Kebijakan Energi Terkini Energy Diversification

2 2013 INDONESIA ENERGY OUTLOOK Kebijakan ini diambil dalam rangka mendukung kebijakan ekonomi makro dan mengurangi impor BBM, sebagaimana ditetapkan dalam Permen ESDM No. 25 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri ESDM No. 32 Tahun 2008 tentang penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga BBN sebagai bahan bakar lain. Permen ESDM No. 25 Tahun 2013 menetapkan jumlah campuran biodiesel dalam minyak solar dan campuran minyak nabati murni dalam minyak diesel dan minyak bakar meningkat, serta jumlah campuran bioethanol dalam bensin menurun hingga tahun 2020 dan meningkat pada tahun 2025 dibanding Permen ESDM No. 32 Tahun 2008. Selama tahun 2013, Pemerintah juga terus membangun infrastruktur SPBG dalam rangka substitusi minyak solar dan bensin dengan gas bumi, khususnya untuk kendaraan umum, kendaraan dinas, dan kendaraan pribadi secara terbatas. Program ini merupakan kelanjutan dari program yang sama tahun 2012 yang tidak berjalan efektif karena waktu pelaksanaan terbatas yang pendanaannya tidak dapat digunakan secara multiyears. Terkait dengan program BBG tersebut, beberapa SPBG, sistem mother daughter telah selesai dibangun, dan disamping itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyediakan busway berbahan bakar BBG dedicated. 2..3 Subsidi Energi Sebagian pemanfaatan energi di Indonesia masih disubsidi, antara lain bensin premium, minyak solar, biofuel untuk transportasi, minyak tanah untuk konsumen tertentu, paket LPG tabung 3 kg, dan listrik untuk konsumen tertentu. Gambaran secara umum terhadap subsidi energi menunjukkan bahwa target subsidi energi yang ditetapkan antara 13-14 pada RAPBN selalu terlampaui. Pada tahun 2010 volume BBM bersubsidi yang meningkat dari target 36,5 juta kl menjadi 38,2 juta kl walaupun harga minyak internasional rata-rata yang lebih rendah dari harga patokan sehingga realisasi subsidi BBM turun. of MEMR No. 25 of 2013 on the amendment to Regulation of MEMR No. 32 of 2008 on supply, utilization, and trade system of biofuel as alternative fuel. The MEMR Regulation No. 25 of 2013 defines the amount of biodiesel and pure vegetable oil in diesel mixturealso the amount of bioethanol blend in gasoline which are declined by 2020 and increased in 2025 compared to MEMR Regulation No. 32 of 2008. During the year 2013, the Government also continues to build Gas Filling Stations infrastructure in order to support substitution of diesel oil and gasoline with natural gas, especially for public transport, service vehicles, and private vehicles limited. This program is a continuation of the same program in 2012 that has not been effective due to limited implementation time and funding. Regarding gas fuel program, mother daughter system in some gas filling station have been completed, and Jakarta province has provided bus mass transit with dedicated gas engine.

2.6.3 Energy Subsidy

Most energy use in Indonesia is still subsidized, such as gasoline, diesel oil, and biofuel for transport, kerosene for a specific consumer, LPG 3 kg tube package , and electricity to consumers with an installed power of 450 watts. General overview of the energy subsidies shows that the target of 13-14 on the draft budget is always exceeded. In 2010 the volume of subsidized fuel increased from a target of 36.5 million kl to 38.2 million kl. Although international oil prices on average are lower than the benchmark price which lead to lower fuel subsidy expense. 2 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2013 Pada tahun 2011 kondisinya tidak demikian karena dengan kenaikan volume BBM bersubsidi yang hanya sekitar 2 Juta kl ternyata alokasi subsidi BBM meningkat dengan tajam sehingga target alokasi subsidi energi RAPBNAPBN harus diubah dari target 16 menjadi 19. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan volume BBM bersubsidi menjadi 44,5 juta kl dari target 40 juta kl dan hal ini meningkatkan prosentase subsidi energi dari target 14 pada RAPBN menjadi 19 pada APBN 2012. Pada kuartal I tahun anggaran 2013 telah dipastikan bahwa konsumsi BBM bersubsidi akan melebihi kuota yang ditetapkan sehingga subsidi energi tahun anggaran 2013 diperkirakan akan meningkat mendekati 20 APBN 2013 bila tidak diambil tindakan. Kondisi ini dianggap cukup kritis dan mendorong Pemerintah melalui Permen ESDM No. 18 Tahun 2013 menaikkan harga BBM bersubsidi yaitu premium dari Rp. 4500 per liter menjadi Rp. 6.500 per liter, sementara solar dinaikkan dari dari Rp. 4500 per liter menjadi Rp. 5.500 per liter yang efektif mulai tanggal 22 Juni 2013. Kenaikan harga BBM bersubsidi ini diharapkan akan mengurangi beban subsidi dalam APBN yang sangat dipengaruhi oleh antara lain volume penggunaan BBM, harga minyak internasional, serta kisaran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta valuta asing lainnya. Sumber: Data Pokok APBN 2010, 2011, 2012, 2013, dan APBN-P 2013 Source: National Budget Basic Data 2010, 2011, 2012, 2013, and National Budget-Revision 2013 Tabel 2.3 Subsidi energi dan anggaran belanja nasional Table 2.3 Energy subsidy and national budget In 2011 this condition worsen. The volume of subsidized fuel that is only about 2 million kl increased sharply so that draft budget allocation was changed from 16 to 19. In 2012 volume of subsidized fuel increase to 44.5 million kl from target of 40 million kl. This increased the percentage of energy subsidies of 14 to 19. In the first quarter of fiscal year 2013 consumption of subsidized fuel have been confirmed to exceed the quota so that energy subsidies is expected to increase close to 20, if no action is taken. This condition is considered critical enough and forced the government through MEMR regulation No. 18 of 2013 to raise the price of subsidized gasoline of Rp. 4,500 per liter to Rp. 6,500 per liter, while diesel oil is raised from Rp. 4,500 per liter to Rp. 5,500 per liter which was effective starting June 22, 2013. This price hike increase is expected to reduce the burden of subsidies in state budget that is heavily influenced by, among others, volume of fuel usage, international oil prices, as well as rupiah exchange rate against the U.S. dollar and other foreign currencies.