Gambaran faktor individu usia, jenis kelamin, status perkawinan,

73 kompetitif, motivasi, sosial dan kemampuan untuk belajar. Namun studi psikologi menemukan bahwa perempuan lebih bersedia mematuhi wewenang, sedangkan laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinan daripada perempuan dalam memiliki pengharapan untuk sukses. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Robbins 2001 yang menyatakan bahwa tingkat turnover pada karyawan wanita lebih tinggi daripada karyawan pria. Begitu juga menurut Howards S. Rowland dan Beatrice L. Rowland 1984 menyatakan bahwa turnover rate pekerja wanita lebih tinggi dari pada pekerja laki-laki. Disarankan kepada RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa agar lebih ketat dalam memberikan peraturan-peraturan kepada perawat baik itu untuk perawat laki-laki maupun perawat perempuan.

6.3.3 Gambaran hubungan status perkawinan dengan turnover

intention Status perkawinan memerlukan tanggungjawab dan membuat pekerjaan menjadi lebih berharga dan sangat penting. Perawat yang sudah menikah mengalami pergantian yang lebih rendah dibandingkan dengan perawat yang sudah menikah. Hal ini dikarenakan bahwa perawat yang sudah menikah memiliki tanggungjawab yang besar untuk keluarganya, berbeda halnya dengan perawat yang belum menikah. Perawat yang belum menikah masih memiliki kebebasan untuk mencoba berpindah bekerja ke tempat- tempat lain karena belum memiliki tanggungjawab untuk keluarga. 74 Dari hasil penelitian, bahwa terdapat 78 perawat 92.9 dengan status perkawinan belum menikah dan sebanyak 6 perawat 7.1 dengan status perkawinan sudah menikah. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 43 55.1 perawat dengan status perkawinan belum menikah memiliki niat untuk pindah bekerja dan sebanyak 2 perawat 33.3 dengan status perkawinan sudah menikah memiliki niat untuk pindah bekerja dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Hasil penelitian tersebut didapatkan P value sebesar 0,544. Hal ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan perawat yang belum menikah ataupun yang sudah menikah dengan turnover intention. Berdasarkan data pada tabel 5.1 diketahui bahwa sebanyak 43 55,1 perawat yang belum menikah memiliki keinginan pindah kerja. Hal ini bisa dikatakan bahwa secara keseluruhan lebih dari setengah perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa yang belum menikah memiliki keinginan untuk pindah kerja. Hal ini disebabkan karena perawat yang belum menikah belum memiliki kewajiban dan tanggungjawab untuk keluarga berbeda dengan yang sudah menikah. Perawat yang sudah menikah sudah pasti dengan bekerja akan menghasilkan balasan dari pengabdiannya sebagai tanggungjawab untuk keluarga. Sehingga perawat yang belum menikah lebih besar keinginannya untuk pindah kerja dibandingkan dengan perawat yang sudah menikah. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosse dan Noel dalam Wardani 2003 yang mengatakan bahwa status perkawinan berkaitan dengan perilaku turnover intention. Perawat yang sudah menikah 75 memiliki peluang lebih kecil daripada perawat yang belum menikah untuk keluar dari pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena perawat yang belum menikah belum memiliki tanggungjawab untuk keluarga. Berdasarkan hal diatas, maka peneliti menyarankan kepada pihak rumah sakit agar lebih memperhatikan dan memberikan fasilitas yang maksimal kepada perawat agar perawat yang bekerja di rumah sakit akan selalu betah dan tidak berpindah kerja ke tempat lain terutama bagi perawat yang belum menikah.

6.3.4 Gambaran hubungan tingkat pendidikan dengan turnover

intention Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa perawat yang paling banyak memiliki niat untuk pindah bekerja adalah perawat dengan pendidikan akhir D3 keperawatan yaitu sebanyak 43 orang 53.2. Hasil penelitian diketahui P value sebesar 1,000. Uji statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan keinginan pindah kerja turnover intention. Penelitian ini berlawanan dengan pendapat Brief dan Aldag 1980 dalam McBey yang menyatakan bahwa pendidikan berhubungan positif dengan turnover karyawan. Begitu juga menurut Gillies 2000 bahwa tingkat pendidikan juga berpengaruh dengan terjadinya turnover intention. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan turnover intention perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Perawat yang bekerja dengan tingkat pendidikan 76 akhir D3 ataupun S1 tidak adanya perbedaan dalam pembagian tugas pekerjaanya. Hal ini dimaksud bahwa pembagian tugas kerja disamaratakan baik itu perawat yang berpendidikan akhir D3 maupun S1. Hal ini disebabkan karena mayoritas perawat yang bekerja di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa adalah berpendidikan D3 keperawatan. Perawat yang berpendidikan S1 keperawatan jumlahnya sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit lebih memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perawat. Agar tidak disamaratakan dalam pembagian pekerjaan antara pekerjaan perawat pendidikan akhir D3 dengan perawat pendidikan akhir S1.

6.3.5 Gambaran hubungan lama kerja dengan turnover intention

Lama kerja merupakan jangka waktu dimana seorang pekerja itu sendiri bekerja di suatu perusahaan. Semakin lama seorang perawat bekerja akan semakin terampil dan berpengalaman menghadapi pekerjaannya. Lama kerja seseorang akan mempengaruhi keinginan dia untuk tetap bekerja atupun keluar bekerja di sebuh oganisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan masa kerja 1 tahun memiliki niat untuk pindah bekerja sebesar 55,3, sedangkan perawat dengan lama kerja ≤ 1 tahun sebanyak 52.2 memiliki niat untuk pindah bekerja dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Dari hasil penelitian didapat P value sebesar 0,950. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara masa kerja perawat dengan turnover intention perawat. 77 Hasil ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh McBey dan Karakowsky 2000 bahwa masa kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya turnover intetntion perawat. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Hart 2005 yang menyebutkan bahwa perawat dengan masa kerja lebih lama akan cenderung lebih ingin bertahan pada posisinya dibanding harus keluar dan mencari pekerjaan lain. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi lingkungan pekerjaan antar perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa membuat perawat bosan untuk bekerja. Tidak adanya perbedaan antar perawat yang lama dengan perawat yang baru. Kerja tim yang dibentuk tidak adanya perbedaan terhadap masa kerja. Lingkungan yang mendukung sehingga terciptanya interaksi dan sosialisasi yang baik antar perawat yang bekerja. Oleh karena itu, pihak rumah sakit lebih menjaga dan memberikan fasilitas lebih kepada perawat agar tetap terciptanya lingkungan yang harmonis baik itu bagi perawat baru ataupun perawat yang sudah lama bekerja, karena perawat yang masa kerjanya lebih lama jika suatu saat nanti akan keluar pasti sulit bagi rumah sakit untuk mendapatkan perawat yang memiliki keahlian yang sama. Namun pada dasarnya semua orang mempunyai keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, karena itu seseorang akan cenderung mencari pekerjaan baru yang menurutnya dianggap lebih baik daripada pekerjaan yang sekarang. 78

6.3.6 Gambaran hubungan status pegawai dengan turnover intention

Status pegawai yang tergolong dalam status pegawai tetap dan status pegawai kontak. Seorang perawat dinyatakan sebagai perawat berstatus sebagai karyawan tetap adalah mereka yang telah lama bekerja di rumah sakit dalam pengangkatan karyawan tetap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang 53.8 perawat berstatus pegawai kontrak memiliki niat untuk pindah bekerja dan sebanyak 3 orang 50 perawat berstatus pegawai tetap memiliki niat untuk pindah bekerja dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Dari hasil penelitian didapatkan P value sebesar 1,000. Dari hasil uji statistik tersebut diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel status pegawai dengan variabel turnover intention. Karyawan dengan status pegawai kontrak lebih besar kemungkinan untuk keluar dari pekerjaannya dibanding dengan karyawan dengan status pegawai tetap. Hal ini disebabkan karena perawat berstatus sebagai karyawan tetap ada keterikatan dengan pihak rumah sakit dan tidak seperti dengan perawat yang berstatus kontrak yang masa kerjanya telah ditentukan sebelum dia bekerja di rumah sakit dan jika masa kontraknya habis perawat yang berstatus sebagai karyawan kontrak dapat melanjutkan kontraknya jika kinerjanya baik atau berpindah kerja ke rumah sakit lain. Hal ini pula bertentangan dengan teori yang dikemukakan Mobley 1986 bahwa karyawan dengan status pegawai kontrak lebih besar kemungkinannya untuk keluar dari pekerjaannya dibandingkan dengan karyawan yang bekerja dengan status sebagai karyawan tetap. 79 Hal ini disebabkan karena perawat yang bekerja di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa dengan status sebagai karyawan tetap memiliki keterikatan dengan rumah sakit lebih tetap tidak seperti dengan perawat yang berstatus sebagai karyawan kontrak yang masa kerjanya telah ditentukan sebelum ia bekerja di RS dan jika masa kontraknya habis perawat yang berstatus sebagai karyawan kontrak dapat melanjutkan kontraknya jika kinerjanya bagus atau pindah mencari pekerjaan di tempat lain. Selain itu, sistem senioritas berkaitan negatif dengan keinginan pindah kerja. Kerjasama tim yang tercipta antar perawat yang sudah tetap dengan perawat yang masih kontrak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, rumah sakit sebaiknya memberikan jaminan lebih kepada perawat dengan dedikasi yang tinggi dan masa kerja yang lebih lama. Hal ini akan mencegah terjadinya keinginan pindah kerja karena jaminan tersebut akan menjadi motivasi perawat untuk lebih giat lagi dalam bekerja.

6.4 Gambaran kompensasi

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 21 perawat 52.5 dengan pemberian kompensasi kurang sesuai memiliki niat untuk pindah bekerja dan sebanyak 24 perawat 54.5 dengan pemberian kompensasi sesuai memiliki niat untuk pindah bekerja dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Menurut hasil uji statistik yang dilakukan oleh peneliti menujukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kompensasigaji dengan turnover intention perawat. 80 Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Shaaban 2006 yang menyebutkan bahwa pay merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya turnover intention pada perawat. Hal serupa bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Suryadi 2002 menyatakan bahwa perawat yang keluar dari tempat kerjanya merasa tidak puas dengan gaji yang ia peroleh. Tidak adanya hubungan yang signfikan antara kompensasi dengan turnvoer intention artinya bahwa kompensasi tidak mempengaruhi keinginan pindah kerja perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, karena kompensasi yang diberikan rumah sakit sudah optimal yang dibangun untuk melayani masyarakat yang kurang mampu kaum dhuafa sehingga keuntungan yang diperoleh tidak besar. Pada dasarnya secara individu, manusia merupakan makhluk sosial dengan keinginan yang tidak terbatas. Keinginan-keinginan tersebut tentunya akan memicu seseorang untuk mendapatkan kehidupan lebih baik yang salah satunya adalah mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan sebelumnya agar mendapat kehidupan yang lebih layak. Karena itu, seseorang akan terus mencari-cari pekerjaan yang lebih baik dengan bayaran yang lebih baik pula agar bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

6.5 Gambaran Rekan Kerja

Rekan kerja merupakan orang-orang yang berada disekeliling pekerjaan kita. Apalagi untuk profesi perawat dimana pekerjaannya dalam satu tim sehingga kepuasan terhadap rekan kerja sangat menentukan keinginan untuk tetap bekerja atau akan pindah. Apabila hubungan baik antar 81 perawat tercipta, maka perawat akan merasa senang dan betah bekerja sehingga lebih enggan untuk meninggalkan organisasi tempat bekerja karena sudah merasa nyaman dengan rekan kerjanya yang sekarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 perawat 58.7 dengan rekan kerja yang kondusif memiliki niat untuk pindah bekerja dan sebanyak 18 perawat 47.4 dengah rekan kerja yang kurang kondusif memiliki niat untuk pindah bekerja dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Hasil penelitian diketahui P value sebesar 0,414. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara rekan kerja perawat dengan turnover intention perawat. Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Hunter, Tan dan Bernard 2008 bahwa rekan kerja merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya turnover intention dan bertentangan pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Veruswati 2011 ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara rekan kerja dengan turnover intention. Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara rekan kerja dengan turnover intention bahwa keninginan untuk tetap bekerja juga dipengaruhi oleh rekan kerjanya. Dimana sekelompok perawat yang bekerja di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa yang merupakan kesatuan tim. Selain itu, hubungan kerja antar perawat terjaga, komunikasi yang selalu terjalin antar sesama rekan kerja, disukusi antar rekan kerja perawat yang sudah lama bekerja di RS Rumah Sakit Dompet Dhuafa dengan perawat baru. 82 Hubungan yang baik sudah tercipta dengan rekan sekerja dalam satu tim dan mempengaruhi kepuasan dalam bekerja. Hubungan kerja yang baik akan mempengaruhi kepada kepuasan kerja dan pekerjaan perawat itu sendiri. Oleh karena itu, rumah sakit sebaiknya mengadakan pelatihan dan silaturahim rutinan antar perawat untuk menjaga hubungan dengan rekan kerja perawat agar selalu tercipta kerjasama dan komunikasi yang baik dalam melaksanakan setiap pekerjaan serta perawat tidak merasa disaingi antar satu perawat dengan perawat lain hal ini dapat mengurangi keinginan pindah kerja.

6.6 Jenjang Karir

Jenjang karir sangat membantu perawat dalam menganalisis kemampuan dan minat perawat untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan perawat sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 35 perawat 55.6 dengan jenjang karir baik memiliki niat untuk pindah bekerja dan sebanyak 10 perawat 47.6 dengan jenjang karir kurang baik memiliki niat untuk pindah bekerja dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Hasil penelitian diketahui P value 0,705. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenjang karir dengan turnover intention perawat bisa jadi dari faktor lain yang tidak peneliti angkat sebagai variabel independen akan mempengaruhi terjadinya turnover intention perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.