Aset dan kewajiban keuangan
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 516 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan i.
Aset dan kewajiban keuangan lanjutan B. Kewajiban keuangan
Grup mengklasifikasikan kewajiban keuangan dalam kategori a kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan b kewajiban keuangan
yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Kewajiban keuangan dikeluarkan dari neraca konsolidasian ketika kewajiban telah dilepaskan atau dibatalkan atau
kadaluwarsa.
a Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Kategori ini terdiri dari dua sub-kategori: kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dan kewajiban keuangan yang pada saat pengakuan
awal telah ditetapkan oleh Grup untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat atau jika
merupakan bagian dari portfolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek
yang terkini. Derivatif diklasifikasikan sebagai kewajiban diperdagangkan kecuali ditetapkan dan efektif sebagai instrumen lindung nilai.
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar kewajiban keuangan yang diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dicatat dalam laporan
laba rugi konsolidasian sebagai “Keuntungankerugian yang belum direalisasi dari kenaikanpenurunan nilai wajar instrumen keuangan”. Beban bunga dari
kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dicatat di dalam “Beban bunga”.
Jika Grup pada pengakuan awal telah menetapkan instrumen hutang tertentu sebagai nilai wajar melalui laporan laba rugi opsi nilai wajar, maka selanjutnya,
penetapan ini tidak dapat diubah. Berdasarkan PSAK 55 Revisi 2006, instrumen hutang yang diklasifikasikan sebagai opsi nilai wajar, terdiri dari kontrak utama
dan derivatif melekat yang harus dipisahkan.
Perubahan nilai wajar terkait dengan kewajiban keuangan yang ditetapkan untuk diukur
pada nilai
wajar melalui
laporan laba
rugi diakui
di dalam
“Keuntungankerugian dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan”. b
Kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi Pada saat pengakuan awal, kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya
perolehan diamortisasi diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. Setelah pengakuan awal, Grup mengukur seluruh kewajiban keuangan yang
diukur dengan biaya perolehan diamortisasi sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Amortisasi suku bunga efektif
diakui sebagai beban bunga.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 517 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan i.
Aset dan kewajiban keuangan lanjutan C. Penghentian pengakuan
Penghentian pengakuan aset keuangan dilakukan ketika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir, atau ketika aset keuangan tersebut
telah ditransfer dan secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset tersebut telah ditransfer jika, secara substansial seluruh risiko dan manfaat tidak
ditransfer,
maka Grup
melakukan evaluasi
untuk memastikan
keterlibatan berkelanjutan atas kendali yang masih dimiliki tidak mencegah penghentian
pengakuan. Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban telah dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa.
Agunan yang diserahkan oleh Grup di dalam perjanjian dijual dengan janji untuk dibeli kembali dan transaksi securities lending dan borrowing tidak dihentikan pengakuannya
karena Grup secara substansial masih memiliki seluruh risiko dan manfaat agunan tersebut, berdasarkan ketentuan bahwa harga pembelian kembali telah ditentukan di
awal, sehingga kriteria penghentian pengakuan tidak terpenuhi.
ii. Reklasifikasi aset keuangan
Grup tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke kategori instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama
instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan.
Grup tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun
sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo lebih dari
jumlah yang tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah nilai investasi dimiliki hingga jatuh tempo, kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut:
a dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian kembali di mana perubahan suku bunga pasar tidak akan berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai wajar aset keuangan tersebut; b terjadi setelah Grup telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok aset
keuangan tersebut sesuai jadwal pembayaran atau Grup telah memperoleh pelunasan dipercepat; atau
c terkait dengan kejadian tertentu yang berada di luar kendali Grup, tidak berulang, dan tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh Grup.
Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok tersedia untuk dijual dicatat sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya, dan pada saat itu, keuntungan atau kerugian kumulatif yang
sebelumnya diakui dalam ekuitas harus diakui pada laporan laba rugi konsolidasian.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 518 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan iii.
Klasifikasi atas instrumen keuangan
Grup mengklasifikasikan
instrumen keuangan
dalam klasifikasi
tertentu yang
mencerminkan sifat dari informasi dan mempertimbangkan karakteristik dari instrumen keuangan tersebut. Klasifikasi instrumen keuangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Kategori yang didefinisikan Golongan ditentukan oleh Bank
oleh PSAK 55 Revisi 2006 dan Anak Perusahaan
Sub-golongan
Aset keuangan Aset keuangan yang diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi
Aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan
Efek-efek Obligasi Pemerintah
Tagihan derivatif - Tidak terkait lindung nilai
Investasi Pemegang Polis pada Kontrak Unit-Linked
Pinjaman yang diberikan dan piutang
Giro pada Bank Indonesia Giro pada bank lain
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain Tagihan lainnya
Tagihan atas efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali Kredit yang diberikan
Piutang pembiayaan konsumen Tagihan akseptasi
Aset lain-lain Pendapatan yang masih
akan diterima Piutang transaksi nasabah
Penjualan efek-efek yang masih harus diterima
Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo
Efek -efek Obligasi Pemerintah
Aset keuangan tersedia untuk dijual
Efek -efek Obligasi Pemerintah
Penyertaan saham
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 519 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan iii.
Klasifikasi atas instrumen keuangan lanjutan
Kategori yang didefinisikan Golongan ditentukan oleh Bank
oleh PSAK 55 Revisi 2006 dan Anak Perusahaan
Sub-golongan
Kewajiban keuangan
Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi Kewajiban keuangan dalam
kelompok diperdagangkan Kewajiban derivatif bukan
lindung nilai Kewajiban Kepada
Pemegang Polis Unit- Linked
Kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan
diamortisasi Kewajiban segera
Simpanan nasabah Giro
Tabungan Deposito berjangka
Simpanan dari bank lain Giro dan tabungan
Inter-bank call money Deposito berjangka
Kewajiban atas efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali
Kewajiban akseptasi Efek-efek yang diterbitkan
Pinjaman yang diterima Kewajiban lain-lain
Hutang transaksi nasabah Setoran jaminan
Pembelian efek-efek yang masih harus dibayar
Pinjaman subordinasi
Rekening administratif
Fasilitas kredit yang diberikan yang belum digunakan committed Letters of credit yang tidak dapat dibatalkan
Garansi yang diberikan Standby letters of credit
iv. Saling hapus instrumen keuangan
Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus disajikan dalam neraca sebesar nilai bersihnya jika memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus
buku atas jumlah yang telah diakui tersebut dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara simultan.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 520 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan v.
Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan
a Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi Pada setiap tanggal neraca, Grup mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif
bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian
penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang
terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut “peristiwa yang merugikan”, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan
atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.
Kriteria yang digunakan oleh Grup untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut:
1. kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; 2. pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran
pokok atau bunga; 3. pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan
keuangan yang
dialami pihak
peminjam, memberikan
keringanan konsesi pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut;
4. terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
5. hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau 6. data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat
diukur atas estimasi. Khusus untuk kredit yang diberikan, Grup menggunakan kriteria tambahan untuk
menentukan bukti obyektif penurunan nilai sebagai berikut: 1. Kredit yang diberikan dengan kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
kredit non-performing sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia Catatan 2b v.d.
2. Semua kredit yang direstrukturisasi. Grup pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai atas
aset keuangan. Penilaian secara individual dilakukan atas aset keuangan yang secara individual mengalami penurunan nilai yang signifikan, dengan menggunakan
metode discounted cash flows. Aset keuangan yang tidak signifikan namun mengalami penurunan nilai dan aset keuangan yang tidak mengalami penurunan
nilai, dimasukkan dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko yang serupa dan dilakukan penilaian secara kolektif.
Jika Grup menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik yang jumlahnya signifikan maupun
tidak signifikan, maka aset keuangan tersebut akan dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan penurunan
nilai kelompok aset keuangan tersebut dilakukan secara kolektif. Aset keuangan yang penurunan nilainya dilakukan secara individual, dan untuk itu kerugian
penurunan nilai telah diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 521 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan v.
Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan lanjutan
a Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi lanjutan Dalam melakukan evaluasi penurunan nilai kredit, Bank menetapkan portofolio kredit
menjadi 3 kategori, sebagai berikut: 1. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan jika terjadi penurunan
nilai akan berdampak cukup material bagi laporan keuangan, yaitu kredit dengan Gross Annual Sales GAS Corporate dan Commercial, serta kredit dengan GAS
di luar Corporate dan Commercial dengan baki debet lebih besar dari Rp5.000; 2. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan, yaitu GAS Small, Micro
dan Consumer dengan baki debet lebih kecil atau sama den gan Rp5.000; dan 3. Kredit yang direstrukturisasi.
Bank menetapkan kredit yang harus dievaluasi penurunan nilainya secara individual, jika memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
1. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan memiliki bukti obyektif penurunan nilai; atau
2. Kredit yang direstrukturisasi yang secara individual memiliki nilai signifikan. Bank menetapkan kredit yang harus dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif,
jika memenuhi salah satu kriteria di bawah ini: 1. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan namun tidak memiliki bukti
obyektif penurunan nilai; atau 2. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan; atau
3. Kredit yang direstrukturisasi yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan. Perhitungan penurunan nilai secara individu
Jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan
dengan nilai
kini dari
estimasi arus kas masa datang tanpa
memperhitungkan kerugian penurunan nilai dimasa datang yang belum terjadi yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan
tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi melalui akun cadangan kerugian penurunan nilai dan beban kerugian diakui pada laporan laba rugi konsolidasian. Jika
pinjaman yang diberikan atau aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo memiliki suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap
kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak.
Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan
agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.
Grup menggunakan metode fair value of collateral sebagai arus kas masa datang apabila memenuhi salah satu kondisi berikut:
1. Kredit bersifat collateral dependent, yaitu jika pelunasan kredit hanya bersumber dari agunan; atau
2. Pengambilalihan agunan kemungkinan besar terjadi dan didukung dengan aspek legal pengikatan agunan.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 522 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan v.
Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan lanjutan
a Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi lanjutan Perhitungan penurunan nilai secara kolektif
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, aset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit seperti mempertimbangkan
segmentasi kredit dan status tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang
mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar seluruh kewajiban yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi.
Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi berdasarkan kerugian historis yang pernah
dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut di dalam Bank. Kerugian historis yang
pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada
periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis namun sudah tidak ada lagi saat ini.
Bank menggunakan statistical model analysis method, yaitu roll rates analysis method dan migration analysis method untuk penilaian penurunan nilai aset
keuangan secara kolektif dengan menggunakan data historis selama 3 tiga tahun.
Pada migration analysis method, manajemen menentukan estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian untuk setiap portofolio yang
diidentifikasi, yaitu 12 bulan.
Ketika kredit yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapus buku dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Kredit tersebut dapat dihapus
buku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan kredit yang diberikan,
efek-efek dan Obligasi Pemerintah di dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diberikan dan piutang diklasifikasikan ke dalam “pembentukan
cadangan kerugian penurunan nilai”.
Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi
setelah penurunan nilai diakui seperti meningkatnya peringkat kredit debitur, maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan
menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi konsolidasian.
Penerimaan kemudian atas kredit yang diberikan yang telah dihapusbukukan, pada tahun berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan. Penerimaan
kembali atas kredit yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada tahun sebelumnya dicatat sebagai pendapatan non-operasional lainnya.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 523 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan v.
Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan lanjutan
b Aset keuangan yang tersedia untuk dijual Pada setiap tanggal neraca konsolidasian, Grup mengevaluasi apakah terdapat bukti
yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Lihat Catatan 2b.v.a untuk kriteria bukti obyektif adanya
penurunan nilai.
Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrumen hutang di bawah biaya perolehannya merupakan bukti
obyektif terjadinya
penurunan nilai
dan menyebabkan
pengakuan kerugian
penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut diatas untuk aset keuangan yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya
perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi konsolidasian, dikeluarkan dari
ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi konsolidasian.
Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara
obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi konsolidasian, maka kerugian penurunan nilai
tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi konsolidasian.
c Kontrak jaminan keuangan dan komitmen Kontrak jaminan keuangan adalah kontrak yang mengharuskan penerbit untuk
melakukan pembayaran yang ditetapkan untuk mengganti uang pemegang kontrak atas kerugian yang terjadi karena debitur tertentu gagal untuk melakukan
pembayaran pada saat jatuh tempo, sesuai dengan ketentuan dari instrumen hutang. Jaminan keuangan tersebut diberikan kepada bank-bank, lembaga keuangan dan
badan-badan lainnya atas nama debitur untuk menjamin kredit dan fasilitas-fasilitas perbankan lainnya.
Jaminan keuangan awalnya diakui dalam laporan keuangan konsolidasian sebesar nilai wajar pada tanggal jaminan diberikan. Nilai wajar dari jaminan keuangan pada
saat dimulainya transaksi pada umumnya sama dengan provisi yang diterima untuk jaminan diberikan dengan syarat dan kondisi normal. Setelah pengakuan awal,
kewajiban Bank atas jaminan tersebut diukur pada jumlah yang lebih tinggi antara jumlah awal, dikurangi amortisasi provisi, dan estimasi terbaik dari jumlah yang
disyaratkan
untuk menyelesaikan
jaminan tersebut.
Estimasi ini
ditentukan berdasarkan pengalaman transaksi yang sejenis dan kerugian historis masa lalu,
dilengkapi dengan penilaian manajemen. Pendapatan provisi yang diperoleh diamortisasi selama jangka waktu jaminan dengan menggunakan metode garis
lurus.
Cadangan kerugian penurunan nilai atas kontrak jaminan keuangan yang memiliki risiko kredit dan fasilitas kredit komitmen yang belum digunakan dihitung
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah terakhir
dengan PBI No. 112PBI2009 tanggal 29 Januari 2009 dan sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 12516DPNPIDPnP tanggal 21 September 2010.
Peningkatan jumlah kewajiban yang berkaitan dengan jaminan keuangan dilaporkan sebagai biaya operasi lain-lain pada laporan laba rugi konsolidasian.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 524 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan v.
Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan lanjutan
d Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif sebelum berlakunya PSAK 55 Revisi 2006
Sebelum 1 Januari 2010, seluruh aset produktif dan non produktif wajib dibentuk cadangan kerugian, yang lebih dikenal dengan istilah “Penyisihan kerugian atas aset
produktif dan non produktif” sebesar ketentuan minimum dari Bank Indonesia.
Aset produktif terdiri atas giro pada Bank Indonesia dan bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek -efek, Obligasi Pemerintah, tagihan lainnya -
transaksi perdagangan, efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi,
penyertaan saham dan komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit, serta aset produktif yang berasal dari kegiatan syariah.
Komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit terdiri atas letters of credit yang tidak dapat dibatalkan yang masih berjalan, letters of credit yang diterbitkan
dengan program penjaminan Bank Indonesia, garansi yang diterbitkan dalam bentuk standby letters of credit, bank garansi, kelonggaran tarik committed dan risk
sharing.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, Grup mengklasifikasikan aset produktif ke dalam satu dari lima kategori dan aset non produktif ke dalam satu dari empat
kategori. Aset produktif tidak bermasalah performing diklasifikasikan sebagai “Lancar” dan “Dalam Perhatian Khusus”, sedangkan aset produktif bermasalah non-
performing
diklasifikasikan kedalam
tiga kategori
yaitu: “Kurang
Lancar”, “Diragukan” dan “Macet”. Efek-efek diklasifikasikan sebagai “Lancar”, “Kurang
Lancar” dan “Macet”. Mandiri Tunas Finance, Anak Perusahaan, menetapkan cadangan kerugian
penurunan nilai berdasarkan penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang yang persentase kerugiannya ditentukan berdasarkan kerugian historis atau ketika
terdapat bukti obyektif bahwa saldo piutang kemungkinan tidak dapat tertagih. Piutang ragu-ragu akan dihapusbukukan setelah menunggak lebih dari 180 hari atau
pada saat piutang tersebut diputuskan tidak dapat tertagih. Penerimaan dari piutang yang telah dihapusbukukan diakui sebagai pendapatan operasional selain bunga.
Pengklasifikasian aset produktif dan jumlah minimum penyisihan kerugian atas aset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit dihitung
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah
terakhir dengan PBI No. 112PBI2009 tanggal 29 Januari 2009. Dalam penerapan PBI
No. 72PBI2005 tersebut,
Bank melakukan
klasifikasi aset
produktif berdasarkan evaluasi atas kinerja debitur, prospek usaha dan kemampuan
membayar kepada Bank. Untuk Bank Syariah Mandiri, pengklasifikasian aset produktif dilakukan berdasarkan
PBI No. 821PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah,
sebagaimana dalam pasal-pasal tertentu telah diubah dengan PBI No. 99PBI2007 tanggal 18 Juni 2007 dan terakhir berdasarkan PBI No. 1024PBI2008 tanggal 16
Oktober 2008.
Pembentukan penyisihan minimum sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 525 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan v.
Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan lanjutan
d Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif sebelum berlakunya PSAK 55 Revisi 2006 lanjutan
Persentase minimum penyisihan kerugian Lancar
1 Dalam perhatian khusus
5 Kurang lancar
15 Diragukan
50 Macet
100 Persentase di atas berlaku untuk saldo aset produktif dan komitmen kontinjensi,
dikurangi nilai agunan, kecuali untuk aset produktif dan komitmen kontinjensi yang dikategorikan sebagai lancar, dimana persentasenya berlaku langsung atas saldo
aset produktif dan komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.
Untuk aset produktif dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Hutang Pemerintah Obligasi Pemerintah dan untuk aset produktif yang dijamin dengan
agunan tunai berupa giro, deposito, tabungan, setoran jaminan, emas, Sertifikat Bank Indonesia atau Surat Utang Negara, Jaminan Pemerintah Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, standby letter of credit dari prime bank yang diterbitkan sesuai dengan Uniform Customs and Practice for
Documentary Credits, International Chamber of Commerce Publication No. 600 UCP 600 dan International Standard Banking Practice ISBP, tidak perlu dibentuk
penyisihan.
Untuk efek-efek, sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”, penyisihan
minimum yang wajib dibentuk adalah sebagai berikut:
Persentase minimum penyisihan kerugian Lancar
1 Kurang lancar
15 Macet
100 Estimasi kerugian untuk komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit
disajikan sebagai kewajiban pada neraca konsolidasian. Sebelum
1 Januari
2010, saldo
aset produktif
dengan kualitas
macet dihapusbukukan pada saat manajemen Grup berpendapat bahwa aset produktif
tersebut tidak dapat tertagih. Penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapusbukukan dicatat sebagai penambahan penyisihan kerugian aset produktif
selama periode
berjalan. Jika
terdapat kelebihan
dari penerimaan
pokok, kelebihannya diakui sebagai pendapatan bunga.
Sesuai dengan PAPI Revisi 2008, Anak Perusahaan yang bergerak dalam bidang Perbankan Syariah masih menggunakan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia “PAPSI”. Oleh karena itu, pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008, kolektibilitas dan cadangan
kerugian penurunan nilai atas aset produktif dari kegiatan yang berbasis syariah masih ditentukan berdasarkan PBI syariah.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 526 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan vi.
Penentuan nilai wajar
Nilai wajar untuk instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif, seperti efek- efek dan Obligasi Pemerintah, ditentukan berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada
tanggal neraca menggunakan harga yang dipublikasikan secara rutin dan berasal dari sumber yang terpercaya, seperti Bloomberg, Reuters atau harga yang diberikan oleh
broker quoted price. Investasi dalam unit reksadana dinyatakan sebesar nilai pasar sesuai nilai aset bersih dari reksadana pada tanggal neraca.
Instrumen keuangan dianggap memiliki kuotasi di pasar aktif, jika harga kuotasi tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek dealer,
perantara efek broker dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. Jika kriteria di atas tidak terpenuhi, maka
pasar aktif dinyatakan tidak tersedia. Indikasi-indikasi dari pasar tidak aktif adalah terdapat selisih yang besar antara harga penawaran dan permintaan atau kenaikan
signifikan dalam selisih harga penawaran dan permintaan dan hanya terdapat beberapa transaksi terkini.
Untuk efek-efek yang tidak mempunyai harga pasar, estimasi atas nilai wajar efek-efek ditetapkan dengan mengacu pada nilai wajar instrumen lain yang substansinya sama atau
dihitung berdasarkan arus kas yang diharapkan terhadap aset bersih efek-efek tersebut.
Untuk Obligasi Pemerintah yang tidak memiliki nilai pasar, estimasi nilai wajar ditentukan dengan menggunakan model untuk mendapatkan estimasi nilai kini dari arus kas masa
depan yang diharapkan pendekatan next-repricing method dengan menggunakan faktor deflator.
vii. Ketentuan Transisi Penerapan Awal PSAK 50 Revisi 2006 dan PSAK 55 Revisi 2006
Ketentuan Transisi Penerapan Awal PSAK 50 Revisi 2006 dan PSAK 55 Revisi 2006 dilakukan sesuai dengan Buletin Teknis No.4 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia, memberikan tambahan pedoman dibawah ini:
Perhitungan Suku Bunga Efektif Perhitungan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya
perolehan diamortisasi yang diperoleh sebelumnya dan masih bersaldo pada tanggal 1 Januari 2010 ditentukan berdasarkan arus kas masa depan yang akan diperoleh sejak
penerapan awal PSAK 55 Revisi 2006 sampai dengan jatuh tempo instrumen keuangan tersebut.
Penghentian Pengakuan Instrumen keuangan yang sudah dihentikan pengakuannya sebelum tanggal 1 Januari
2010 tidak dievaluasi kembali berdasarkan ketentuan penghentian pengakuan dalam PSAK 55 Revisi 2006.
Instrumen Keuangan Majemuk Instrumen keuangan majemuk yang ada pada tanggal 1 Januari 2010 harus dipisahkan
antara komponen kewajiban dan ekuitas berdasarkan paragraf 11 PSAK 50 Revisi 2006. Pemisahan tersebut ditentukan berdasarkan sifat, kondisi, persyaratan, dan hal lainnya
dari instrumen keuangan tersebut pada tanggal 1 Januari 2010.
Klasifikasi Instrumen Keuangan sebagai Kewajiban atau Ekuitas Pada tanggal 1 Januari 2010, Bank Mandiri mengklasifikasikan instrumen keuangan
sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan paragraf 11 PSAK 50 Revisi 2006.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 527 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan b.
Perubahan kebijakan akuntansi pada tahun berjalan lanjutan vii. Ketentuan Transisi Penerapan Awal PSAK 50 Revisi 2006 dan PSAK 55 Revisi
2006 lanjutan Penurunan Nilai Instrumen Keuangan
Pada tanggal 1 Januari 2010, Bank Mandiri menentukan penurunan nilai instrumen keuangan berdasarkan kondisi pada saat itu. Selisih antara penurunan nilai ini dengan
penurunan nilai yang ditentukan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku sebelumnya diakui langsung ke saldo laba pada tanggal 1 Januari 2010.
Dampak penerapan awal PSAK 50 Revisi 2006 dan PSAK 55 Revisi 2006 dapat dilihat pada Catatan 49.