24
kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karaktersitik para partisipan yakni menolak atau mendukung, bagaimana sifat
opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi Implementor
Ini mencakup tiga hal, yakni: a respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, b kognisi,
pemahaman para agen pelaksana terhadap kebijakan, dan c intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan 1: model implementasi van meter dan van horn
B. Model Merilee S. Grindle 1980
Merilee menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Keunikan model
Universitas Sumatera Utara
25
Grindle terletak pada pemahaman yang komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan implementor, penerima implementasi, dan
arena konflik yang mungkin akan terjadi serta sumber daya yang akan diperlukan selama proses implementasi. Secara konsep dijelaskan bahwa model implementasi
kebijakan yang dikemukakan Grindle menuturkan bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada
kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya.
Isi kebijakan yang dimaksud meliputi: 1.
Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan interest affected. 2.
Jenis manfaat yang dihasilkan tipe of benefit. 3.
Derajat perubahan yang diinginkan extent of change envisioned. 4.
Kedudukan pembuat kebijakan site of decision making. 5.
Para pelaksana program program emplementation. 6.
Sumber daya yang dikerahkan resources commited.
Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud meliputi: 1.
Kekuasaan power. 2.
Kepentingan strategi aktor yang terlibat interest strategies of actors involved.
3. Karakteristik lembaga dan penguasa institution and regime
characteristics. 4.
Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana compliance and responsiveness.
Universitas Sumatera Utara
26
C. Model Mazmanian dan Sabatier 1983
Model ini disebut sebagai model kerangka analisis implementasi. Mazmanian dan Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan
kedalam tiga variabel, yaitu: 1.
Karakteristik dari masalah tractability of the problems sering disebut dengan variabel independen. Indikatornya adalah:
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan.
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran.
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.
2. Karakteristik kebijakan undang-undang ability of statute to structure
implementation sering disebut dengan istilah variabel intervening, indikatornya adalah:
a. Kejelasan isi kebijakan.
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.
c. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.
d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana. e.
Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. f.
Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. g.
Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.
3. Variabel lingkungan nonstatutory variables affecting implementation
sering disebut dengan istilah dependen. Indikatornya adalah:
Universitas Sumatera Utara
27
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan
teknologi. b.
Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. c.
Sikap dari kelompok pemilih constituency groups. d.
Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.
D. Model George C. Edward III 1980