Simpanan dari Bank Lain
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 544 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan ac. Pendapatan dan Beban Bunga lanjutan
i. Konvensional lanjutan Jika aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai
akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui atas bagian aset keuangan yang tidak mengalami penurunan nilai dari aset keuangan yang
mengalami penurunan nilai, berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam menghitung kerugian penurunan nilai.
Sebelum 1 Januari 2010 Pendapatan dan beban bunga diakui berdasarkan konsep akrual. Pendapatan bunga yang
berasal dari pinjaman yang diberikan atau aset produktif lain yang bermasalah non- performing tidak diakui, kecuali pada saat pembayaran tunai diterima. Pada saat aset
keuangan diklasifikasikan sebagai bermasalah, bunga yang telah diakui tetapi belum ditagih dibatalkan pengakuannya. Selanjutnya bunga yang dibatalkan tersebut diakui
sebagai tagihan kontinjensi.
Seluruh penerimaan pembayaran yang berhubungan dengan pinjaman yang diberikan dengan kolektibilitas diragukan dan macet, harus diakui terlebih dahulu sebagai pengurang
terhadap pokok pinjaman yang diberikan. Kelebihan penerimaan pembayaran atas pokok pinjaman yang diberikan harus diakui sebagai pendapatan bunga dalam laporan laba rugi.
Pendapatan bunga dari kredit yang direstrukturisasi hanya dapat diakui apabila telah diterima secara tunai sebelum kualitas kredit menjadi lancar sebagaimana diatur di dalam
Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas
Aktiva Bank
Umum, sebagaimana
telah diubah
terakhir dengan
PBI No. 112PBI2009 tanggal 29 Januari 2009.
Pendapatan bunga yang masih harus diterima atas aset non-performing Bank Mandiri dan Anak Perusahaan dicatat sebagai tagihan kontinjensi dalam laporan Komitmen dan
Kontinjensi pada catatan atas laporan keuangan konsolidasian.
Pendapatan pembiayaan konsumen Anak Perusahaan dinyatakan sebesar pendapatan bersih setelah dikurangi dengan bagian pendapatan milik bank-bank lain sehubungan
dengan transaksi-transaksi kerjasama penerusan pinjaman, kerjasama pembiayaan bersama dan pengambilalihan piutang dan penunjukan selaku pengelola piutang.
ii. Syariah Didalam pendapatan dan beban bunga terdapat pendapatan dan beban berdasarkan
prinsip syariah. Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib terdiri dari pendapatan atas jual beli dari transaksi murabahah, pendapatan dari istishna, pendapatan
dari sewa ijarah dan pendapatan atas bagi hasil dari mudharabah, pendanaan musyarakah begitu pula dengan pendapatan usaha utama lainnya.
Pengakuan keuntungan transaksi murabahah yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau tangguh, dilakukan secara proporsional sesuai dengan praktik akuntansi
perbankan yang berlaku umum vide: Surat Bank Indonesia No. 101260DPbS tanggal 15 Oktober 2008 dan Surat Bank Indonesia No. 9634DPbS tanggal 20 April 2007.
Dalam kaitannya dengan tingkat risiko piutang murabahah, Anak Perusahaan menetapkan kebijakan atas pengakuan keuntungan murabahah sebagai berikut:
1 Untuk murabahah dengan pembayaran tangguh satu tahun atau lebih dari satu tahun dimana risiko penagihan kas dari piutang piutang tak tertagih danatau beban
pengelolaan piutang relatif kecil, keuntungan diakui dengan menggunakan metode efektif anuitas sesuai jangka waktu.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 545 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan ac. Pendapatan dan Beban Bunga lanjutan
ii. Syariah lanjutan 2 Untuk murabahah dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun dimana risiko
penagihan kas dari piutang piutang tak tertagih danatau beban pengelolaan piutang serta penagihan piutangnya relatif besar, keuntungan diakui dengan menggunakan
metode proporsional sesuai jangka waktu akad.
Anak Perusahaan menetapkan kebijakan tingkat risiko berdasarkan ketentuan internal. Anak Perusahaan melakukan penghentian amortisasi keuntungan ditangguhkan pada
masa pembiayaan diklasifikasikan sebagai non performing.
Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Pendapatan ijarah diakui selama masa akad secara proporsional. Pendapatan bagi hasil musyarakah yang menjadi hak mitra pasif diakui sebesar haknya
sesuai dengan kesepakatan. Pendapatan bagi hasil mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai
nisbah yang disepakati, dan tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
ad. Pendapatan Premi, Beban Klaim dan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan
Pendapatan premi kontrak jangka pendek Anak Perusahaan diakui sebagai pendapatan selama periode risiko sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Pendapatan
premi kontrak jangka panjang Anak Perusahaan diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo polis.
Pendapatan premi yang diterima sebelum jatuh tempo polis dicatat sebagai simpanan pemegang polis pada neraca konsolidasian.
Klaim dan manfaat Anak Perusahaan terdiri dari klaim yang telah diselesaikan, klaim yang masih dalam proses penyelesaian dan estimasi atas klaim yang terjadi namun belum dilaporkan.
Klaim dan manfaat diakui sebagai beban pada saat terjadinya kewajiban untuk memberikan proteksi atas klaim. Klaim reasuransi yang diperoleh dari perusahaan reasuradur diakui dan
dicatat sebagai pengurang beban klaim dan manfaat pada periode yang sama dengan periode pengakuan beban klaim dan manfaat.
Total klaim dalam penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dinyatakan berdasarkan perhitungan taksiran dengan menggunakan teknik perhitungan aktuaria
untuk asuransi. Perubahan dalam estimasi kewajiban klaim, sebagai hasil dari evaluasi lebih lanjut dan karena perbedaan antara taksiran klaim serta klaim yang dibayarkan, diakui sebagai
biaya tambahan atau pengurang biaya pada saat terjadinya perubahan.
Premi Anak Perusahaan yang belum merupakan pendapatan merupakan bagian dari premi yang telah diterima, namun belum diakui sebagai pendapatan premi. Premi yang belum
merupakan pendapatan dihitung secara agregat dari sekurang-kurangnya 40 premi tanggungan sendiri sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 424KMK.062003.