Permasalahan Energi Saat Ini
21
2013 INDONESIA ENERGY OUTLOOK
•
• kebutuhan domestik saja dan belum berorientasi
pada ketahanan energi jangka panjang. Konsumsi batubara yang semakin meningkat, mempertinggi
produksi emisi gas buang seperti CO
2
, SO
X,
NO
X
, dan abu.
Pemanfatan energi terbarukan masih relatif kecil. Beberapa hal yang menghambat pengembangan
EBT antara lain ialah tingginya biaya investasi, birokrasi, minimalnya insentif atau subsidi, dan harga
jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan energi fosil, rendahnya pengetahuan dalam mengadaptasi
fasilitas energi bersih, serta potensi sumberdaya EBT pada umumnya kecil dan tersebar.
Program konversi minyak tanah ke LPG menyebabkan peningkatan konsumsi LPG dengan cepat yang tidak
dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini menyebabkan impor LPG meningkat dengan cepat,
sehingga bila pada tahun 2007 volume import LPG masih sebesar 137 ribu ton, pada tahun 2011
meningkat menjadi 1.992 ribu ton atau meningkat hampir 15 kali lipat.
•
• security. Increasing coal consumption enhances the
production of greenhouse emissions such as CO
2
, SO
X,
NO
X
, and ash.
Utilization of renewable energy is still relatively small. Some of the barriers of renewable energy development,
among others, is the high cost of investment, complicated bureaucracy, minimal incentives or
subsidies, higher selling prices compared to fossil energy, lack of knowledge in adapting the clean energy
facilities, as well as the small and scattered renewable energy resources potential.
The conversion program from kerosene to LPG encourage the rapid increasing of LPG consumption
that can not be met by domestic production. This leads to LPG imports increased rapidly, from 137 thousand
tons in 2007 to 1,992 thousand tons or nearly 15 times in 2011.
2..2 Permasalahan Ketenagalistrikan
PLN selalu mengalami kekurangan pasokan gas bumi untuk pembangkit listrik berbahan bakar gas. Kondisi ini
terjadi karena keterbatasan infrastruktur pipa gas, lokasi sumber gas bumi yang sangat jauh dari pembangkit listrik,
serta kebijakan pemerintah dibidang suplai energi primer, khususnya gas, yang kurang berpihak pada PLN. Selain
itu juga harga gas bumi dalam negeri yang mengikuti harga gas bumi internasional, sementara PLN harus
melayani kelistrikan dalam negeri dengan harga listrik yang tidak mencerminkan nilai keekonomian. Selanjutnya
pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT juga menemui banyak kendala. Panas bumi misalnya, lokasinya
banyak yang berada di kawasan hutan konservasi, serta masih dikategorikan sebagai kegiatan pertambangan. Kendala
lain adalah teknologi untuk kegiatan pengembangan EBT masih terhitung mahal karena belum banyak dikuasai oleh
sumberdaya manusia di dalam negeri, sehingga untuk pengadaan teknologi tersebut perlu mengimpor dari luar
negeri.