Kualitas Pelayanan Publik ANALISIS DATA

90 Ombudsman serta keinginan memperbaiki kinerjanya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Lalu hal kedua dan yang paling penting adalah bergantung pada kuat atau tidaknya wewenang yang dimiliki oleh Lembaga Ombudsman yang membuat para pejabatinstansi terlapor mau tidak mau harus memenuhi rekomendasi dari Ombudsman. Oleh karena itu, keberadaan Undang-undang No.37 tahun 2008 dapat dikatakan sebagai penguat legislasi keberadaan Ombudsman sehingga para pejabatinstansi terdorong untuk memberikan tanggapan atas setiap rekomendasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Ombudsman. .

V.2. Kualitas Pelayanan Publik

1. Bukti Langsung Tangable . Ukuran kualitas pelayanan publik yang pertama yaitu dilihat dari bukti langsung yang dapat dilihat yaitu meliputi fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan, dan sarana komunikasinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Asisten Penanganan Keluhan Lembaga Ombudsman, ternyata diperoleh informasi bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan publik selama ini banyak ditemui aparatur yang sering bermalas-malasan, arogan, bahkan sampai meminta imbalan kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan. Informasi tersebut diperoleh dari laporan-laporan masyarakat kepada Pihak Lembaga Ombudsman selama ini. Jika dilihat dari fakta tersebut, maka dapat dinilai bahwa kondisi aparatur pelayanan publik saat ini masih dikatakan dalam keadaan buruk, apalagi bagi aparatur yang meminta imbalan kepada masyarakat, padahal mereka digaji oleh negara yang sesungguhnya berasal dari pajak masyarakat memang untuk Universitas Sumatera Utara 91 menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, jadi tidak etis bila mereka masih juga meminta imbalan kepada masyarakat yang dilayani. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan publik saat ini belum diterapkan prinsip pelayanan publik berupa kedisiplinan, keramahan, dan kesopanan. 2. Daya Tanggap Responsiveness. Ukuran kualitas pelayanan publik selanjutnya yaitu daya tanggap atau responsivitas dari instansi maupun aparatur pemerintah atas kebutuhan masyarakat. Daya tanggap tersebut menyangkut kepekaan dari para aparatur penyelenggara negara akan suatu situasi yang dialami oleh masyarakat. Masih berdasar informasi yang didapat dari informan yang sama, diketahui bahwa daya tanggap oleh Aparatur Pemerintah dalam melayani masyarakat masih sangat lamban. Salah satu kelambanan daya tanggap aparatur Pemerintah yaitu pernah adanya kejadian jalan rusak di lingkungan seorang warga namun ternyata setelah dilaporkan tidak juga mendapat respon dari Pemerintah. Hal tersebut di atas menunjukkan masih lemahnya perhatian dan kesadaran dari aparatur penyelenggara negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Dan dapat dikatakan bahwa aparatur pemerintah belum menunaikan prisip pelayanan publik yang bertanggung jawab. 3. Keadilan Reliability . Keadilan merupakan salah satu aspek yang menunjang terciptanya kualitas pelayanan publik yang baik. Keadilan yang dimaksud berupa komitmen para aparatur penyelenggara negara untuk memberikan pelayanan yang menjanjikan Universitas Sumatera Utara 92 dengan segera dan memuaskan, di mana dalam pemberian pelayanan tersebut harus dihindari praktek diskriminasi dalam bentuk apapun. Dalam praktek penyelenggaraan pelayanan publik selama ini, masih didapati banyaknya perilaku diskriminasi yang dilakukan oleh para aparatur negara dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Tidak jarang para aparatur lebih mengutamakan pelayanan kepada masyarakat yang berduit ketimbang masyarakat kecil yang tidak berpunya. Hal tersebut menggambarkan bahwa rasa keadilan pada diri para aparatur sangatlah tipis sekali. Hal tersebut juga menyingkap bahwa para aparatur negara belum menerapkan prinsip-prinsip pelayanan publik dalam menjalankan tugasnya. 4. Jaminan assurance . Jaminan merupakan salah satu aspek yang penting yang wajib dipenuhi dalam menciptakan suatu kualitas pelayanan yang baik. Jaminan dalam pelayanan publik antara lain mencakup kemampuan para aparatur memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, bebas dari kesalahan dan sifat dapat dipercaya yang ditunjukkan oleh para aparatur penyelenggara negara tersebut. Namun dalam prakteknya selama ini, lagi-lagi didapati masih banyaknya aparatur yang menempati posisi yang tidak sesuai dengan kemampuan, sehingga banyak pelayanan publik yang dilakukan ternyata berada di luar kompetensinya. Dari data laporan masyarakat yang diterima Lemabaga Ombudsman selama tahun 2006 hingga tahun 2007 tercatat ada 9 laporan dari masyarakat yang mengeluhkan adanya aparatur yang melakukan pelayanan yang sebenarnya berada di luar kompetensinya, akibatnya dalam hal ini banyak Universitas Sumatera Utara 93 kesalahan yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas pelayanan publik sehingga lagi-lagi masyarakat lah yang harus menjadi korbannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa jaminan yang ditawarkan oleh aparatur penyelenggara negara masih belum dapat membuat masyarakat merasa percaya dan tenang, serta belum diterapkannya prinsip keamanan dan kejelasan serta akurasi dalam pemberian pelayanan publik. 5. Empati Emphaty Definisi pengukur kualitas pelayanan publik yang terkahir yaitu Empati atau kounikasi yang baik antara apartur penyelenggara dengan masyarakat dalam pelaksanaan tugas pelayanan publik. Komunikasi yang baik tersebut termasuk adanya perhatian yang diberikan oleh aparatur penyelenggara negara atas kebutuhan mayarakat. Dalam penyelengaraan pelayanan publik selama ini ternyata rasa empati dari pihak aparatur pemerintah kepada masyarakat masih cukup buruk. Hal ini dilihat dari masih banyaknya kesulitan yang dialami masyarakat dalam mengurus suatu urusan administrasi. Masih banyak aparatur yang tidak memberikan informasi dan komunikasi yang baik kepada masyarakat sehingga masyarakat menjadi kebingungan ketika harus mengurus keperluannya. Hal tersebut menunjukkan masih lemahnya perhatian dan rasa peduli dari para aparatur kepada masyarakat. Dan menunjukkan belum terlaksananya prinsip pelayanan publik dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan negara. Universitas Sumatera Utara 94

V.3. Implementasi Kebijakan Undang-Undang No.37 Tahun 2008 dalam Me

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

Kewenangan Gubernur Dalam Rangka Pembinaan Dan Pengawasan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

0 69 174

Peranan Lembaga Ombudsman Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Lembaga Ombudsman Perwakilan Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam)

20 168 112

EKSISTENSI LEMBAGA OMBUDSMAN DALAM PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI PROVINSI LAMPUNG

0 15 73

Analisis Hukum Terhadap Tanggung Jawab Penilai Kerugian Asuransi Dalam Industri Asuransi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014

0 0 3

Analisis Hukum Terhadap Tanggung Jawab Penilai Kerugian Asuransi Dalam Industri Asuransi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014

0 0 23

Analisis Hukum Terhadap Tanggung Jawab Penilai Kerugian Asuransi Dalam Industri Asuransi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014

0 0 12

Analisis Hukum Terhadap Tanggung Jawab Penilai Kerugian Asuransi Dalam Industri Asuransi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014

0 0 1

Analisis Hukum Terhadap Tanggung Jawab Penilai Kerugian Asuransi Dalam Industri Asuransi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014

0 0 7

KEWENANGAN LEMBAGA OMBUDSMAN DALAM MENGAWASI TINDAKAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH PEMERINTAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA | ALHAM | Legal Opinion 9295 30373 1 PB

0 1 18