PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTS N 02 SEMARANG

(1)

i

BELAJAR SISWA KELAS VIII MTS N 02

SEMARANG

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh

Eva Widiastuti NIM.5302411014

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison)

Allah SWT akan mengangkat derajat orang beriman diantara kamu dan orang berilmu beberapa derajat (QS. Al-Mujaddlah : 1)

Sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari kesulitan-kesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha meraih sukses (booker T Washington).

PERSEMBAHAN

 Ibu (Suriah) dan bapak (Raswin) tercinta, terimakasih atas doa dan dukungannya.  Adikku, Unny dan Arizky yang telah

menjadi penyemangat.

 Mas Dhewa Exhordig Frovihandika yang telah setia dan menyemangati di saat suka maupun duka.

 Teman- teman kost zahira (Teh Ninuet) dan teman –teman kost Wisma Putri Adifit (uly, kiki, kharisa, nurdi, mb van & mba lel) yang telah memberikan bantuan dan semangat.


(6)

vi Pembimbing: Dra. Dwi Purwanti AhT, M.S.

Berdasarkan hasil observasi oleh peneliti permasalahan yang terjadi pada mata pelajaran TIK saat proses belajar mengajar adalah banyaknya siswa yang kurang memahami nama ikon pada microsoft excel 2007dan banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat menumbuhkan minat siswa.

Metode penelitian ini adalah True Experimental Design, dengan menggunakan desain penelitian Pretest-Postest Control Group Design. Sampel yang digunakan sebanyak 38 siswa kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan 38 siswa kelas VIII C sebagai kelas eksperimen. Pada penelitian ini teknik penilaian menggunakan pretest-postest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah perlakuan dan angket minat untuk mengetahui minat siswa pada mata pelajaran TIK setelah perlakuan. Analisis instrumen penelitian terdiri dari reliabilitas, vaiditas, tingkat kesukaran dan daya beda soal.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji t test pada soal pretest terhadap hasil belajar siswa diperoleh =1,119 dan = 1,999 sehingga kedua kelas tidak ada perbedaan yang siginifikan, sedangkan pada pengujian uji t test soal postest diperoleh =3,318 dan = 1,999 karena >

maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok sampel. Minat siswa pada kelas kontrol yaitu 68,92 sedangkan pada kelas eksperimen yaitu 70,55. Sehingga terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model Two Stay Two Stray dan kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan model pembelajaran TSTS dapat menumbuhkan minat siswa.

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkan minat siswa pada mata pelajaran TIK kelas VIII di MTs N 02 Semarang. Metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran pada mata pelajaran TIK kelas VIII di MTs Negeri 02 Semarang mengingat metode pembelajaran tersebut dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Two Stay Two Stay (TSTS), Diskusi kelompok, Hasil Belajar Siswa


(7)

vii

Pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di MTs.Negeri 02 Semarang”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman , M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd., Dekan FT Universitas Negeri Semarang.

3. Ibu Dra. Dwi Purwanti AhT, M.S., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Suryono, M.T. Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang.

5. Bapak Drs. Junaedi, M. Pd, Kepala MTs. Negeri 02 Semarang dan Bapak Sholihul Hadi, S. Pd, Guru TIK MTs. Negeri 02 Semarang yang telah memberikan ijin dan mendampingi penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

6. Siswa kelas VIII MTs. Negeri 02 Semarang yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.


(8)

viii

Penulis harap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Semarang, Oktober 2015 Penulis


(9)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN………..iii

LEMBAR KEASLIAN TULISAN………..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Kajian Teori ... 8

2.1.1. Pengertian Belajar ... 8

2.1.2. Hasil Belajar ... 9

2.1.3. Model Pembelajaran ... 11

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

2.1.5. Pembelajaran Koopertif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ... 12

2.1.6. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok ... 14

2.1.7. Minat ... 17


(10)

x

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Populasi dan Sampel ... 38

3.2.1. Populasi Penelitian ... 38

3.2.2. Sampel Penelitian ... 38

3.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 39

3.4. Variabel Penelitian ... 39

3.5. Prosedur Peneitian ... 40

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6.1. Kuisioner atau Angket ... 42

3.6.2. Dokumentasi ... 42

3.6.3. Tes ... 43

3.7. Teknik Analisis Data ... 48

3.7.1. Uji Prasyarat Analisis ... 48

3.7.2. Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

1.1. Hasil Penelitian ... 53

1.1.1. Deskripsi Data ... 53

1.1.2. Perbedaan Nilai Pretest dan Postest antara kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS ... 55

1.1.3. Perbedaan rata-rata minat siswa antara kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS ... 56

1.2. Pembahasan ... 58

BAB V PENUTUP ... 61

5.1. Simpulan ... 61

5.2. Saran ... 61


(11)

xi

Tabel 2.1 Fungsi Menu dan Ikon Tab Home ... 22

Tabel 2.2 Fungsi Menu dan Ikon Tab Insert ... 24

Tabel 2.3 Fungsi Menu dan Ikon Tab Layout ... 25

Tabel 2.4 Fungsi Menu dan Ikon Tab Formula... 27

Tabel 2.5 Fungsi Menu dan Ikon Tab Data... 28

Tabel 2.6 Fungsi Menu dan Ikon Tab Review ... 30

Tabel 2.7 Fungsi Menu dan Ikon Tab View ... 31

Tabel 3.1. Kriteria Daya Pembeda ... 46

Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kesukaran ... 47

Tabel 3.3. Normalitas Prestet dan Postest ... 48

Tabel 3.4 Homogenitas Pretest dan Postest ... 49

Tabel 3.5 Hasil uji t Pretest ... 51

Tabel 3.6 Hasil uji t Post Test ... 51

Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Pretest ... 53

Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Postest ... 54

Tabel 4.3 Deskripsi Minat Siswa ... 54


(12)

xii

Gambar 2.1 Pola Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray ... 13

Gambar 2.2 Langkah-langkah menjalankan Microsoft Office Excel 2007. ... 20

Gambar 2.3 Tampilan jendela microsoft excel 2007 ... 21

Gambar 2.4 Tampilan Tab Home... 22

Gambar 2.5 Tampilan Tab Insert ... 24

Gambar 2.6 Tampilan Tab Layout ... 25

Gambar 2.7 Tampilan Tab Formula ... 26

Gambar 2.8 Tampilan Tab Data ... 28

Gambar 2.9 Tampilan Tab Review ... 30

Gambar 2.8 Kerangka berpikir ... 35

Gambar 3.1 Pretest – Posttest Control Group Design ... 38


(13)

xiii

Lampiran 1. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 65

Lampiran 2. Soal Uji Coba... 66

Lampiran 3. Lembar Jawab Uji Coba Soal ... 71

Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 72

Lampiran 5. Daftar Nama Siswa Kelompok Uji Coba ... 73

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Coba Soal ... 74

Lampiran 7. Daftar nilai UTS kelas VIII C... 83

Lampiran 8. Perhitungan Validitas Butir Soal ... 84

Lampiran 9. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 87

Lampiran 10. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 88

Lampiran 11. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 90

Lampiran 12. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 92

Lampiran 13. Perhitungan Validitas Angket ... 93

Lampiran 14. Angket Minat Siswa terhadap Mata Pelajaran TIK ... 98

Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest ... 102

Lampiran 16. Soal Pretest dan Postest ... 103

Lampiran 17. Lembar Jawab Soal Pretest dan Postest ... 106

Lampiran 18. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Postest ... 107

Lampiran 19. RPP Kelas Eksperimen ... 108

Lampiran 20. RPP Kelas Kontrol... 122

Lampiran 21. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kel Kontrol ... 132

Lampiran 22. Daftar Kelompok Belajar TSTS ... 133

Lampiran 23. Data Hasil Pretest dan Postest Kel Eksperimen dan Kontrol ... 134

Lampiran 24. Uji Normalitas Data Hasil Post test Kelompok Eksperimen ... 138

Lampiran 25. Uji Varian Data Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 140

Lampiran 26. Uji t-test Data Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol 142 Lampiran 27. Uji Homogenitas Nilai Postest Kedua Kelas Sampel ... 144


(14)

xiv

Lampiran 32. Surat Ijin Penelitian ... 156 Lampiran 33. Surat Telah Melaksanakan Penelitian... 157 Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian ... 158


(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Perkembangan IPTEK yang semakin maju untuk meningkatkan suatu mutu pendidikan agar dapat bersaing dengan bangsa lain di seluruh dunia. Menurut Daoed Joesoef (Achmad Munib, 2010 : 33) menegaskan, bahwa pengertian pendidikan mengandung dua aspek yakni sebagai proses dan sebagai hasil/produk. Proses yang dimaksud adalah proses bantuan, pertolongan, bimbingan, pengajaran, pelatihan. Sedangkan hasil/produk yang dimaksud adalah manusia dewasa, susila, bertanggung jawab, dan mandiri. Pembelajaran di sekolah merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa adalah minat siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan bersungguh-sungguh. Salah satu hambatan yang sering dialami oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran adalah menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan kegiatan belajar mengajar (Widiastuti 2014: 1). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti di MTs N 02 Semarang pada tanggal 15-16 Januari 2015 tentang model pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran TIK , menurut guru pengampu yaitu Bapak Sholihul Hadi merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit bagi siswa. Sehingga banyak


(16)

siswa yang remidi saat adanya evaluasi pelajaran TIK. Model pembelajaran yang digunakan di kelas masih berpusat pada guru. Guru tidak membuat siswa untuk aktif dalam pembelajaran tersebut. Disaat guru memberi kesempatan untuk bertanya, hanya sedikit siswa yang bertanya bahkan tidak ada siswa yang bertanya. Namun disaat guru memberikan pertanyaan, mereka tidak dapat memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Hal ini karena siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya didalam memecahkan masalah. Siswa kurang percaya diri dan belum berani mengungkapkan masalah.

Proses kegiatan belajar mengajar di kelas yaitu banyaknya siswa yang kurang memahami konsep TIK pada materi microsoft excel 2007 khususnya elemen-elemen yang terdapat pada microsoft excel 2007. Sehingga ketika dihadapkan pada sebuah latihan soal yang harus diselesaikan mereka kesulitan untuk menyebutkan nama elemen tersebut secara tepat padahal mereka mengetahui fungsi dan gambar tersebut. Selain itu juga proses pembelajaran di sekolah masih bersifat monoton, kurangnya keaktifan, kurangnya komunikasi siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.

Pelajaran TIK merupakan salah satu mata pelajaran penting di SMP/MTs atau sederajat. Selain di sekolah mata pelajaran TIK juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan surat resmi/undangan menggunakan perangkat lunak pengolah kata (Microsoft word) dan perhitungan rumus-rumus menggunakan perangkat lunak pengolah angka (microsoft excel). Siswa cenderung lebih suka praktek dibandingkan belajar di kelas dan terkadang siswa lebih suka bermain dengan komputer tersebut di bandingkan praktek sesuai


(17)

dengan materi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pengalaman para pengajar, jika siswa diberi tugas terstruktur berupa soal pretest atau uraian yang agak kompleks atau sulit, maka sebagian siswa tidak mampu menyelesaikan, umumnya mereka tidak jujur atau terbuka menyelesaikan sejauh mana yang mereka kerjakan tetapi mereka tuntaskan tugasnya dengan mencontoh pekerjaan temannya. (Syarifatun 2009 : 2).

Untuk menumbuhkan konsentrasi belajar siswa terhadap mata pelajaran TIK salah satu caranya dengan menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih mengutamakan kerjasama siswa dalam memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini siswa harus aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, dan saling bertukar pikiran dengan anggota kelompok. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di MTs N 02 Semarang pada tanggal 15-16 januari 2015 diperoleh data rata-rata hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran TIK sebagian besar tidak mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan mampu untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi microsoft excel 2007 di kelas VIII MTs N 2 Semarang.

Menurut Anita Lie (2010:61) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah struktur dua tunggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Dalam tipe ini, terdapat pemberian peran sebagai tuan rumah dan tamu. Dengan


(18)

adanya peran tersebut akan memotivasi siswa untuk memahami apa yang akan disampaikan pada saat diskusi antar kelompok berlangsung sehingga kemampuan berkomunikasi siswa dapat dikembangkan. Cara kerja metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah sebagai berikut (Lie, 2010:62). (1) Peserta didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa, (2) setelah pembahasan materi dalam kelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu pada kelompok lainnya. (3) kemudian dua orang yang tin ggal dalam kelompok ini masing-masing akan bertugas untuk membagikan hasil kerja, mereka kepada 2 orang tamu yang datang pada kelompoknya, (4) setelah bertukar informasi dan pendapat dirasa telah cukup maka tamu akan mohon diri dan kembali kepada kelompoknya untuk kemudian juga akan membagikan kembali hasil temuan mereka kepada kelompoknya masing-masing, dan (5) selanjutnya kelompok akan mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti memilih judul “Penerapan Model Pembelajaran TSTS terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di MTs.Negeri 02 Semarang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Adanya perasaan segan dan malu pada diri siswa untuk bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran di kelas.


(19)

2. Rendahnya perhatian dan konsentrasi siswa selama dalam proses pembelajaran dan lebih suka mengobrol dan bergurau sendiri.

3. Kurang terbiasa siswa dalam belajar berkelompok, siswa cenderung belajar sendiri dan tidak bertanya atau berdiskusi dengan teman lainnya dalam memecahkan suatu soal yang diberikan guru.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini hanya terbatas pada materi Microsoft Excel 2007 di MTs N 02 Semarang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok ?

2. Apakah pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat menumbuhkan minat siswa ?


(20)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok.

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat menumbuhkan minat siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru

Dapat memberikan alternatif lain dalam kegiatan mengajar sehingga diharapkan pembelajaran lebih mencapai hasil yang lebih baik dan menyenangkan dan memvariasikan model mengajar di kelas sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih suatu model pembelajaran yang tepat sehingga lebih efektif dan efisien.

2. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan dan melatih siswa dalam mengemukakan pendapat saat berdiskusi dan bekerja sama dengan anggota lain sehingga siswa lebih senang dalam pembelajaran dan meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran TIK.


(21)

Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam hal model pembelajaran khususnya bagi tempat penelitian dan sekolah lainnya.

4. Bagi Peneliti

Mendapat pengalaman dan bahan referensi dalam pembelajaran di sekolah untuk mengembangkan penelitian selanjutnya demi tercapai tujuan pendidikan.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Selain pengertian diatas ada beberapa pandangan tentang definisi belajar diantaranya menurut Gagne (Prof. Dr. Syamsu Mappa, dkk. 1994:6) belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama suatu jangka waktu dan tidak sekedar menganggapnya proses pertumbuhan.

“ Learning is a change in human disposition or capability, which persists

over a period of time, and which is not simply ascribable to process of growth”. Menurut Borger dan seaborne ((Prof. Dr. Syamsu Mappa, dkk. 1994:7) mendefinisikan belajar sebagai sesuatu perubahan yang lebih/kurang bersifat permanen dalam tingkah laku manusia sebagai hasil pengalaman.

“Learning....as any more or less permanent change in behaviour which is

the result of experience”.


(23)

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut :

a. Faktor Intern

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang meliputi aspek faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif kematangan, dan kesiapan. Sedangakan faktor kelelahan meliputi kelelahan rohani dan kelelahan jasmani.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

2.1.2.Hasil Belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2010 : 69) hasil belajar merupakan perubahan

prilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.

Benyamin S.Bloom dalam Rifa’i (2012 : 70 ) menyampaikan bahwa tiga

taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu : Ranah Kognitif (Cognitive

Domain), Ranah Afektif (Affektive Domain), dan Ranah Psikomotorik (PsychomotoricDomain).


(24)

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengentahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis ( analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotorik.

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kamampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis prilaku untuk ranah psikomotorik menurut elizabeth simpson

dalam rifa’i (2012:73) adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,

gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas.

Menurut Prof. Dr.Suharsimi Arikunto, dkk (2008: 2) berpendapat bahwa ada hal lain yang juga berpengaruh dan menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik, yaitu :

1. Keadaan fisik dan psikis siswa, yang ditunjukan oleh IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosi), kesehatan, motivasi, ketekunan, ketelitian, keuletan, dan minat.


(25)

2. Kapasitas guru yang mengajar dan membimbing siswa, seperti latar belakang pendidikan, penguasaan keilmuan, baik kontent ataupun metodologis, dan kemampuan mengajar.

3. Sarana pendidikan, yaitu ruang tempat belajar, alat-alat belajar, media yang digunakan guru, dan buku sumber belajar.

2.1.3.Model Pembelajaran

Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi. Menurut corey dalam Abdul Majid (2013:4) juga mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu.

Pada prinsipnya, pembelajaran tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut (Majid, 2013:4)

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran di kelas terdiri dari berbagai macam salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif. Menurut Agus Suprijono (2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan


(26)

oleh guru. Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk melatih peserta didik untuk bekerja sama dengan peserta didik lain dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru.

Ciri – pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam keompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bila mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya dan jenis yang

berbeda

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individual.

Jadi, pada model pembelajaran kooperatif ini pembagian anggota kelompok seimbang antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya.

2.1.5.Pembelajaran Koopertif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Menurut Anita Lie (2010:61) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah struktur dua tunggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain.

Terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif antara lain : Mencari pasangan, bertukar pasangan, berpikir berpasangan berempat, berkirim salam dan


(27)

soal, kepala bernomor terstruktur, TSTS, keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, lingkaran kecil lingkaran besar, tari bambu, jigsaw, dan cerita berpasangan (Lie, 2010:55). Dari pengertian metode TSTS bahwa metode ini mempunyai ciri khusus yaitu pembelajaran dengan kelompok yang terdiri dari 4 orang, dimana 2 orang tinggal dikelompoknya sebagai sumber informasi dan 2 orang lagi bertamu untuk mencari informasi dari kelompok lain

Adapun teknik dalam model TSTS (Lie, 2010:62) adalah sebagai berikut : 1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa; 2) setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain; 3) dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikanhasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka; 4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain; 5) kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Berikut ini pola pembelajaran kooperatif teknik TSTS:

Gambar 2.1 Pola Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS A1 B1

C1 D1

A3 B3 C3 D3 A2 B2

C2 D2

Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 1

B2 C3 C2

B1

C1 B3


(28)

Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif Tipe TSTS adalah sebagai berikut : model pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, lebih berorientasi pada keaktifan siswa, dapat menciptakan interaksi positif antar siswa dan antara guru dengan siswa, sehingga iklim pembelajaran menjadi lebih kondusif, membantu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menemukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu membutuhkan ebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap menyuitkan proses pengambilan suara dan kurang kesempatan untuk kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang yang berkemampuan akademis sedang, dan satu siswa berkemampuan kurang, di daam kelas yang berjumlah genap yang dapat dibagi menjadi empat siswa dalam kelompok tersebut.

2.1.6.Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok

Pengertian diskusi ditinjau dari segi bahasa dan istilah meliputi, diskusi

berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”,”investigate”(memeriksa, menyelidiki). “Discuture” berasal dari akar kata “dis” dan “cuture”. Dis artinya terpisah dan cuturu artinya menggoncang atau


(29)

memikul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya. Diskusi secara umum adaah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih,berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saing tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan suatu masalah tertentu (probelem solving).

Metode diskusi menurut Drs. M. Basyiruddin Usman M.Pd, adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbu dansaling mengaduargumentasi secara rasional dan objektif. Dengan demikian dapat dismpulakn bahwa diskusi kelompok adalah suatu cara atau metode dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu mempelajari bahan materi pengajaran dan mendiskusikannya secara berkelompok, bertukar ide, argumentasi dan referensi dalam upaya untuk mencari solusi atau jawaban dari permasalahan yang terdapat pada suatu mata pelajaran sehingga dapat mencapai hasil dan tujuan pembelajaran secara aktif dan efektif.

Langkah langkah pembelajaran diskusi kelompok

Langkah-langkah pembelajaran diskusi kelompok yaitu sebagai berikut : 1. Langkah persiapan, yaitu terdiri dari :

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi tersebut.

b. Menentukan diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapi.


(30)

d. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.

2. Pelaksanaan diskusi dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran dalam proses diskusi kelompok.

b. Menyajikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam diskusi tersebut.

c. Melaksanakan diskusi dengan aturan yang telah diterapkan.

d. Pada proses diskusi kelompok setiap siswa diberi kesempatan untuk mengeuarkan gagasan dan ide-idenya.

3. Menutup diskusi

a. Membuat ringkasan dari pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan yang akan disampaikan.

b. Mereview jalannya kegiatan diskusi kelompok.

Kelebihan Metode Diskusi Kelompok yaitu sebagai berikut : 1. Memperluas wawasan siswa

2. Dapat merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide dalam memecahakan masalah.

3. Membutuhkan partisipasi siswa menjadi ebih aktif.

4. Dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. Kelemahan Metode Diskusi Kelompok yaitu sebagai berikut :

1. Kemungkinan diskusi dikuasai siswa yang suka berbicara atau yang menonjolkan diri.


(31)

2. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 3. Peserta mendapat informasi yang terbatas. 4. Menyerap waktu yang cukup banyak.

5. Tidak semua guru memahami cara siswa melakukan diskusi.

2.1.7.Minat

Pada pembelajaran TIK kelas VIII konsentrasi belajar siswa masih kurang yang disebabkan oleh minat siswa terhadap mata pelajaran TIK juga rendah. Minat (Slameto, 2010:180) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pada dasarnya minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.

a. Meningkatkan Minat Siswa’

Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Tanner (Slameto, 2010:180) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Perasaan senang terhadap suatu mata pelajaran juga dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut.


(32)

b. Ciri – ciri Minat

Elizabeth B.Hurlock (1993 : 117) bahwa mengatakan bahwa ciri-ciri minat yaitu :

1) Minat tumbuh brsamaan dengan perkembangan fisik dan mental

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya.

2) Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut

3) Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak-anak

4) Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.


(33)

c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intrinsik) maupun faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri (faktor ekstrinsik).

Menurut Siti Rahayu Haditomo (1998 : 189) menjelaskan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi minat seseorang yaitu : (1) Faktor dari dalam (intrinsik), yaitu sifat pembawaan, dan (2) Faktor dari luar (ekstrinsik), diantaranya keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Minat yang terjadi dalam individu dipengaruhi dua faktor yang menentukan, yaitu faktor keinginan dari dalam dan faktor keinginan dari luar. Minat dari dalam terdiri dari tertarik atau rasa senang pada kegiatan, perhatian terhadap suatu kegiatan dan adanya aktivitas atau tindakan akibat rasa senang maupun perhatian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intrinsic) dan faktor yang berasal dari luar individu tersebut) faktor eksrinsic).

2.1.8.Microsoft Excel

Perangkat lunak pengolah angka adalah software (Perangkat lunak) khusus untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan angka. Macam-macam perangkat lunak pengolah angka antara lain : Kspread, Star Office, Open Office Calc, GNOME-Gnumeric, Xess, Lotus 123, Microsoft Excel. Adapun yang sering digunakan adalah microsoft excel (Rudi Susanto: 2).


(34)

Kegunaan program pengolahan angka antara lain membuat tabel, laporan keuangan, penjualan, pembelian, daftar gaji, grafik, dokumen, perhitungan rumus dan kegiatan statistik lainnya (Intan permatasari: 4).

Langkah untuk memulai microsoft excel yaitu klik tombol start yang berada di sudut kiri-bawah lembar kerja windows, pilih menu all program dan muncul sejumalah menu, kemudian arahkan pointer ke microsoft office dan klik program aplikasi microsoft office excel 2007 (Madcoms, 2007:1).

Gambar 2.2 Langkah-langkah menjalankan Microsoft Office Excel 2007. Kemudian tunggu sampai jendel microsoft office excel 2007 di tampilkan.


(35)

Gambar 2.3 Tampilan jendela microsoft excel 2007

Menurut Rudi Susanto, S.Si., M.Si (LKS TIK Kelas VIII Semester 2) Elemen dasar pada Microsoft Excel 2007 yaitu sebagai berikut :

a. Title Bar Excel 2007

Tittle bar adalah batang yang menampilkan judul dari program yang sedang berjalan dan nama dokumen yang sedang dikerjakan. Pada tittle bar excel 2007 ditampilkan pula ikon program di sudut kiri, yang jika di klik kanan akan menampilkan menu popup control menu dan tiga buah control command yakni minimize, maximize/restore dan close.

b. Office Button Excel 2007

Tombol berbentuk bulat dengan logo office di tengahnya, tombol office button excel 2007 digunakan untuk memanajemen berkas dokumen (dokumen file) yang akan atau telah diproses oleh microsoft excel.

c. Ribbon

Ribbon berisi ikon-ikon yang digunakan untuk menjalankan suatu perintah dengan cepat dan mudah, khususnya perintah-perintah yang sering


(36)

digunakan. Ribbon terdiri dari tab yang terbagi tas home, insert, page layout, formula, data, review, view.

d. Quick Access Tool Bar Excel 2007

Quick Access toolbar adalah batang yang berisi tombol-tombol untuk jalan pintas dari pemanggilan perintah-perintah tertentu. Ini memudahkan anda untuk mengelompokkan tombol-tombol yang akan sering anda gunakan, seperti tombol untuk membuat dokumen baru, menyimpan dokumen, dan mencetak dokumen.

Menu di Microsoft Excel 2007 yaitu sebagai berikut : 1) Tab Home

Halaman pada ribbon ini berisi tombol-tombol untuk melakukan pengeditan terhadap dokumen yang sedang Anda kerjakan. Untuk dapat mengakses halaman ribbon Home, Anda dapat melakukan dengan mengklik tab Home. Anda juga dapat menggunakan keyboarddengan menekan tombol Alt + H. Langkah ini akan menampilkan kotak-kotak kecil bertuliskan huruf akses cepat bagi setiap perintah pada tab Home. Tekan tombol Alt kembali untuk menonaktifkan huruf akses.

Gambar 2.4 Tampilan Tab Home Berikut tabel fungsi menu dan ikon pada tab Home.


(37)

Ikon Fungsi Kelompok Clipboard

Paste Menempelkan hasil perintah cut/copy yang ada di clipboard

Cut Memindahkan bagian yang ditandai ke clipboard

Copy Menyalin ke clipboard

Format Painter Melakukan copy format Kelompok Font

Font Selection Mengganti jenis huruf Font Size Mengatur ukuran huruf Increase/Descrease

Font

Menaikkan dan menurunkan ukuran font satu tingkat

Bold, Italic, Underline

Menebalkan, memiringkan, menggarisbawahi teks Border Membuat garis bingkai teks

Fill Mewarnai sel

Color Mewarnai huruf

Kelompok Aligment

Vertical Aligment Mengatur posisi teks secara vertival pada sel. Atas, tengah, dan bawah.

Perataan Teks Mengatur perataan teks kiri, tengah, dan kanan.

Indent Menambah dan mengurangi inden teks Teks Orientation Mengubah kemiringan teks

Merge Cell Menggabungkan sel

Page Break Mengatur pemisah halaman. Kelompok Number

Format Cell Pengaturan jenis penulisan angka Currency Format angka untuk mata uang Persen Format angka persen

Comma Mengubah nilai koma ribuan Increase/Decrease

Decimal

Menambah dan mengurangi nilai desimal Kelompok Style

Conditional Formatting

Melakukan format terkondisi Format as Table Membuat format tabel cepat Cell Styles Membuat format sel secara cepat Kelompok Cells

Insert Memasukan sel baru

Delete Menghapus sel

Format Melakukan format sel Kelompok Editing


(38)

Sum Melakukan penghitungan

Fill Membuat pola angka secara kontinu Clear Menghapus semuanya dari sel, nilai,

hingga format

Sort & Filter Mengatur data agar mudah dianalisis Find & Select Mencari dan menyeleksi teks dalam

lembar kerja 2) Tab Insert

Halaman pada ribbon ini berisi tombol-tombol untuk menyisipkan objek-objek ke dalam naskah, seperti Picture (gambar), Clip Art (seni klip), Chart (grafik/diagram), dan Tabel.

Gambar 2.5 Tampilan Tab Insert Berikut tabel fungsi menu dan ikon pada tab Insert

Tabel 2.2 Fungsi Menu dan Ikon Tab Insert

Ikon Fungsi

Kelompok Tables

Pivot Table Memasukkan tabel pivot

Table Memasukkan tabe

Kelompok Ilustrations

Picture Menambahkan gambar pada worksheet

Clip Art Menambahkan gambar clipart pada

worksheet

Shapes Menambahkan gambar bentuk tertentu Smart Art Memasukkan objek smartart

Kelompok Chart

Coloumn Memasukkan grafik kolom Line Memasukkan grafik garis


(39)

Bar Memasukkan grafik batang Scatter Memasukkan grafik distribus Other Chart Memasukkan grafik lainnya Kelompok Link

Hyperlink Memasukkan hyperlink pada worksheet

Kelompok Teks

Textbox Memasukkan kotak teks

Header & Footer Memasukkan header dan footer

WordArt Memasukkan teks dekoratif Signature Line Memasukkan garis tanda tangan

Object Memasukkan objek

Symbol Memasukkan simbol

3) Tab Page Layout

Halaman pada ribbon ini berisi tombol-tombol untuk mengatur tampilan kertas dari naskah yang sedang dikerjakan, seperti mengatur Margins (batas awal dan batas akhir pencetakan kertas), Orientation (posisi pencetakan kertas, tegak atau mendatar), Size (ukuran kertas yang akan digunakan), Columns (tampilan bentuk kolom), dan sebagainya.

Gambar 2.6 Tampilan Tab Layout Berikut tabel fungsi menu dan ikon pada tab Layout

Tabel 2.3 Fungsi Menu dan Ikon Tab Layout

Ikon Fungsi

Kelompok Themes

Theme Mengubah tema tampilan excel

Color Mengubah warna tema

Font Mengubah jenis font tema

Effect Mengubah efek tema


(40)

Margin Mengubah margin halaman Orientation Mengubah orientasi halaman

Size Mengubah ukuran kertas

Print Area Menentukan area tertentu untuk proses cetak

Breaks Menentukan pemisah halaman Background Menentukan gambar untuk latar Print Title Menentukan baris atau kolom yang

dicetak pada setiap halaman Kelompok Scale to Fit

Width Menentukan lebar hasil cetak agar sesuai banyaknya kertas

Height Menentukan tinggi hasil cetak agar sesuai banyaknya kertas

Scale Memperbesar atau memperkecil hasil cetak sesuai persentase Ukuran Kelompok Sheet Option

Gridlines Mengatur tampilan garis grid di layar dan di hasil cetakan

Heading Mengatur tampilan header di layar dan di hasil cetakan

Kelompok Arrange

Bring to Front Objek ke depan Send to Back Objek ke belakang

Selection Pane Memperlihatkan panel seleksi objek

Align Meluruskan objek

Group Mengelompokkan objek

Rotate Melakukan rotasi objek

4) Tab Formula

Halaman pada ribbon ini berisi tombol-tombol untuk mengolah dokumen dengan formula-formula yang telah disediakan oleh Microsoft Excel.

Gambar 2.7 Tampilan Tab Formula Berikut tabel fungsi menu dan ikon pada tab Formula


(41)

Tabel 2.4 Fungsi Menu dan Ikon Tab Formula

Ikon Fungsi

Kelompok Function Library

Insert Function Memasukkan fungsi formula Autosum Melakukan penghitungan cepat Recently Used Memasukkan fungsi yang pernah

digunakan

Financial Memasukkan fungsi keuangan

Logical Memasukkan fungsi logik

Text Memasukkan fungsi teks

Date & Time Memasukkan fungsi waktu Lookup & Reference Memasukkan fungsi lookup dan

referensi

Insert Function Memasukkan fungsi formula More Funtion Memasukkan fungsi lainnya Kelompok Defined Name

Name Manager Membuat, mengubah, dan mencari nama yang digunakan dalam workbook

Define Name Memberikan nama bagi sel Use in Formula Memilih nama yang digunakan

pada workbook dan

menggunakannya pada formula Create From Selection Membuat nama sel secara otomatis Kelompok Formula Auditing

Trace Precedent Memperlihatkan panah pada sel lain yang

memengaruhi nilaisel ini

Trace Dependent Memperlihatkan panah pada sel lain yang

dipengaruhi nilaisel ini

Remove Arrows Menghilangkan panas yang dibuat oleh tracer

Show Formulas Memperlihatkan formula setiap sel Error Checking Memeriksa formula yang salah Evaluate Formula Memperlihatkan kotak dialog

evaluasi formula

Watch Window Mengawasi nilai beberapa sel saat dilakukan perubahan pada lembar kerja

Kelompok Calculation

Calculation Menentukan kapan kalkulasi dilakukan


(42)

Calculate Now Melakukan kalkuasi semua

workbook sekarang

Calculate Sheet Melakukan kalkulasi sheet

sekarang 5) Tab Data

Halaman pada ribbon ini berisi tombol-tombol untuk pengolahan data, seperti mengkoneksikan dengan file-file database lain, memfilter data, mengurutkan data (sorting) dan sebagainya.

Gambar 2.8 Tampilan Tab Data Berikut tabel fungsi menu dan ikon pada tab Data

Tabel 2.5 Fungsi Menu dan Ikon Tab Data

Ikon Fungsi

Kelompok Get External Data

From Access Memasukkan data dariMS Access From Web Memasukkan data dari web

From Text Memasukkan data dari teks From Other

Sources

Memasukkan data dari sumber lain Existing

Connection

Memasukkan data dari sumber yang pernah digunakan

Kelompok Connections

Refresh All Menyegarkan kembali data yang diambil dari sumber

Connection Memperlihatkan semua koneksi data pada workbook

Properties Melakukan spesifikasi koneksi data pada workbook


(43)

Kelompok Sort & Filter

Sort A to Z Mengurutkan data dari yang terkecil ke terbesar

Sort Z to A Mengurutkan data dari yang terbesar ke terkecil

Sort Memunculkan kotak dialog

pengurutan

Filter Melakukan penyaringan terhadap sel Clear Menghapus penyaringan pada sel Reapply Melakukan kembali penyaringan Advanced Melakukan penyaringan spesifik Kelompok Data Tools

Text to Coloumn Memisahkan isi sel menjadi beberapa kolom

Remove Duplicates

Menghilangkan baris terduplikasi Data Validation Mencegah data yang tidak valid

masuk ke sel

Consolidation Menyatukan nilai beberapa range ke dalam satu range

What-If Analysis Mencoba beberapa nilai pada formula

Kelompok Outline

Group Mengelompokkan baris sel sehingga mereka dapat memendek dan

memanjang

Ungroup Memisahkan sel yang mengelompok Subtotal Menghitung total beberapa baris data

yang berhubungan 6) Review

Halaman pada ribbon ini berisi tombol-tombol untuk review (kaji ulang) naskah. Seperti mengecek ejaan, mengubah bahasa, translasi bahasa, menyematkan komentar, dan sebagainya.


(44)

Gambar 2.9 Tampilan Tab Review Berikut tabel fungsi menu dan ikon pada tab Review

Tabel 2.6 Fungsi Menu dan Ikon Tab Review

Ikon Fungsi

Kelompok Proofing

Spelling Memeriksa ejaan teks

Research Membuka panel penelitian referensi Thesaurus Saran kata yang sepadan

Translate Menerjemahkan kata ke bahasa lain Kelompok Comments

Comment Memasukkan komentar baru

Delete Menghapus komentar

Previous Memperlihatkan komentar sebelumnya

Next Memperlihatkan komentar

selanjutnya Show/Hide

Comment

Memperlihatkan atau menyembunyikan komentar Show All Comments Perlihatkan semua komentar Show Ink Memperlihatkan keterangan tinta

pada lembar kerja Kelompok Changes

Protect Sheet Melindungi lembar kerja Protect Workbook Melindungi buku kerja Share Workbook Berbagi buku kerja Protect and Share

Workbook

Melindungi dan berbagi buku kerja Allow Users to Edit

Ranges

Memperbolehkan pengguna mengubah data

Track Changes Menelusuri perubahan yang terjadi pada dokumen


(45)

Halaman pada ribbon ini berisi tombol-tombol untuk mengatur tampilan dari aplikasi, seperti menentukan bentuk tampilan halaman, pengaturan perbesaran (zoom) tampilan, membuat macro, mengatur jendela-jendela yang ditampilkan, dan sebagainya.

Gambar 2.10 Tampilan Tab View

Berikut tabel fungsi menu dan ikon pada tab View Tabel 2.7 Fungsi Menu dan Ikon Tab View

Ikon Fungsi

Kelompok Workbook Views

Normal Melihat dokumen secara

normal

Page Layout Melihat dokumen sesuai hasil cetak

Page Break Preview Melihat tampilan dokumen beserta pemotongan setiap halaman

Custom Views Menyimpan seting tampilan dan hasil cetak

Full Screen Melihat dokumen dalam mode layar penuh

Kelompok Show/Hide Ruler, Gridlines,Message Bar, Formula Bar,

Heading

Ruler, Gridlines, Message Bar, Formula Bar, Heading

Kelompok Zoom

Zoom Memperbesar tampilan

100% Besar tampilan 100%

Zoom to Selection Memperbesar tampilan sesuai bidang seleksi

Kelompok Window

New Window Membuka jendela baru yang memperlihatkan


(46)

dokumenTersebut Arrange All Mengatur semua jendela

program sejajar berdampingan Freeze Pane Membuat sebagian lembar

kerja terlihat dan lainnya Menggulung

Split Membagi jendela menjadi

beberapa penel yang

memperlihatkanlembar kerja Anda

Hide Menyembunyikan jendela

terseleksi

Unhide Memunculkan jendela

tersembunyi

View Side by Side Memperlihatkan jendela berdampingan

Synchronous Scrolling Membuat dua jendela menggulung bersamaan Reset Window

Position

Menset ulang posisi jendela berdampingan

Save Wokspace Menyimpan pengaturan

tampilan jendela sehinggadapat dibuka kembali dengan

tampilan yang sama

Switch Windows Berganti jendela yang aktif Kelompok Macros

View Macros Memperlihatkan macro

dokumen

2.2. Penelitian yang Relevan

Diyah Saraswati (2012) berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran TSTS berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan alat peraga untuk meningkatkan minat dan kemampuan pemahaman konsep materi kubus dan balok peserta didik kelas VIII SMP N 5 Pemalang, model pembelajaran kooperatif two stay two stray dapat meningkatkan minat belajar peserta didik dan dapat mencapai ketuntasan belajar baik individual maupun klasikal.


(47)

Pada penelitian Iis Naini (2012) yang berjudul “ Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

Siswa Kelas VIII di SMP 9 Padang “ terdapat pengaruh peningkatan hasil belajar biologi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TSTS disertai LDS pada kelas VIII SMPN 9 Padang.

Yusuf (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Model TSTS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Diklat Kewirausahaan “ terjadi peningkatan hasil belajar setelah diterapkan

pembelajaran kooperatif model TSTS. Sehingga pembelajaran kooperatif TSTS sesuai untuk diterapkan. Penemuan ini mendukung penemuan pada penelitian sebelumnya, antara lain penelitian Arif (2009) yang berjudul penerapan pembelajaran kooperatif tipe TSTS untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Singosari.

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian pustaka yang telah disebutkan diatas, dapat dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Dalam penelitian ini digunakan 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik random sampling, dengan demikian peneliti memberi hak kesetiap subjek untuk memperoleh kesempatan menjadi sampel. Berdasarkan teknik random sampling kemudian diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel yaitu kelas B sebagai kelas kontrol dan C sebagai kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen menggunakan model


(48)

pembelajaran kooperatif tipe TSTS sehingga pembelajaran siswa lebih aktif dengan bertukar informasi dan anggota kelompok dengan kelompok lain dalam memecahkan masalah sehingga dapat menumbukan minat belajar siswa, sedangkan kelas kontrol menggunakan model diskusi kelompok dengan tetap dengan anggota kelompoknya sendiri. Pada akhir proses pembelajaran diharapkan pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran TSTS akan lebih baik daripada kelas kontrol. Skema kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini :


(49)

Gambar 2.8 Kerangka berpikir Fakta yang ditemui

Kurang adanya variasi model pembelajaran.

Siswa kurang memahami nama ikon pada microsoft excel

Nilai siswa belum memenuhi KKM Kurangnya konsentrasi siswa dalam

Pemecahan

Perbaikan sistem pembelajaran Pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran TSTS.

Evaluasi

Eksperimen en

Kontrol Pretest &

angket minat

Pretest & angket minat Pembelajaran

dengan TSTS

Diskusi kelompok

Postest &

angket minat angket minat Postest &

Hasil belajar atau nilai postest kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai postest kelas kontrol

Pebelajaran dengan model TSTS dapat menumbuhkan minat siswa

Pengambilan sampel dgn menggunkan random sampling


(50)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang tersebut di atas maka hipotesis yang di gunakan adalah :

2.4.1. Ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran tipe TSTS dan kelas yang menggunkan metode diskusi kelompok.

2.4.2. Ada perbedaan minat belajar siswa antara kelas yang model pembelajaran tipe TSTS dan kelas yang menggunkan metode diskusi kelompok.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design. Dalam design ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil belajar siswa pada mata pealajaran TIK di kelompok eksprimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Pada penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran koopertif tipe TSTS, sedangkan di kelompok kontrol menggunkan model pembelajaran konvensional. Pada penelitian ini, untuk melihat kemampuan hasil belajar dilakukan pretest dan postest pada siswa yang menjdi sampel. Pretest dan postest yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama. Tetapi perlakuan yang dilakukan pada setiap kelompok setelah diadakannya pretest adalah berbeda dan postest merupakan hasil dari masing-masing kelompok setelah diberi perlakuan.

Menurut Sugiyono (2013 : 112), desain penelitiannya adalah Pretest –

Posttest Control Group Design yaitu sebagai berikut :


(52)

E

K

Gambar 3.1 Pretest – Posttest Control Group Design Keterangan :

E = Kelompok Eksperimen K = Kelompok Kontrol

dan = Pretest pada pelajaran TIK dan = Posttest pada pelajaran TIK

= Pengajaran TIK dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

= Pengajaran TIK dengan model pembelajaran konvesional.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1.Populasi Penelitian

Menurut Wiratna (2014 : 65) populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu untuk diteliti dan kemudin ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII MTs N 02 Semarang yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah 188 siswa.

3.2.2.Sampel Penelitian

Wiratna (2014, 65) mengungkapkan sampel merupakan bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk


(53)

penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan pesyaratan sampel yang diperlukan . Purposive Sampling

sering dikatakan pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan (sifat, karakteristik, ciri dan kriteria). Kelas yang digunakan sampel adalah kelas VIII B menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas VIII C meggunakan metode TSTS karena kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama.

3.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.3.1 Tempat

Penelitian dilakukan di MTs Negeri 02 Semarang. 3.3.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 sampai bulai mei 2015.

3.4. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian eksperimen ini terdiri dari variabel eksperimental yang terdiri dari :

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran TIK dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kelompok eksperimen dan


(54)

pembelajaran TIK dengan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi microsoft excel 2007 menggunakan evaluasi pretest-postest.

3.5. Prosedur Peneitian

Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu : 3.5.1. Persiapan

a. Peneliti meminta izin secara formal kepada waka kurikulum MTs N 02 Semarang sebagai wakil kepada sekolah untuk melakukan penelitian disana. b. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian kepada TU.

c. Peneliti memasukkan surat izin penelitian ke sekolah secara resmi.

d. Peneliti menemui guru TIK kelas VIII yaitu pak Sholihul Hadi sebagai langkah pra penelitian.

e. Membuat rencana pembelajaran dan materi pembelajaran, mempersiapkan instrumen penelitian yaitu soal uji coba dan angket minat siswa.

f. Melakukan tes uji coba soal yang akan digunakan sebagai soal pretest dan

postest dan angket minat untuk mengukur kemampuan kelas sampel pada kelas yang sudah mendapatkan pelajaran yang sama yaitu materi microsoft excel dan melakukan uji coba angket minat siswa untuk mengetahui minat siswa pada mata pelajaran TIK.

g. Mengadakan pretest dan pemberian angket minat siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal


(55)

siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode TSTS dan diskusi kelompok.

h. Menganalisis pretest untuk mengetahui normalitas, homogenitas dan analisis hipotesis. Analisis hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa.

3.5.2. Pelaksanaan

a. Mengadakan pretest terhadap kelompok kontrol dan eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi perangkat lunak pengolah angka sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan metode TSTS dan Diskusi Kelompok.

b. Menganalisis hasil pretest untuk mengetahui normalitas, homogenitas dan analisis hipotesis. Analisis hipotesis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen. Analsis sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran.

c. Melakukan pembelajaran pada mata pelajaran TIK materi mengenal dan menjelaskan nama dan fungsi ikon pada microsoft excel menggunakan metode Diskusi kelompok pada kelas kontrol.

d. Melakukan pembelajaran pada mata pelajaran TIK materi mengenal dan menjelaskan nama dan fungsi ikon pada microsoft excel menggunakan metode TSTS pada kelas eksperimen.

e. Mengadakan postest dan pemberian angket minat siswa, terhadap kelas kontrol dan eksperimen.


(56)

a. Melakuakn uji normalitas, homogenitas untuk mengetahui apakan setelah pelaksanaan penelitian nilai postest berdistribusi atau tidak, homogen atau tidak.

b. Melaksanakan uji hipotesis dengan uji t test untuk mengetahui membandingkan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji t untuk menentukan apakah ada perbedaan antara kelas yang diajar menggunakan metode TSTS dan kelas yang diajar dengan metode diskusi kelompok.

3.6. Teknik Pengumpulan Data 3.6.1.Kuisioner atau Angket

Instrumen yang digunakan pada kuisioner/ angket adalah lembar angket. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para responden untuk di jawab (Wiratna, 2014:75). Lembar angket ini digunakan untuk mengetahui minat siswa terhadap mata pelajaran TIK.

3.6.2.Dokumentasi

Menurut Sukardi (2003:81) pada metode dokumentasi ini peneliti memungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Pada penelitian ini data yang diambil adalah silabus dan transkip nilai kelas VIII.


(57)

3.6.3.Tes

Pada penelitian ini menggunakan instrumen tes objektif pilihan ganda. Instrument tes pilihan ganda ini dilakukan pada kegiatan pretest dan postest. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

a. Materi

Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah materi mata pelajaran TIK pada sub bab menu dan fungsi ikon pada Microsoft Excel.

b. Bentuk Tes

Menurut Sudjana (2013 : 48) Bentuk soal yan g digunakan soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.

c. Analisis Instrumen Soal

Setelah instrumen disusun kemudian diujicobakan kepada peserta didik untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Instrumen soal ini diujicobakan kepada peserta didik kelas VIII D MTs N 02 Semarang.

1) Uji Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2010 : 121 ) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rentah.


(58)

Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh pearson (dalam Arikunto, 2010) yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :

=

(Sumber:Arikunto,2010:213)

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y n = Banyaknya peserta didik yang mengikuti tes x = Skor item tiap nomor

y = jumlah skor total

= jumlah perkalian X dan Y

Hasil analisis dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment

pada tabel dengan taraf signifikan 5% maka diperoleh = 0,320. Butir soal valid jika > .

Berdasarkan analisis validitas soal, terdapat 40 soal objektif pilihan ganda dengan jumlah soal valid adalah 25 butir soal yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 39 sedangkan jumalah soal tidak valid 15 butir soal yaitu 1, 6, 9, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 28, 30, 32, 34, 40. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

2) Uji Reliabilitas Penelitian

Menurut Arinkunto (2010 : 221) reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.


(59)

Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes peneliti menggunakan rumus K-R.21 (Arikunto, 2010 :232) sebagai berikut :

=

(

Sumber : Arikunto, 2010:232) Keterangan :

=Koefisien reliabilitas

= Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan = skor rata-rata

= Varians Total

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas didapatkan hasil = 0,760 maka dapat disimpulkan bahwa soal termasuk dalam kategori baik karena hasil analisis

> 0,70 sehingga masuk dalam kategori reliabel. analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9.

3) Menentukan daya pembeda

Pada analisis ini dilakukan untuk mengetahui soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petujuk untuk mengadakan perbaikan terhadap soal tersebut :

Rumusnya adalah sebagai berikut :


(60)

DP = Daya Pembeda

= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar. = Jumlah siswa kelompok atas

Tabel 3.1. Kriteria Daya Pembeda Interval DP Kriteria 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Hasil analisis daya beda, butir soal yang termasuk jelek ada 15 soal yaitu 1, 6, 9, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 28, 30, 32, 34, 40. Butir soal yang termasuk cukup ada 20 soal yaitu 2, 3, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 17, 24, 25, 27, 29, 31, 33, 36, 37, 38, 39. Butir soal yang termasuk baik ada 5 soal yaitu 4, 12, 16, 26, 35. Dari hasil analisis daya beda soal yang tergolong jelek harus dihilangkan amka soal yang dapat digunakan adalah 25 soal. Analisis daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.

4) Menentukan Indeks Kesukaran

Pada analisis ini berfungsi untuk menunjukan apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Butir soal dikatakan baik apabila butir soal


(61)

tersebut tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung indeks kesukaran soal yaitu sebagai berikut :

(

Sumber : Sudjana, 2013:137) Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta test

Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kesukaran Interval IK Kriteria

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran soal dari 40 soal diperoleh hasil 22 butir soal yaitu nomor 1, 3, 5, 7, 8, 10, 13, 16, 18, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 40 termasuk soal mudah, 17 butir soal yaitu nomor 2, 4, 6, 9, 11, 12, 14, 17, 19, 20, 23, 26, 32, 35, 37, 38, 39 termasuk soal sedang, 1 butir soal yaitu nomor 15 termasuk soal sukar. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.


(62)

3.7. Teknik Analisis Data 3.7.1.Uji Prasyarat Analisis 3.7.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(Sudjana, 2005 : 273) Keterangan :

= Chi-Kuadrat

= frekuensi hasil pengamatan pada klasifikasi ke-i = frekuensi yang diharapkan pada klasifikasi ke-i = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujian jika dengan derajat kebebasan dk = k-3 dengan taraf signifikan 5 % maka akan berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa untuk hasil postest lihat tabel 3.3 : Tabel 3.3. Normalitas Postest

No Tes Kelompok Kriteria Keterangan 1

Postest

Kontrol 2,29

11,07

2,29 < 11,07 Normal Eksperimen 8,55 8,55 < 11.07 Normal


(63)

Berdasarkan tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa hasil postest berdistribusi normal. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampitan 26.

3.7.1.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Teknik uji kesamaan 2 varians data hasil tes dalam penelitian ini menggunakan rumus :

(Sudjana, 2005:250)

Untuk α = 5% dengan dk pembilang = n-1, dk penyebut = n-1, Ho diterima

apabila Fhitung < Ftabel yang berarti ada kesamaan varians diantara kedua kelompok

eksperimen (Sudjana, 2005: 250).

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa untuk hasil postest lihat tabel 3.4 : Tabel 3.4 Homogenitas Postest

No Tes Kelompok Varians dk keterangan 1 Postest Kontrol 83,82 37

1,11 1,92 Homogen Eksperimen 75,28 37

Berdasarkan tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa hasil postest homogen atau mempunyai varians yang sama. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampitan 27.

Setelah di analisis data hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK dengan pokok bahasan nama dan fungsi ikon pada microsoft excel 2007 terbukti bahwa


(64)

data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dapat dilakukan uji t untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3.7.2.Uji Hipotesis

Uji Hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah tretment atau perlakuan. Maka digunakan rumus t-test dengan uji dua pihak.

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

(Sumber : Sugiyono, 2013:273) Keterangan :

̅̅̅ = Nilai rata-rata data kelompok eksperimen ̅̅̅ = Nilai rata-rata data kelompok kontrol

= Simpangan baku kedua kelompok = Varians data kelompok eksperimen = Varians data kelompok kontrol

= Jumlah siswa pada kelompok eksperimen = Jumlah siswa pada kelompok kontrol =

3.7.2.1. Uji t test pretest

Pada uji hasil Pretest menggunakan uji t-test dua pihak bertujuan untuk menguji perbedaan dua rata-rata kelompok sampel. Rekapitulasi hasil uji t-test pretest data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.5.


(65)

Tabel 3.5 Hasil uji t Pretest

Kelompok Kriteria

Eksperimen

1,119 1,999

Tidak Berbeda Signifikan Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh = 1,119, sedangkan = 1,999 jadi < karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

3.7.2.2. Uji t test postest

Uji t-test bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok tersebut. Uji t-test ini dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 3.6 Hasil uji t Post Test

Kelompok Kriteria

Eksperimen

3,318 1,999 Berbeda Signifikan Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh = 3,318 sedangkan pada = 5% dengan dk = 76 adalah 1,999 dengan kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika > , dimana diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = ( + – 2). Karena berada pada daerah penolakan Ho,


(66)

maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok sampel dan kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kelas eksperimen hasil belajarnya lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(67)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil Penelitian 1.1.1. Deskripsi Data

1.1.1.1. Deskripsi Nilai Prestest

Analisis deskripsi untuk nilai pretest dari data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Pretest

Kelompok Mean Max Min Lolos KKM Tidak Lolos KKM Diskusi Kelompok 67,79 88 40 47,37 % 52,63%

TSTS

70,18 92 52 55,26% 44,74%

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh nilai rata-rata atara kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS pada mata pelajaran TIK memiliki selisih yang hampir sama. Sehingga pada tes kemampuan awal antara kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS tidak ada perbedaaan.

Siswa yang lolos KKM (Kriteria Ketuntasan Minamal) pada nilai pretest kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode TSTS pada mata pelajaran TIK kelas VIII di MTs N 02 Semarang dengan KKM pada mata pelajaran tersebut adalah 70.


(68)

54 4.1.1.2. Deskripsi Nilai Postest

Deskripsi untuk nilai Postest dari data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Postest

Kelompok Mean Max Min Lolos KKM Tidak Lulus KKM

Diskusi Kelompok 77,74 96 60 84,21% 15,79%

TSTS 84,53 100 68 97,37% 2,63%

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata atara kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode TSTS.

Siswa yang lolos KKM (Kriteria Ketuntasan Minamal) pada nilai postest kelas yang menggunakan TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan diskusi kelompok pada mata pelajaran TIK kelas VIII di MTs N 02 Semarang dengan KKM pada mata pelajaran tersebut adalah 70.

4.1.1.3. Deskripsi Minat Siswa

Deskripsi untuk minat siswa terhadap mata pelajaran TIK dari data yng diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Deskripsi Minat Siswa

Kelompok Mean

Diskusi Kelompok 68,92


(69)

55

Angket minat bertujuan untuk mengetahui minat siswa setelah perlakuan pada kelas yang menggunakan diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS.

Rata-rata minat siswa pada kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi daripada kelompok dengan menggunakan motode diskusi kelompok yaitu 70,55 % > 68,92 %.

1.1.2. Perbedaan Nilai Pretest dan Postest antara kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS Perbedaan nilai pretest dan postest pada kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS digunakan untuk mengetahui peningkatan nilai postest setelah perlakuan. Nilai prestest pada kelas yang diajar menggunakan diskusi kelompok adalah 67,79 sedangkan pada kelas yang diajar menggunakan mtode TSTS adalah 70,18. Setelah kedua kelas tersebut diberikan perlakuan/tretment, nilai postest pada kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok yaitu 77,74 sedangkan nilai postest pada kelas diajar menggunakan motode TSTS yaitu 84,53. Nilai postest kelas yang menggunakan metode TSTS lebih tinggi dari nilai postest kelas menggunakan metode diskusi kelompok yaitu 84,53 > 77,74.

Berdasarkan penjelasan tersebut perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran TSTS lebih tinggi dari hasil belajar kelas


(70)

56

kontrol yang diajar dengan model diskusi kelompok. hasil kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.1.

Berikut grafik hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen :

Gambar 4.1. Grafik Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 1.1.3. Perbedaan rata-rata minat siswa antara kelas yang menggunakan

metode diskusi kelompok dan kelas yang menggunakan metode TSTS Konsentrasi siswa kelas VIII di MTs N 02 Semarang pada saat mata pelajaran TIK rendah, sehingga minat siswa terhadap mata pelajaran TIK juga kecil. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang kurang bervariasi, oleh sebab itu peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga minat siswa juga meningkat. Setelah dilakukukan perlakuan pada kelas kontrol yang diajar dengan model diskusi kelompok dan kelas eksperimen yang diajar dengan model TSTS, rata – rata minat siswa pada kelas yang menggunakan metode diskusi kelompok

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

eksperimen kontrol

pretest postest

70,18

84,53

67,79


(71)

57

yaitu 68,92 dan rata-rata minat siswa pada kelas yang menggunakan metode TSTS yaitu 70,55. Minat siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 68,92 > 70,55.

Setelah dilakukan analisis data, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

1. Pada hasil belajar mata pelajaran TIK kelas VIII di MTs N 02 Semarang antara kelas yang diajar menggunakan model diskusi kelompok dan yang diajar menggunakan model TSTS , setelah dilakukan pretest pada kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukan dengan hasil analisis uji t adalah nilai = 1,119 dan = 1,999 jadi < karena berada pada daerah penerimaan maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Rata – rata nilai pretest pada kelas kontrol yaitu 88 sedangkan rata-rata nilai pretest pada kelas eksperimen 70,18. Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen yang diajar dengan model TSTS dan kelas kontrol dengan model diskusi kelompok ada perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukan dengan hasil analisis uji t adalah nilai = 3,318 dan = 1,999 dengan kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika

> , dimana diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = ( + – 2). Karena berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok sampel.


(72)

58

2. Minat siswa pada mata pelajaran TIK kelas VIII di MTs N 02 Semarang antara kelas kontrol yang diajar model diskusi kelompok dan kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran TSTS. Setelah dilakukan perlakuan rata-rata minat siswa terhadap mata pelajaran TIK pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 68,92 > 70,55.

1.2.Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar antara kelas yang diajar menggunakan model diskusi kelompok dan kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran TSTS. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, Purposive Sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan pesyaratan sampel yang diperlukan . Purposive Sampling sering dikatakan pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan (sifat, karakteristik, ciri dan kriteria). Kelas yang digunakan sampel adalah kelas VIII B menggunakan metode diskusi kelompok dan kelas VIII C meggunakan metode TSTS karena kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama.

Sebelum melaksanakan pembelajaran dilakukan perlakuan awal pada kedua kelas yaitu pretest untuk mengutahui keadaan awal tersebut ada perbedaan atau tidak. Tahap selanjutnya melaksanakan kegiatan pembelajaran TSTS pada kelas VIII C dan metode diskusi kelompok pada kelas VIII B.

Pada proses pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok siswa cenderung pasif karena mereka hanya bekerja sama dengan anggota kelompoknya


(73)

59

saja dan pembagian kelompoknya juga acak sehingga dalam anggota kelompok tersebut tingkat prestasinya juga tidak seimbang. Sedangkan pada proses pembelajaran model TSTS siswa lebih aktif karena setelah diskusi siswa diberikan kesempatan untuk bertukar informasi dengan kelompok lain jika ada kesulitan, setelah bertukar informasi dengan kelompok lain kemudian kembali ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan hasil temuan dari kelompok lain.

Setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda pada dua sampel kelas kontrol dan eksperimen, pada akhir pertemuan kedua kelas diberikan postest pilihan ganda dengan soal yang sma dan angket minat untuk mengetahui hasil belajar dan minat siswa pada mata pelajaran TIK .

Tabel 4.4 Hasil Analisis uji t nilai postest

No Tes Kelas Kriteria

1. Postest Kontrol

3,318 1,999 BerbedaSignifikan Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil uji t dari postest adalah nilai = 3,318 dan = 1,999 dengan kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika > karena berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan setelah pemberian perlakuan. Rata – rata hasil belajar siswa yang menggunakan model TSTS adalah 84,53 dan diskusi kelompok 77,74.


(74)

60

Hasil belajar siswa yang siswa yang lolos KKM yang menggunakan model TSTS adalah 97,37 % sedangkan yang diajar menggunakan motode diskusi kelompok adalah 84,21 %. Siswa yang lolos KKM pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol.

Minat siswa pada mata pelajaran TIK setelah mendapatkan perlakuan diperoleh rata – rata minat siswa pada kelas yang diajar menggunakan metode diskusi kelompok yaitu 68,92 sedangkan rata-rata minat siswa yang diajar menggunakan model TSTS adalah 70,55. Jadi minat siswa pada kelas yang diajar menggunakan metode TSTS lebih tinggi daripada kelas yang di ajar menggunakan metode diskusi kelompok 70,55 > 68,92.


(75)

61 BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakuakan sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa dengan mean 62, min 42 dan max 82 meningkat menjadi mean 84, min 68, dan max 100. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK dengan materi nama dan fungsi ikon pada microsoft excel.

2. Rata – rata minat siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah 70,55 sedangkan rata- rata minat siswa yang diajar menggunakan metode diskusi kelompok adalah 68,92. Sehingga minat siswa pada kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TSTS lebih tinggi daripada kelas yang diajar menggunakan metode diskusi kelompok.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka saran dari penulis adalah metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran pada mata pelajaran TIK kelas VIII di MTs Negeri 02 Semarang mengingat metode pembelajaran tersebut dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. L1. Kegiatan Diskusi Pada Kelompok TSTS


(5)

Gambar 3. L3. Kegiatan bertukar anggota kelompok pada kelompok TSTS


(6)

Gambar 5.L5 Kegiatan Pembelajaran Kelas Diskusi Kelompok

Gambar 6. L6.Pelaksanaan postest pada kelas kontrol


Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT Penerapan Strategi Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Nege

0 2 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT Penerapan Strategi Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Nege

0 2 14

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII1 MTS Negeri Enok

0 1 9