR Syariah Dalam Rangka Restrukturisasi Perekonomian Indonesia
Berdirinya BPR Islam di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermu’amalah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian kuat
umat Islam di Indonesia juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan
keuangan, moneter, perbankan secara umum. Secara khusus adalah mengisi
Universitas Sumatera Utara
peluang terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga Rate Interest yang kemudian di kenal dengan bank tampa
bunga. Warkum Sumitro; 1997 Menurut Radoni dan Hamid 2008;44 adapun yang menjadi tujuan BPR Syariah
antara lain: • Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah • Mengurangi urbanisasi
• Menambah lapangna kerja, terutama di kecamatan – kecamatan • Meningkatkan pendapatan perkapita
• Membina semngat ukhuwa islamiah melalui kegiatan ekonomi • Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan
masyarakat pedesaan • Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan
• Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sederhana
• Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat. Dengan demikian BPR syariah dapat turut memobilisasi modal untuk keperluan
pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat dan menabung.
2.1.9 Produk – produk BPR syariah