commit to user
69 Berdasarkan kriteria di atas, Novel “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat
disimpulkan masuk dalam kategori sumber belajar sejarah. Hal ini dikarenakan penggunaan novel sejarah ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik dalam belajar sejarah. Penggunaan sumber belajar ini diharapkan akan mengatasi kebosanan peserta didik, sehingga dapat memecahkan
permasalahan dalam pembelajaran sejarah yang umumnya kurang diminati oleh peserta didik khususnya di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Salatiga.
4. Pembelajaran Sejarah
Menurut I Gde Widja 2002: 95, pembelajaran sejarah adalah suatu aktifitas belajar mengajar dimana seorang guru menerangkan pada peserta
didiknya tentang gambaran kehidupan masa lampau. Menurut Sartono Kartodirdjo 1989: 20, pembelajaran sejarah merupakan serangkaian kegiatan belajar
mengajar dengan harapan agar peserta didik dapat mengembangkan fungsi genetis dan fungsi didaktis. Menurut Soedajatmoko dalam Kardiyat Wiharyanto, 1995:
9 sejarah diajarkan dalam pendidikan formal karena sejarah merupakan alat penting untuk membentuk warga negara yang baik dan untuk mengembangkan
rasa cinta dan setia kepada negara. Proses pembelajaran sejarah pada dasarnya merupakan proses pendidikan
yang secara umum diartikan sebagai usaha mengembangkan daya manusia agar dapat membangun dirinya dan bersama sesamanya dapat membudayakan alam
dan membangun masyarakat. Untuk mewujudkannya harus ditumbuhkan kesadaran sejarah yakni suatu sikap jiwa untuk memenuhi secara cepat paham
kepribadian nasional, dan pembelajaran sejarah juga sebagai salah satu sarana
commit to user
70 untuk menanamkan sarana pembelajaran sejarah tersebut. Kardiyat Wiharyanto,
2001: 6. Suatu proses pembelajaran mengandung dua tujuan, yaitu tujuan yang
sifatnya eksplisit dan tujuan implisit. Pengetahuan eksplisit berkaitan dengan perolehan pengetahuan dan keterampilan, sedangkan implisit berkaitan dengan
perolehan pendamping seperti berpikir kreatif dan sikap terbuka untuk menerima perbedaan pendapat Kardiyat Wiharyanto, 2001: 155. Pembelajaran sebagai
suatu proses merupakan rangkaian kegiatan guru dalam rangka membuat peserta didik belajar. Tujuan pembelajaran adalah membantu para peserta didik agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu dapat membuat tingkah laku peserta didik bertambah baik kualitas maupun kuantitasnya.
Menurut I Gde Widja 1989: 27 tujuan pembelajaran sejarah dapat dipilih sejalan dengan taksonomi Bloom, yang mencangkup ranah pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang aspek-aspek beserta rinciannya. Ranah pengetahuan: 1 Menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia waktu yang lampau
baik dalam aspek eksternal maupun internalnya; 2 Menguasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu,
tempat serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut; 3 Mengetahui pengetahuan tentang unsur-unsur umum yang terlihat pada sejumlah peristiwa
masa lampau; 4 Mengetahui pengetahuan tentang unsur perkembangan dari peristiwa masa lampau yang berlanjut, yang menyumbangkan peristiwa masa
lampau dengan masa kini, dan 5 Menumbuhkan pengertian hubungan antara
commit to user
71 fakta, keterkaitan fakta, pengaruh sosial dan kultural terhadap peristiwa sejarah
dan sebaliknya. Ranah pengembangan sikap meliputi: 1 Menumbuhkan kesadaran
sejarah pada peserta didik agar mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntutan jaman pada waktu mereka hidup; 2 Menumbuhkan sikap menghargai
kepentingan atau kegunaan masa lampau bagi kehidupan masa kini suatu bangsa; 3 Menumbuhkan sikap menghargai aspek kehidupan bagi masa kini dari
masyarakat dimana mereka hidup, yaitu masyarakat hasil dari pertumbuhan masyarakat pada masa lampau, dan 4 Menumbuhkan kesadaran akan perubahan-
perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa yang diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang.
Selain dua ranah pengembangan di atas, pembelajaran sejarah juga bertujuan untuk mengembangkan ranah pengembangan keterampilan yang
meliputi: 1 Meningkatkan pengembangan kemampuan dasar di kalangan peserta didik berupa kemampuan penyusunan sejarah yang antara lain meliputi
pengumpulan jejak-jejak sejarah, kritik sejarah, interpretasi, serta menulis sejarah sedaerhana; 2 Keterampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan
masalah-masalah kesejarahan misalnya peranan tokoh dan hubungan peristiwa; 3 Keterampilan menelaah buku sejarah, bertanya, berpikir analitis tentang
masalah-masalah sosial historis di kalangan masyarakatnya, dan 4 Keterampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup rekonstruksi secara hidup dari
peristiwa sejarah.
commit to user
72 Agar tujuan pengembangan pembelajaran sejarah tersebut tercapai, maka
diperlukan strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran. Menurut J.R David dikutip Wina Sanjaya, 2009: 126 dalam dunia pendidikan strategi diartikan
sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kemp dikutip Wina Sanjaya, 2009: 126 menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru
dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Dick and Carey dikutip Wina Sanjaya, 2009: 126 strategi
pembelajaran adalah suatu materi atau prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik.
Sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang dilaksanakan untuk melaksanakan strategi. Metode merupakan langkah teknis yang harus diambil
pengajar sejarah untuk mengefektifkan strategi yang digunakan Kardiyat Wiharyanto, 2001: 3. Labih lanjut dikatakan bahwa alasan pokok pemilihan
metode adalah pencampaian tujuan pengajaran yang ditentukan. Pengembangan pembelajaran juga membutuhkan pendekatan pembelajaran yang diartikan sebagai
titik tolak terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung pada pendekatan
tertentu. Roy Killen dikutip Wina Sanjaya, 2009: 127 mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
commit to user
73 teacher centred approaches dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik
student centred approaches. Hal itu juga berlaku pada pendekatan pembelajaran sejarah sehingga metode dan strategi mengajarnya juga harus disesuaikan agar
pembelajaran berjalan secara efektif. Pengajaran sejarah yang berbobot sangatlah bergantung pada guru sebagai
komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa seorang guru bagaimanapun bagusnya suatu strategi dan
metode pengajaran, maka strategi dan metode itu tidak dapat diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan sangat tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan tekhnik, metode, dan taktik pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai
model atau teladan bagi peserta didik yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran manager of learning. Guru sejarah dalam hal ini
haruslah berperan sebagai pengelola pembelajaran yang baik dengan selalu menciptakan inovasi dalam pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan
metode dan strategi pengajaran yang baru dan efektif. Menurut Winarno Surachmad 1990: 16 selain guru, proses interaktif pendidikan terdapat unsur-
unsur lain yang terlibat yaitu: 1 Tujuan; 2 Peserta didik; 3 Bahan; 4. Metode; 5 Situasi dan sumber; 6 Penilaian.
5. Nilai Sejarah