commit to user
73 teacher centred approaches dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik
student centred approaches. Hal itu juga berlaku pada pendekatan pembelajaran sejarah sehingga metode dan strategi mengajarnya juga harus disesuaikan agar
pembelajaran berjalan secara efektif. Pengajaran sejarah yang berbobot sangatlah bergantung pada guru sebagai
komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa seorang guru bagaimanapun bagusnya suatu strategi dan
metode pengajaran, maka strategi dan metode itu tidak dapat diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan sangat tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan tekhnik, metode, dan taktik pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai
model atau teladan bagi peserta didik yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran manager of learning. Guru sejarah dalam hal ini
haruslah berperan sebagai pengelola pembelajaran yang baik dengan selalu menciptakan inovasi dalam pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan
metode dan strategi pengajaran yang baru dan efektif. Menurut Winarno Surachmad 1990: 16 selain guru, proses interaktif pendidikan terdapat unsur-
unsur lain yang terlibat yaitu: 1 Tujuan; 2 Peserta didik; 3 Bahan; 4. Metode; 5 Situasi dan sumber; 6 Penilaian.
5. Nilai Sejarah
Konsep nilai sejarah menurut Muhammad Taufik dan Sumijati Atmosudiro dalam Humanika 183, April 2005: 428 menyatakan nilai sejarah
historic value sebagai nilai kesejarahan yang dimiliki suatu obyek atau
commit to user
74 peristiwa-peristiwa yang penting yang melibatkan obyek tersebut. Nilai sejarah
tersebut dapat diketahui baik dari sumber tertulis, seperti prasasti dan karya sastra maupun sumber tak tertulis misalnya gaya bangunan, seni arca, dan unsur-unsur
bangunan lainnya. Deny Wahyu Hidayat dan kawan-kawan, dalam Arya Ronald 2008: 162:
berpendapat bahwa nilai sejarah adalah sejauh mana sumber daya arkeologi itu dilatar belakangi oleh peristiwa sejarah yang dianggap penting serta yang
berkaitan secara simbolis dengan peristiwa terdahulu dari segi sejarah. Nilai sejarah menurut I Gde Widja 1989: 8 adalah nilai-nilai masa lampau yang telah
teruji oleh zaman. Fungsi sejarah adalah mengabadikan pengalaman-pengalaman masyarakat di waktu yang lampau, yang sewaktu-waktu bisa menjadi bahan
pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan problema-problema yang dihadapinya.
Menurut Vernon dikutip Subaryana, 1994: 9, nilai atau values pada dasarnya merupakan sesuatu yang inheren pada diri pribadi manusia. Nilai juga
merupakan sesuatu yang luhur dan dijunjung tinggi oleh setiap masyarakat. Oleh karena itu, nilai mengilhami anggota masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan
cara yang diterima oleh masyarakat Gabriel, 1991: 31. Nilai merujuk pada sikap orang terhadap suatu hal yang baik, namun nilai sifatnya abstrak dan metafisis
yang hanya tampak dan kelihatan secara nyata dalam perilaku orang yang menghayatinya. Oleh karena itu, nilai memberikan suatu sikap dalam masyarakat
Subaryana, 1994: 10.
commit to user
75 Anton Baker 1995: 282 menjelaskan nilai sebagai isi pemahaman ide
manusia dan setiap pengkosmos tentang diri dan tentang yang lain. Sedangkan hakekat nilai adalah sebagai isi evaluasi pengkosmos tentang diri sendiri dan
tentang substansi-substansi yang lain. Jadi nilai dapat disimpulkan sebagai obyek formal bagi taksasi pengkosmos yang mempunyai kegunaan bagi pengkosmos,
harga kesenangan yang diberikan, apa yang enak, yang praktis, yang dikagumi, tetapi juga yang tidak menarik, yang dianggap tanpa mutu, tanpa guna, yang
kotor, yang menjijikan, yang menakutkan, yang membahayakan, nilai itu merangsang agar dikejar, didambakan, dinikmati, atau dihindari.
Deddy Mulyana 2005: 27 mendefinisikan nilai sebagai sistem-sistem kepercayaan, nilai dan sikap. Dimensi-dimensi evaluatif ini meliputi kualitas-
kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan, dan kesenangan. Meskipun setiap orang mempunyai suatu tatanan
nilai yang unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderung menyerap unsur-unsur lain misalnya aspek budaya, sejarah, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
bahasa, dsb. Uraian beberapa definisi di atas maka nilai dapat diartikan keberhargaan dan kebaikan yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh suatu
masyarakat serta akan tampak apabila terwujud dalam perilaku manusia. Menurut Collingwood 1956: 10, nilai sejarah adalah “the values of
history, then, is that it teachs us what man has done and then that man is”. Disimpulkan bahwa nilai-nilai sejarah adalah apa yang telah sejarah ajarkan
kepada kita yakni mengenai apa yang manusia kerjakan dan apa sebenarnya manusia itu sendiri. Menurut Deny Wahyu Hidayat dkk, dikutip Arya Ronald,
commit to user
76 2008: 162, nilai sejarah adalah sejauh mana sumber daya arkeologi itu
dilatarbelakangi oleh peristiwa sejarah yang dianggap penting serta yang berkaitan secara simbolis dengan peristiwa terdahulu dari segi sejarah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai sejarah adalah sesuatu yang dianggap baik dan bermanfaat dan dijunjung tinggi masyarakat pendukungnya, terutama
tercermin dalam tindakan dan perilaku yang positif, serta makna dari peristiwa- peristiwa sejarah itu sendiri. Nilai-nilai yang memiliki dimensi-dimensi meliputi
kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan, dan kesenangan yang cenderung menyerap aspek kesejarahan
berdasarkan nilai-nilai kebenaran individu obyektifitas yang berakar dalan diri serta diupayakan untuk direalisasikan yang dapat mewarnai kepribadian kelompok
atau kepribadian bangsa.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan digunakan peneliti sebagai bahan perbandingan dan pengkajian yang lebih mendalam di antaranya sebagai berikut:
1. Tesis yang ditulis oleh Joko Rewang, 2008. Gambar Pahlawan Nasional sebagai Media Pembelajaran Sejarah Studi Kasus SMP di Kabupaten