Renstra BLHRD Provinsi Gorontalo 2012-2017
12
8. Tingkat Ketaatan Pemrakarsa Kegiatan dalam Pengelolaan
Lingkungan
Tingkat ketaatan pemrakarsa kegiatan dalam pengelolaan lingkungan masih rendah. Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2011
menunjukkan bahwa tingkat ketaatan pemrakarsa kegiatan dalam pengelolaan lingkungan baru mencapai 35. Kondisi tersebut sangat
berpengaruh terhadap perubahan kualitas lingkungan seperti perubahan kualitas air permukaan, perubahan kualitas udara, dan
pencemaran tanah.
9. Kebersihan dan Kehijauan Kota Clean and Green City
Perkembangan penduduk yang pesat terutama
karena urbanisasi telah menimbulkan masalah
meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan
dan menyempitnya Ruang Terbuka Hijau RTH akibat
pesatnya pembangunan perumahan dan sarana umum lainnya. Meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor yang pesat, meningkatkan resiko polusi udara. Pemerintah Pusat melaksanakan Program Adipura dalam upaya
peningkatan kebersihan dan kehijauan kota. Masalah-masalah yang dihadapi dalam mewujudkan Clean and Green City adalah:
Kesenjangan antara jumlah sampah yang dihasilkan dan yang terangkut. Di Kota Gorontalo jumlah sampah sebanyak 683
m
3
hari, sedangkan yang terangkut hanya sebanyak 383 m
3
hari atau 56 . Hal ini disebabkan kurangnya prasarana dan sarana
pengangkut. Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang tersedia belum representatif.
Renstra BLHRD Provinsi Gorontalo 2012-2017
13
Kurangnya komitmen pemerintah kabupaten dalam pengelolaan lingkungan umumnya dan dalam mewujudkan kebersihan dan
kehijauan kota yang tercermin dari kesiapan institusi lingkungan hidup dan dana yang dialokasikan untuk pengelolaan lingkungan
hidup. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
10. Partisipasi Masyarakat
Hasil penelitian terdapat partisipasi masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Pemahaman dan wawasan masyarakat
pedesaan, pesisir laut, dan perkotaan terhadap
pengelolaan lingkungan perumahan dan
sekitarnya cukup baik. Namun demikian, penggunaan zat sintetis yang berpotensi untuk pencemaran lingkungan sebagian besar
masyarakat beranggapan tidak berbahaya. Sekitar 39 masyarakat menggunakan sungai sebagai tempat buang air besar,
31 masyarakat pesisir buang air besar di pantai dan 19 masyarakat pesisir buang air di sungai.
Hampir 40 laki-laki dan 48 perempuan di pedesaan menyadari akan bahaya penggunaan pestisida terhadap lingkungan.
Sebagian besar masyarakat pedesaan 40 belum menyadari bahaya erosi dan banjir jika berkebun di lahan miring tanpa teras.
Lebih dari 25 responden menyatakan setuju untuk membuka lahan baru bagi usaha pertanian.