18
pribadi seperti status pernikahan, melahirkan dan pindah kerja  atau pindah
kota
b.  Turnover  involunter,  yaitu  pindah  kerja  dari  pekerjaan  sekarang  dengan alasan diluar keinginan karyawan, misalnya pemecatan, pensiun, meninggal
dunia atau perpindahan pasangan hidup. 2.1.4
Identifikasi Penyebab Turnover
Gillies 1994 mengungkapkan bahwa penyebab turnover perawat antara lain, yaitu :
a.  Ketidaksesuaian  antara  tujuan  utama  rumah  sakit  dengan  perawat.  Tujuan utama  rumah  sakit  dan  pengelola  adalah  kemampuan  untuk  membayar
hutang fiskal atau berkaitan dengan keuntungan secara finansial sedangkan tujuan  perawat  adalah  memberikan  pelayanan  yang  berkualitas  tinggi
kepada  pasien  atau  dalam  beberapa  kasus  tujuan  perawat  pengembangan karir.  Tingginya  kepuasan  perawat  terhadap  pekerjaannya  mendorong
perencanaan karir masa depan mereka Anderson et al,. 1991 dalam Gillies, 1994.
b.  Kurangnya  otonomi  serta  penghargaan  dan  pengakuan  status  perawat. Mayoritas  perawat  di  rumah  sakit  adalah  perempuan,  beberapa  perawat
tersebut  mengeluh  bahwa  terdapat  diskriminasi  sex  terhadap  tanggung jawab  perawat  dan  kurangnya  penghargaan  dan  pengakuan  terhadap
perawat dibanding sumber daya kesehatan dan tenaga kesehatan lain. c.  Peran  perawat  yang  ambigu.  Peran  tersebut  mencegah  optimalisasi  kinerja
karyawan  dan  menurunkan  prestasi  kerja  karyawan,  penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri.
19
d.  Ketidaksesuaian  antara  jadwal  kerja  yang  diharapkan  perawat  dengan jadwal yang diterima perawat. Sebuah penelitian tentang staf perawat rumah
saki  Choi  et  al.,  1989  dalam  Gillies,  1994  mengungkapkan  bahwa ketidaksesuaian  antara  jadwal  kerja  yang  diharapkan  perawat  dengan  yang
diterima  perawat  merupakan  prediktor  yang  signifikan  terhadap  niat perawat untuk meninggalkan rumah sakit.
e.  Sanksi negatif untuk perawat yang berperilaku assertif. f.  Kesalahpahaman antara perawat tua yang tidak profesional dengan perawat
muda yang profesional. Menurut  Gillies  2000  ada  beberapa  cara  yang  dapat  digunakan  untuk
mengidentifikasi penyebab turnover, yaitu : a.  Studi korelasi
Studi korelasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik pribadi atau  individuk  yang  berhubungan  dengan  kejadian  turnover  seperti
spesialisasi  di  bidang  keperawatan,  tingkat  pendidikan,  jarak  rumah  ke tempat kerja, kondisi unit kerja dan lama kerja.
b.  Wawancara sebelum karyawan keluar Metode  ini  mengidentifikasi  faktor  yang  menyebabkan  turnover  dengan
mewawancara  perawat  yang  memutuskan  untuk  keluar  mengenai  alasan mereka  keluar  rumah  sakit.  Kadang,  perawat  yang  memutuskan  untuk
keluar  dapat  ditahan  untuk  tetap  tinggal  dan  bekerja  di  rumah  sakit  pada waktu wawancara baik dengan cara membujuk untuk tetap berada di posisi
yang  sekarang  dengan  perjanjian  adanya  perbaikan  jadwal  kerja  dan  tugas
20
atau  dengan  pemindahan  ke  unit  lain  yang  sesuai  dengan  kemampuan  dan keterampilan perawat tersebut.
c.  Polling bagi karyawan yang telah keluar Polling  ini  dilakukan  dengan  cara  mengirimkan  kuesioner  kepada  perawat
yang  telah  keluar  kira-kira  satu  atau  dua  bulan  setelah  pengunduran  diri perawat  tersebut.  Cara  ini  dianggap  paling  akurat  daripada  wawancara
setelah  keluar  karena  lebih  objektif  dan  responden  yang  menjawab kuesioner tersebut tidak dikenal.
d.  Survey sikap Survey  sikap  mengidentifikasi  kepuasan  dan  ketidakpuasan  kerja  perawat.
Sebuah  survey  sikap  perawat  yang  terdaftar  di  rumah  sakit  pendidikan menunjukkan  bahwa  turnover  dapat  diprediksi  berdasarkan  respon  yang
berbeda  dari  perawat  yang  telah  keluar  dan  perawat  yang  masih  tinggal serta  bekerja  di  rumah  sakit.  Secara  umum,  perawat  yang  telah  keluar
menunjukkan rendahnya kepuasan akan supevisi, rendahnya kepuasan akan kesempatan  untuk  menggunakan  kemampuan  dan  keterampilan  pribadi,
serta  adanya  peningkatan  tekanan.  Sedangkan  perawat  yang  tetap  tinggal dan  bekerja  di  rumah  sakit  secara  umum  lebih  tua,  lebih  senior  dan
memiliki kinerja yang lebih baik dari perawat yang telah keluar. e.  Komite kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
Beberapa  organisasi  telah  memiliki  komite  kesehatan  dan  kesejahteraan karyawan  yang  terdiri  atas  perwakilan  dan  masing-masing  kategori
pekerjaan  dan  menyediakan  saluran  langsung  untuk  menyalurkan  masalah karyawan kepada manajemen tingkat atas.
21
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Turnover Intention
Menurut  Hendrie  2004,  alasan  karyawan  meninggalkan  perusahaan antara  lain,  tidak  cukup  jam  kerja,  pemberian  upah  yang  kurang,  tidak  ada
pengembangan  karir,  terlalu  banyak  lembur,  kurangnya  pelatihan,  kurangnya fasilitas, dan kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap karyawan.
Faktor  yang  mempengaruhi  turnover  menurut  teori  McBey  dan Karakowsky 2000 ada empat faktor, yaitu:
a.  Faktor  pendorong,  yaitu  faktor  yang  berhubungan  dengan  pekerjaan, terdiri  dari  kepuasan  kerja,  kepuasan  atas  gaji  dan  penghargaan  atas
kinerja. Porter dan Steers menyatakan bahwa kepuasan terhadap gaji yang diterima tinggi akan menunjukkan tingkat turnover yang rendah. Mowday
dan Spencer 1981 menyatakan bahwa otonomi dan tanggungjawab yang tinggi pada pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat turnover yang rendah.
b.  Faktor penarik, terdiri dari pendapatan pribadi, pendapatan rumah tangga, status pekerjaan dan  alternatif serta permintaan  eksternal; Mobley  1986
mengemukakan  bahwa  karyawan  dengan  status  kerja  kontrak  lebih  besar kemungkinannya  untuk  keluar  dari  pekerjaannya  dibandingkan  dengan
karyawan  yang  bekerja  dengan  status  sebagai  karyawan  tetap.  Hal  ini disebabkan  karena  perawat  yang  berstatus  sebagai  karyawan  tetap
memiliki  keterikatan  dengan  RS  lebih  tetap  tidak  seperti  dengan  perawat yang  berstatus  sebagai  karyawan  kontrak  yang  masa  kerjanya  telah
ditentukan  sebelum  ia  bekerja  di  RS  dan  jika  masa  kontraknya  habis
22
perawat  yang  berstatus  sebagai  karyawan  kontrak  dapat  melanjutkan kontraknya jika kinerjanya bagus atau pindah mencari pekerjaan di tempat
lain. c.  Karakteristik  individu,  terdiri  dari  umur,  pendidikan,  masa  kerja,  dan
status  perkawinan.  Diantara  karakteristik  tersebut  yang  paling  sering diteliti  adalah  umur,  lama  kerja,  pendidikan  dan  status  perkawinan.
Menurut  Arnold  dan  Feldman  1982;  Brief  dan  Aldag  1980  dalam McBey 2000 menyatakan bahwa pendidikan berhubungan positif dengan
turnover karyawan.  Umur  adalah  salah  satu  variabel  dari  karakteristik
individu  yang  berhubungan  secara  signifikan  terhadap  kejadian  turnover dengan pola negatif.
Menurut  Hunter,  Tan  dan  Bernard  2008  faktor-faktor  yang mempengaruhi  turnover  adalah  kepuasan  kerja,  kompensasi,  lingkungan  kerja,
jenjang  karir,  rekan  kerja,  masalah  pribadi  dan  keluarga.  Berdasarkan  hasil penelitian  yang  dilakukan  oleh  Veruswati  2011  ditemukan  bahwa  tidak  ada
hubungan yang signifikan antara rekan kerja dengan turnover intention. Suryadi 2002  menyatakan  bahwa  perawat  yang  keluar  dari  tempat  kerjanya  merasa
tidak puas dengan  gaji  yang ia peroleh.  Berdasarkan penelitian  yang dilakukan oleh Shaaban 2006 yang menyebutkan bahwa pay merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya turnover intention pada perawat. Keinginan  berpindah  mengacu  pada  hasil  evaluasi  individu  mengenai
kelanjutan hubungannya dengan organisasi dan belum diwujudkan dalam bentuk tindakan pasti meninggalkan organisasi. Berdasarkan studi-studi yang telah ada
mengenai  hubungan  karakteristik  biografis  dengan  turnover  karyawan  dapat
23
disimpulkan  bahwa  karyawan  yang  lebih  tua  memiliki  tingkat  turnover  yang lebih  rendah  dari  karyawan  yang  lebih  muda  Robbins,2001.  Jajang  2010
dalam penelitiannya mengkategorikan usia perawat  berdasarkan usia perawat ≤
30 Tahun dan usia perawat  30 Tahun. Tingkat  turnover  pada  karyawan  wanita  lebih  tinggi  daripada  karyawan
pria,  dan  tingkat  turnover  pada  karyawan  yang  sudah  menikah  lebih  rendah daripada  karyawan  yang  belum  menikah.  Masa  kerja  karyawan  berhubungan
negatif  dengan  tingkat  turnover  karyawan.  Masa  kerja  seorang  karyawan  pada pekerjaan sebelumnya merupakan prediktor yang ampuh dari turnover karyawan
tersebut di masa datang Robbins, 2001. Howards S. Rowland dan Beatrice L. Rowland  1984  dalam  Elizabeth  2012  menyatakan  bahwa  turnover  rate
pekerja  wanita  lebih  tinggi  dari  pada  pekerja  laki-laki.  Hart  2005  yang menyebutkan  bahwa  perawat  dengan  masa  kerja  lebih  lama  akan  cenderung
lebih  ingin  bertahan  pada  posisinya  dibanding  harus  keluar  dan  mencari pekerjaan lain.
2.1.6 Dampak Turnover
Tingginya  tingkat  turnover  perawat  ini  dirasakan  sangat  merugikan organisasi  kesehatan,  dimana  dampaknya  kerugian  finansial  juga  menimbulkan
penurunan  dari  moral,  kegagalan  dalam  kerja  tim  dan  hilangnya  potensi manajerial.  Pengaruh  turnover  terhadap  sebuah  organisasi  bisa  berdampak
positif  maupun  negatif,  dampak  negatif  akan  timbul  apabila  sebuah  organisasi kehilangan  20  dari  orang-orang  yang  memiliki  penampilan  tinggi,  karena
berdasarkan  pada  studi  yang  ada  dikatakan  bahwa  karyawan  yang  memiliki penampilan  tinggi  memiliki  kontribusi  rata-rata  10  kali  lebih  banyak  dari
24
karyawan  umumnya.  Kehilangan  karyawan  berprestasi  tinggi  dan  karyawan dengan  keahlian  khusus  sudah  menjadi  masalah  yang  perlu  diwaspadai  oleh
industri di Indonesia Wyatt, W, Global Strategic Rewards, 2008. Kerugian  finansial  sebagai  akibat  dari  turnover  perawat  ini  sangat
signifikan, karena biaya untuk karyawan itu adalah 60 dari biaya keseluruhan rumah sakit, dan 60 karyawan itu adalah perawat Lehman dan Friesen, 1997,
dalam  Gillies,  1994.  Di  Amerika,  pengeluaran  dana  sehubungan  dengan turnover
yang  tinggi  ini  bekisar  1.280  sampai  dengan  50.000  untuk  perawat yang  teregister  Russel,  2006.  Pengeluaran  biaya  secara  langsung  misalnya
adalah untuk  melakukan proses rekrutmen, seleksi, dan orientasi perawat baru datang  dan  sebelum  perawat  baru  terbiasa  dengan  tugasnya,  kerusakan
peralatan, dan segala sesuatunya sebagai akibat belum terbiasanya perawat baru tersebut.  Dilaporkan  bahwa  biaya  untuk  menempatkan  perawat  pengganti
2.437  Beyers  et  al,  1983,  dalam  Gillies,  1994,  sedangkan  untuk  biaya rekrutmen  orientasi  dan  pengembangan  perawat  baru  bekisar  5.400  sampai
11.740  tergantung  kepada  spesialisasi  perawat  yang  bersangkutan.  Jones 1990 dalam Gillies 1994 dalam studinya di empat rumah sakit di Southeast
melaporkan  rata-rata  total  pengeluaran  biaya  untuk  kategori  perawat  terdaftar sebesar 10.198 untuk biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung.
Banyaknya  lowongan  kerja  dan  tingginya  tingkat  turnover  memberi dampak  tidak  baik  bagi  pasien,  hal  ini  disebabkan  karena  menurunnya
pengalaman dari staf keperawatan dan meningkatnya sress dari staf yang masih ada yang disebabkan meningkatnya beban kerja. Menurut pusat keperawatan di
North  Carolina,  apabila  tingkat  lowongan  kerja  naik  8,  maka  kekurangan
25
tenaga  akan  sampai  pada  titik  krisisnya  dan  akan  mempengaruhi  lingkungan kerja  keperawatan  tersebut  sehingga  timbul  dorongan  untuk  pindah  kerja  ke
tempat  lain.  Tahun  2004,  Departemen  Pendidikan  di  New  York  dalam  Texas Center  for  Nursing  Workforce  Studies  menghitung  biaya  turnover  perawat
terregister per tahunnya akan mencapai 1 miliar dollar apabila tingkat  turnover mencapai  15.  Tahun  2006  Texas  Center  for  Nursing  Workforce  Studies,
studi  staf  perawat  rumah  sakit  di  Texas  menyatakan  bahwa  tingkat  lowongan kerja bagi perawat terregister 10,2, maka tingkat turnover akan naik menjadi
18,2. Total biaya keseluruhan di Amerika turnover perawat tercatat 20 dan diperkirakan  mencapai  12,3  milliar  dollar.  Penelitian  di  New  Zealand
menunjukkan  bahwa  30-40  perawat  mempunyai  kecenderungan  untuk meninggalkan pekerjaannya dalam kurun waktu 12 bulan Walker, 2002 dalam
Langitan, 2010. Selain  dampak  terhadap  finansial  turnover  perawat  juga  memberikan
dampak lain yaitu menurunkan moral dari karyawan. Hal ini disebabkan karena timbulnya gap antara kepergian dari perawat lama dan kedatangan perawat yang
baru. Dimana hal ini dirasakan sebagai tambahan beban kerja bagi perawat yang ditinggalkan  dan  terjadinya  kemunduruan  pelayanan  terhadap  pasien.  Dengan
tingginya tingkat turnover di sebuah unit, akan membuat secara perlahan-lahan hilangnya antusiasme dari perawat dalam menjalankan tugasnya dan kehilangan
tenaga  untuk  bersosialisasi  dengan  sesama  perawat.  Kerja  tim  menjadi  tidak efektif  disebabkan  seringnya  pergantian  perawat-perawat  baru.  Perpindahan
perawat  ini  akan  mempengaruhi  efektivitas  dan  produktivitas  dari  upaya pelayanan kesehatan terhadap pasien.
26
2.1.7 Langkah-langkah Pengendalian Turnover
Menurut  Gillies  2000  ada  beberapa  langkah  pengendalian  yang dilakukan untuk mengurangi turnover, yaitu:
a.  Membuat uraian yang jelas yang dapat mendeskripsikan aspek positif dan negatif dari pekerjaan dan posisi perawat
b.  Kunjungan  ke  setiap  unit  di  rumah  sakit  sebelum  bekerja  dan memberikan
kesempatan untuk
berbicara dengan
stafpenanggungjawab unit tersebut c.  Adanya orientasi pada setiap perawat dengan menyediakan informasi
dan latihan atau praktek untuk meningkatkan kepercayaan diri d.  Adanya  kesesuaian  antara  sekolah  dan  kerja  dengan  memberikan
praktek klinis untuk menggambarkan kondisi kerja e.  Memberikan  program  pengurangan  stress  dengan  kegiatan  rekreasi
dan olahraga f.  Usaha pembentukan tim dengan melibatkan perawat dalam kelompok
kerja melalui pengembangan aktivitas kelompok g.  Adanya  kepemimpinan  relasional,  pemimpin  yang  memberikan
petimbangan dan pengarahan pada tugas perawat h.  Melakukan  evaluasi  kinerja  melalui  evaluasi  penilaian  kinerja  dari
diri sendiri, rekan kerja dan pemimpin i.  Mencegah  teguran  dari  pasien,  dokter  dan  rekan  kerja  dengan
memberikan  pelatihan  yang  tepat  bagi  perawat  dan  bekerja  sama dengan komite keperawatan dan medis
27
j.  Adanya  partisipasi  dan  pimpinan,  misalnya  dengan  pengambilan keputusan klinis untuk tingkat staf keperawatan secara desentralisasi
2.1.8 Rumus Perhitungan Turnover
Jumlah  perawat  yang  keluar  atau  berhenti  bekerja  per  tahun  adalah presentase  jumlah  perawat  yang  mengundurkan  diri  dari  pekerjaannya  selama
setahun Gillies, 1994. Jumlah pekerja yang keluar per tahun     x 100 = Laju keluar dari pekerjaan per tahun
Rata-rata jumlah yang bekerja di unit itu
28
2.2 Kerangka Teori
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang dipaparkan pada bab tinjauan
pustaka, maka kerangka teori dalam penelitian ini disusun sebagai berikut.
Sumber  :  Mobley  1986,  Mc  Bey  dan  Karakowsky  2000,  dan  Hunter,  Tan  dan Bernard 2008
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Faktor Individu : 1.  Usia
2.  Jenis Kelamin 3.  Status Perkawinan
4.  Tingkat
Pendidikan 5.  Lama Kerja
6.  Status Pegawai
Faktor Pendorong : 1.  Kompensasi
2.  Rekan Kerja 3.  Jenjang Karir
4.  Lingkungan kerja 5.  Minat Pekerjaan
6.  Sikap Kerja
Keinginan Pindah Kerja Perawat
Turnover Intention
29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan  pada  kerangka  teori,  peneliti  mengambil  tidak  semua variabel  karena  peneliti  hanya  ingin  fokus  ke  beberapa  variabel  yang  sesuai
dengan  kondisi  perawat  di  RS  yang  akan  diteliti  yaitu  usia,  jenis  kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lama kerja, status pegawai, kompensasi
rekan kerja, jenjang karir, lingkungan kerja sebagai variabel independen serta variabel dependen yaitu keinginan pindah kerja turnover intention.
Variabel  yang  tidak  diteliti  yaitu  minat  pekerjaan  dan  sikap  kerja. Variabel  minat  pekerjaan  tidak  diteliti  karena  secara  keseluruhan  perawat
melakukan  pekerjaannya  sesuai  dengan  kemampuan  yang  dimiliki  dibidang keperawatan  dan  variabel  sikap  kerja  tidak  diteliti  karena  perawat  melakukan
aktivitas pekerjaan secara bersama dalam menyelesaikan pekerjaan.
30
Variabel Independen Variabel Independen
Faktor Pendorong : 7.  Kompensasi
8.  Rekan Kerja 9.  Jenjang Karir
10. Lingkungan Kerja
Keinginan Pindah Kerja Turnover Intention
F aktor Individu
1.  Usia 2.  Jenis Kelamin
3.  Status Perkawinan 4.  Tingkat Pendidikan
5.  Lama kerja 6.  Status Pegawai
31
3.2 Definisi Operasional
No .
Variabel Definisi
Operasio-nal Cara Ukur
Alat Ukur
Indikator Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Turnover
Intention Niat karyawan
untuk berhenti bekerja dari
pekerjaannya secara sukarela
atau pindah dari satu tempat ke
tempat kerja yang lain
menurut pilihannya
sendiri Mobley, 1986
Responden mengisi
sendiri kuesioner
dengan memilih
jawaban : 1.  STS
2.  TS 3.  S
4.  SS Kuesio-
ner 1.  Adanya
pikiran untuk
keluar 2.  Keinginan
untuk mencari
lowongan pekerjaan
di tempat lain
3.  Meng- evaluasi
kemung- kinan
untuk menemu-
kan pekerjaan
yang layak di
tempat lain
4.  Adanya keinginan
untuk mening-
galkan RS
Berdasarkan cut off point
meanmedian : 1.  Ingin
Pindah jika skor ≥
Median 2.  Tidak
Ingin Pindah
jika skor Median
Nominal