Pendahuluan BPPT Outlook Energi Indonesia 2013

2 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2013

1.1 Latar Belakang

Background Selama tahun 2000-2011, konsumsi energi final meningkat rata-rata 3 per tahun. Konsumsi energi final terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam Outlook Energi Indonesia 2013, pertumbuhan rata- rata kebutuhan energi diperkirakan sebesar 4,7 per tahun selama tahun 2011-2030. Pertumbuhan kebutuhan energi tersebut diperkirakan akan semakin tinggi karena pemerintah sedang melaksanakan program peningkatan nilai tambah mineral sesuai dengan amanat UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Kebijakan ini ditindaklanjuti pelaksanaannya melalui regulasi dalam PP No. 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara dan Inpres No. 3 Tahun 2013 tentang percepatan peningkatan nilai tambah mineral melalui pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertambangan sehingga perannya dalam perekonomian nasional meningkat. Pengembangan industri pengolahan mineral untuk peningkatan nilai tambah akan menciptakan kebutuhan energi sekaligus memerlukan pasokan energi yang cukup agar dapat beroperasi dengan baik. Dengan adanya tambahan kebutuhan energi maka akan berdampak pada sektor energi secara keseluruhan. Di sisi lain, subsidi BBM dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat juga mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat mengurangi subsidi BBM maupun melakukan substitusi BBM dengan menggunakan bahan bakar alternatif. Program yang sudah berjalan diantaranya adalah substitusi minyak tanah dengan LPG untuk sektor rumah tangga, penggunaan CNG untuk kendaraan bermotor serta mandatori penggunaan BBN untuk sektor industri, transportasi dan pembangkit listrik. Berbagai permasalahan energi saat ini dan yang mungkin muncul dimasa depan memerlukan solusi yang tepat dengan pendekatan yang komprehensif. Perencanaan dan pengembangan energi perlu dilakukan supaya dapat During the years 2000-2011, the final energy consumption increased by an average of 3 per year. Final energy consumption continues to rise along with economic growth, population, and policies set by the government. In Indonesia Energy Outlook 2013, the average growth in energy demand estimated at 4.7 per year during the years 2011 to 2030. Energy demand growth is expected to be higher because of program implemented by the government which improve the value-added of minerals as stated in Act No. 4 of 2009 on Mineral and Coal Mining. This policy is followed by the Government Regulation No. 23 of 2010 on the implementation of mineral and coal mining business and Presidential Decree No. 3 of 2013 on the acceleration of the advancement of mineral value-added through processing and refining of minerals domestically. This policy is intended to increase the value-added of the mining sector to increase its role in the national economy. Development of mineral processing industry to increase the added value will create higher energy demand and at the same time it will require sufficient energy supply in order to operate properly. The additional energy demand will have impact on the energy sector as a whole. On the other hand, oil fuel subsidy over the years tends to increase which received serious attention from the government. Various efforts are under way to reduce the fuel subsidies and to substitute fuel by using alternative fuels. The on going programs include substitution of kerosene to LPG for the residential sector, the use of CNG for motor vehicles as well as the mandatory use of biofuel in industry, transport and power plant. Varieties of energy issue either nowadays or one that may arise in the future require the right solution with a comprehensive approach. Energy demand planning and development need be done carefully in order to ensure the energy sustainability.