KEGIATAN JASA KUSTODIAN DAN WALI AMANAT
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 5153 56. MANAJEMEN RISIKO
Bank Mandiri menerapkan manajemen risiko yang independen dan sesuai dengan standar yang merujuk pada ketentuan Bank Indonesia serta best practices yang diterapkan di perbankan
internasional. Bank Mandiri menggunakan konsep Enterprise Risk Management ERM sebagai salah satu strategi manajemen risiko yang komprehensif dan terintegrasi, yang disesuaikan dengan
kebutuhan bisnis dan operasional Bank. Penerapan ERM akan memberikan nilai tambah value added bagi Bank dan stakeholders terutama dikaitkan dengan pelaksanaan organisasi berbasis Strategic
Business Units SBU dan penilaian kinerja berbasis risiko Risk Based Performance.
ERM adalah sebuah proses pengelolaan risiko yang melekat dalam proses bisnis dan operasi Bank, artinya pengelolaan risiko menjadi bagian yang menyatu dalam pengambilan keputusan bisnis Bank
sehari-hari. Dengan ERM, Bank akan memiliki kerangka kerja pengelolaan risiko yang sistematis dan menyeluruh risiko kredit, risiko pasar risiko operasional dengan menghubungkan pengelolaan modal
dan proses bisnis dengan risiko yang dihadapi secara utuh. Selain itu, ERM juga menerapkan pengelolaan risiko secara konsolidasi dengan perusahaan anak secara bertahap untuk memaksimalkan
efektivitas pengawasan dan nilai perusahaan berdasarkan PBI No. 86PBI2006 tanggal 30 Januari 2006.
Kerangka pengelolaan risiko Bank mengacu pada Peraturan Bank Indonesia PBI No. 58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum sebagaimana telah
diubah dengan PBI No. 1125PBI2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Kerangka ini
tercantum dalam Kebijakan Manajemen Risiko Bank Mandiri KMRBM agar sejalan dengan rencana penerapan Basel II Accord secara bertahap di Indonesia. Dalam kerangka pengelolaan risiko tersebut
diatur berbagai kebijakan agar manajemen risiko berfungsi sebagai business enabler sehingga bisnis dapat tetap tumbuh dalam koridor prudential principle dengan menerapkan proses manajemen risiko
yang ideal identifikasi - pengukuran - pemantauan - pengendalian risiko pada semua level organisasi.
Pengawasan aktif dari Direksi dan Dewan Komisaris dan terhadap aktivitas manajemen risiko Bank diimplementasikan melalui pembentukan Risk and Capital Committee RCC, Komite Pemantau Risiko
dan Good Corporate Governance KPRGCG dan Komite Audit. RCC terdiri dari empat sub komite, yaitu Asset Liability Committee, Risk Management Committee, Capital Investment Committee dan
Operational Risk Committee. Komite-komite di bawah RCC bertanggung jawab membahas dan merekomendasikan kebijakan dan strategi risiko yang dihadapi Bank yaitu risiko pasar, risiko kredit,
risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan. Selain itu, RCC juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan assets liabilities, evaluasi rencana
penyertaan modal dan divestasi untuk Perusahaan Anak dan Strategic Business Unit SBU serta pengelolaan kebijakan dan prosedur risiko operasional yang bersifat strategis di Bank Mandiri.
KPRGCG dan Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan kajian dan evaluasi atas kebijakan dan pelaksanaan manajemen risiko Bank, serta memberikan masukan dan rekomendasi
kepada Dewan Komisaris dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan.
Direktorat Manajemen Risiko dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggung jawab kepada Direksi dan sekaligus menjadi anggota dengan hak suara voting member pada Risk and Capital Committee.
Selain itu Bank juga telah membentuk Satuan Kerja Manajemen Risiko yang berada di bawah Direktorat Manajemen Risiko Risk Management Directorate.
Dalam kegiatan operasionalnya, Direktorat Manajemen Risiko ini dibagi menjadi 2 dua bagian besar, yaitu 1 Credit Approval sebagai bagian dari four - eye principle, 2 Independent Risk Management yang
dibagi menjadi dua grup, yaitu Credit Risk Portfolio Management Group yang berkaitan dengan risiko kredit dan portofolio serta integrasi manajemen risiko melalui ERM, dan Market Operational Risk
Group yang terkait dengan risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 5154 56. MANAJEMEN RISIKO lanjutan
Direktorat Manajemen
Risiko bersama-sama
unit kerja terkait
bertanggung jawab
dalam mengelolamengkoordinasikan seluruh risiko yang dihadapi Bank, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko
operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan termasuk membahas dan mengusulkan kebijakan dan pedoman pengelolaan risiko.
Seluruh risiko tersebut dilaporkan Bank melalui penyusunan laporan Profil Risiko secara triwulanan untuk menggambarkan seluruh risiko yang melekat dalam kegiatan bisnis Bank, termasuk risiko
perusahaan anak secara konsolidasi
Risiko Kredit Pengelolaan risiko kredit Bank terutama diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara ekspansi
kredit yang sehat dengan pengelolaan kredit secara prudent agar terhindar dari penurunan kualitas atau menjadi Non Performing Loan NPL, serta mengoptimalkan penggunaan modal untuk memperoleh
Return On Risk Adjusted Capital RORAC yang optimal.
Untuk mendukung hal tersebut, Bank secara periodik melakukan review dan penyempurnaan terhadap Kebijakan Perkreditan Bank Mandiri KPBM, Standar Prosedur Kredit SPK per segmen bisnis dan
Memorandum Prosedur yang bersifat sementara dan mengatur tentang prosedur yang belum terakomodasi dalam SPK. Ketiga pedoman kerja dimaksud memberikan petunjuk pengelolaan risiko
kredit secara lengkap, untuk mengidentifikasi risiko, mengukur serta mitigasi risiko dalam proses pemberian kredit secara end to end mulai dari penentuan target market, analisa kredit, persetujuan,
dokumentasi, penarikan kredit, pemantauanpengawasan, hingga proses penyelesaian kredit bermasalahrestrukturisasi.
Untuk meningkatkan peran sosial dan kepedulian Bank terhadap risiko lingkungan serta sebagai salah satu wujud penerapan prinsip tanggung jawab dalam tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate
Governance, Bank Mandiri telah menyusun manual Petunjuk Teknis Analisa Lingkungan Hidup dan Sosial dalam Pemberian Kredit yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisa lingkungan
pada analisa pemberian kredit. Petunjuk teknis ini merupakan kodifikasi dari kebijakan dan prosedur kredit terkait aspek lingkungan yang tertuang antara lain dalam KPBM dan SPK serta Standar Prosedur
Operasional. Hal ini sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum diatur bahwa penilaian
prospek usaha debitur dikaitkan pula dengan upaya debitur dalam memelihara lingkungan hidup.
Secara prinsip pengelolaan risiko kredit diterapkan pada tingkat transaksional maupun tingkat portofolio. Pada tingkat transaksional diterapkan four - eye principle yaitu setiap pemutusan kredit melibatkan
Business Unit dan Credit Risk Management Unit secara independen untuk memperoleh keputusan yang obyektif. Mekanisme four - eye principle dilakukan oleh Credit Committee sesuai limit kewenangan
dimana proses pemutusan kredit dilaksanakan melalui mekanisme Rapat Komite Kredit. Pemegang Kewenangan Memutus Kredit sebagai anggota Credit Committee memiliki kompetensi, kemampuan
dan integritas yang tinggi sehingga proses pemberian kredit dilakukan secara obyektif, komprehensif dan hati-hati. Untuk memonitor kinerja pemegang kewenangan dalam memutus kredit, Bank telah
mengembangkan system monitoring database pemegang kewenangan. Dengan sistem ini Bank setiap saat dapat memantau jumlah maupun kualitas kredit yang telah diputus oleh Pemegang Kewenangan,
sehingga performance dari Pemegang Kewenangan memutus kredit dapat diketahui setiap waktu.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 5155 56. MANAJEMEN RISIKO lanjutan
Risiko Kredit lanjutan Untuk mengidentifikasi serta mengukur tingkat risiko transaksional pada setiap aplikasi kredit yang
diproses, digunakan Rating dan Scoring system. Rating dan Scoring system terdiri dari Bank Mandiri Rating System BMRS, Small Medium Enterprise Scoring System SMESS, Micro Banking Scoring
System MBSS serta Consumer Scoring System. Bank juga telah mengembangkan Rating System untuk Financial Institution - Bank, berupa Bank Mandiri Financial Institution Rating BMFIR, sehingga
Bank dapat melakukan identifikasi dan pengukuran risiko Bank Counterparty yang dapat ditoleransi dalam memberikan fasilitas Credit Line. Sebagai upaya perbaikan pengukuran tingkat risiko
transaksional segmen Middle Commercial, pada triwulan I 2010 telah diimplementasikan BMRS untuk segmen tersebut, sehingga Bank dapat menentukan tinggi-rendahnya risiko per individual debitur
berdasarkan risk class rating-nya masing-masing. Bank juga sedang mengembangkan Rating System untuk Financial Institution – Non Bank, yaitu perusahaan multifinance. Hal ini untuk melengkapi alat ukur
tingkat risiko pada debitur multifinance.
Untuk segmen Consumer, pada sejak triwulan II 2010 telah diimplementasikan model scoring untuk produk KTA Payroll dan KTA Non Payroll menggantikan model scoring existing yang secara statistik
sudah menurun kekuatan prediksinya, untuk Produk Mitrakarya, pada triwulan IV 2010 juga telah diselesaikan pengembangan model scoring berdasarkan jenis industri yang juga menggantikan model
scoring existing yang secara statistik sudah menurun kekuatan prediksinya. Selanjutnya untuk produk kartu kredit sampai dengan triwulan IV 2010 telah diimplementasikan model scoring atas dasar
WilayahRCC Regional Card Center dan channel salesnon sales yang terdiri atas 5 scoring model menggantikan model scoring existing yang secara statistik juga sudah menurun kekuatan prediksinya.
Untuk menunjang pengembangan alat tersebut, Bank telah memiliki Pedoman Penyusunan dan Pengembangan Model Credit Rating dan Credit Scoring, yang merupakan pedoman lengkap bagi Bank
dalam menyusun model credit rating dan credit scoring. Disamping hal tersebut, guna memonitor performance model credit rating dan credit scoring, Bank melakukan review atas hasil scoring dan hasil
rating yang dilakukan oleh Business Unit. Dengan melakukan pemantauan dan review terhadap model rating
dengan pendekatan
metodologi validasi
akan diketahui
performance model
secara berkesinambungan. Saat ini validasi model telah dilakukan secara internal oleh Model Risk Validation,
yaitu unit yang independent dan terpisah dari pengembang model. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan analis dalam pengukuran risiko kredit, khususnya dalam menetapkan nilai
Probability of Default PD dan peringkat rating debitur. Dalam rangka pengukuran economic capital untuk risiko kredit serta comply dengan Basel II, Bank telah mengembangkan Long Term PD,
melakukan review model internal untuk Exposure at Default EAD Lost Given Default LGD. Sebagai upaya pemantauan rating scoring yang dikelola dalam database, disusun laporan Credit Scoring
Review dan Rating Outlook yang diterbitkan secara triwulan dan semesteran. Laporan tersebut memuat informasi mengenai parameter scoring dan rating yang disusun menurut sektor industri. Hal ini
bermanfaat bagi Business Unit khususnya sebagai acuan dalam menetapkan targeted customer dengan klasifikasi baik perform, sehingga proses ekspansi kredit lebih berkualitas.
Sebagai bagian dari pelaksanaan prudential banking, untuk mengidentifikasi, mengukur, dan memonitor risiko dalam pemberian kredit, disamping Rating dan Scoring tools, Bank menggunakan alat tools
berupa spread sheet keuangan secara lengkap, format Nota Analisa Kredit NAK yang comprehensive dan Loan Monitoring System yang telah terintegrasi dalam sistem Integrated Loan Processing
ILPLoan Origination System LOS secara end to end process.
Sedangkan sebagai upaya memitigasi risiko kredit per debitur, Credit Committee menentukan Struktur Kredit termasuk penentuan covenant yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi debitur, sehingga kredit
yang diberikan benar-benar efektif dan menguntungkan bagi debitur maupun Bank Mandiri.
Sejalan dengan kondisi ekonomi global yang belum stabil, untuk mengidentifikasi debitur-debitur yang berpotensi mengalami kesulitan pembayaran kewajiban kredit, melalui Loan Monitoring System, Bank
melakukan deteksi dini dengan analisa Watch List Early Warning Analysis terhadap seluruh kredit debitur Corporate dan Commercial. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Bank menetapkan account
strategy dan tindakan dini untuk mencegah terjadinya NPL.