Kerusakan Mangrove dan Terumbu Karang Kerusakan DAS dan Banjir

Renstra BLHRD Provinsi Gorontalo 2012-2017 11

7. Pertambangan Emas Tanpa Ijin PETI

Kegiatan pertambangan sangat potensial menimbulkan degradasi lingkungan hidup jika tidak dilakukan secara hati-hati. Kegiatan pertambangan emas di Provinsi Gorontalo tersebar di beberapa wilayah yaitu Wilayah Marisa Kabupaten Pohuwato, wilayah Pasolo Desa Buladu, Kecamatan Sumalata dan wilayah tambang Mopuya Desa Kaidundu, Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango, wilayah Suwawa Kabupaten Bone Bolango, dan wilayah Boliohuto Kabupaten Boalemo. Permasalahan yang terjadi akibat kegiatan pertambangan emas adalah pencemaran logam berat Hg pada badan air sungai. Kandungan merkuri pada air sungai tersebut kemudiaan akan mengalir menuju ke muara dan akhirnya akan masuk ke perairan laut. Hasil Pemantauan Kualitas Lingkungan BLHRD tahun 2010 menunjukkan bahwa penambangan emas di Desa Buladu dan Desa Kaidundu telah menyebabkan kandungan logam berat Hg merkuri pada badan air sungai Dubalango dan Sungai Mopuya telah melewati ambang batas baku mutu 0,001 mgl. Kadar Hg pada badan air dan sedimen sungai dubalango sungai sekitar penambangan pasolo adalah masing-masing berkisar antara 0,0002 – 0,016038 mgl dan 104,2172 – 927,2519 mgl, sedang konsentrasi Hg pada badan air dan sedimen Sungai Mopuya sungai sekitar penambangan Mopuya adalah masing-masing berkisar antara 0,0002-0,2457 mgl dan 22,7798 – 53,1579 mgl. Renstra BLHRD Provinsi Gorontalo 2012-2017 12

8. Tingkat Ketaatan Pemrakarsa Kegiatan dalam Pengelolaan

Lingkungan Tingkat ketaatan pemrakarsa kegiatan dalam pengelolaan lingkungan masih rendah. Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa tingkat ketaatan pemrakarsa kegiatan dalam pengelolaan lingkungan baru mencapai 35. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahan kualitas lingkungan seperti perubahan kualitas air permukaan, perubahan kualitas udara, dan pencemaran tanah.

9. Kebersihan dan Kehijauan Kota Clean and Green City

Perkembangan penduduk yang pesat terutama karena urbanisasi telah menimbulkan masalah meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan dan menyempitnya Ruang Terbuka Hijau RTH akibat pesatnya pembangunan perumahan dan sarana umum lainnya. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang pesat, meningkatkan resiko polusi udara. Pemerintah Pusat melaksanakan Program Adipura dalam upaya peningkatan kebersihan dan kehijauan kota. Masalah-masalah yang dihadapi dalam mewujudkan Clean and Green City adalah:  Kesenjangan antara jumlah sampah yang dihasilkan dan yang terangkut. Di Kota Gorontalo jumlah sampah sebanyak 683 m 3 hari, sedangkan yang terangkut hanya sebanyak 383 m 3 hari atau 56 . Hal ini disebabkan kurangnya prasarana dan sarana pengangkut. Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang tersedia belum representatif.