Populasi Gapoktan Ngudi Raharjo

commit to user 37 penerima terbanyak dari dana program PUAP. Gapoktan yang diambil adalah Prima Agung dengan jumlah penerima sebanyak 187 orang dan Ngudi Raharjo dengan jumlah penerima sebanyak 74 orang. Tabel 1. Indek Potensi Lokasi Sektor Pertanian Karisedenan Semarang Tahun 2007 No Kabupatenkota indeks 1 2 Kota Semarang Kota Salatiga 0,06 0,26 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Tabel 2. Distribusi Jumlah Petani Penerima Dana Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2008 No GAPOKTAN Jumlah 1 2 3 4 Bina Bumi Pertiwi Tani Mukti Prima Agung Ngudi Raharjo 52 33 187 74 Jumlah 346 Sumber: data sekunder tahun 2008

C. Populasi dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang tergabung dalam Gapoktan Prima Agung dan Gapoktan Ngudi Raharjo yang mengikuti program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan pada tahun anggaran 2008 yang ada di Kota Salatiga.

2. Teknik Sampling

Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengam menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok yang akan diwakilinya. Mardikanto, 2006. commit to user 38 Penentuan jumlah sampel petani responden untuk masing-masing kelompok tani ditentukan dengan rumus : ni = n N nk Dimana : ni : Jumlah sampel dari masing-masing gapoktan nk : Jumlah petani dari masing-masing gapoktan sebagai responden N : Jumlah populasi atau jumlah petani seluruh gapoktan n : Jumlah petani yang diambil sebanyak 40 petani Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan rumus diatas adalah : Tabel 3. Distribusi Jumlah Responden Petani Yang Mengikuti Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2008 No Gapoktan Jumlah Jumlah sampel 1 2 Prima Agung Ngudi Raharjo 187 74 29 11 Jumlah 261 40 Jadi jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 petani di Kota Salatiga yaitu di Gapoktan Prima Agung sebanyak 29 orang dan Ngudi Raharjo sebanyak 11 orang.

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara dengan menggunakan kuisioner sebagai alatnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah umur, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pendidikan formal dan non formal, media commit to user 39 massa serta sikap responden terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan itu sendiri 2. Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian, dengan cara mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi yang ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data monografi daerah penelitian, daftar kelompok tani yang menjadi responden dan data-data yang berkaitan dengan petani Kota Salatiga.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan cara-cara sebagai berikut : 1. Observasi Pengamatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti di lapangan, yang meliputi daerah penelitian dan pencatatan informasi yang diperoleh dari petugas dan petani responden di daerah penelitian. Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai tujuan, pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Data yang diperoleh berhubungan dengan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga. 2. Wawancara Tanya jawab yang dilakukan secara langsung antara peneliti dengan responden dengan menggunakan kuisioner, yaitu panduan berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dalam penelitian ini, dengan pihak-pihak yang terlibat dalam program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga. 3. Dokumentasi Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data baik dari responden maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian maupun dokumen- commit to user 40 dokumen. Tentunya data yang diperoleh berupa data yang berhubungan dengan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kota Salatiga.

F. Metode Analisis Data

Menurut Djarwanto 1996 sesuai data yang tersedia data primer dianalisis melalui tahap editing, coding dan tabulasi. Untuk mengetahui sikap petani terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP dapat menggunakan skala Likert. Menurut Mueller 1986, Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap. Dalam penskalaan Likert, kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap. Skor tiap-tiap variabel yang diteliti dikategorikan menjadi 5 yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval, yaitu: Lebar Interval I : Jumlah skor tertinggi – jumlah skor terendah Jumlah kelas K Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap petani dengan sikapnya terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP dapat diketahui dengan rumus koefisien korelasi Rank Spearman : N N di rs N i - - = å = 3 1 2 6 1 dimana: rs = koefisien korelasi rank spearman di = beda rangking N = jumlah sampel Untuk N ≥ 10 digunakan rumus: 2 1 2 rs N rs t - - = Siegel, 1994 commit to user 41 Sedangkan kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95 persen a = 0,05 adalah : 1. jika t hitung ³ t tabel maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap dengan sikap petani terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP. 2. jika t hitung t tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap dengan sikap petani terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP. commit to user 42

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Kondisi Geografi dan Topografi Kota Salatiga mempunyai ketinggian 850 m dpl, beriklim tropis dan bertemperatur 23 Celcius, dengan curah hujan 2.252 mm dengan jumlah hari hujan 105 hari. Bentuk wilayahnya 0-2 persen datar, 2-15 persen bergelombang, 15-40 persen curam, dan sampai dengan 40 persen sangat curam. Adapun batas wilayah Kota Satatiga adalah sebagai berikut: Utara : Kabupaten Semarang Timur : Kabupaten Semarang Selatan : Kabupaten Semarang Barat : Kabupaten Semarang Kota Salatiga berjarak 53 km dari Solo dan 100 km dari Yogyakarta, serta dilalui oleh jalan arteri primer jalan nasional, yaitu: Semarang-Solo. Kota Salatiga menjadi perlintasan dua kota besar di Jawa Tengah Semarang-Solo serta perlintasan dari Jawa Timur Jalur Tengah ke Semarang dan Jawa Barat sehingga transportasi darat melalui Salatiga cukup ramai. 2. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Kota Salatiga mempunyai 4 kecamatan yaitu Sidorejo, Sidomukti, Tingkir dan Argomulyo. Kota Salatiga mempunyai luas wilayah 5.678,11 Ha. Adapun perincian luas wilayah berdasarkan penggunaan tanah dapat dilihat pada Tabel 4.1 : 42 commit to user 43 Tabel. 4.1. Luas Kota Salatiga Menurut Penggunaan Tanah No. Jenis Penggunaan Tanah Luas Ha Persentase 1. 2. 3. Daerah Bangunan a. Perumahan 1 Perkotaan 2 Pedesaan b. Jasa 1 Perkantoran 2 Pendidikan 3 Kesehatan 4 Tempat Beribadah 5 komplek ABRI c. Perusahaanperdagangan d. Perindustrian Pertanian a. Sawah 1 Irigasi Teknis 2 Irigasi ½ Teknis 3 Irigasi Sederhana 4 Tadah Hujan b. Tegalan c. Kebun Campur d. Perkebunan Lain-lain 1085,44 1.244,98 47,31 72,57 19,38 5,73 45,75 34,61 60,13 405,75 81,57 128,70 254,51 1.232,96 708,83 181,92 67,97 19,12 21,93 0,83 1,28 0,34 0,10 0,81 0,61 1,06 7,15 1,44 2,27 4,48 21,7` 12,48 3,20 1,20 Jumlah 5.678,11 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Salatiga Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa penggunaan tanah di Kota Salatiga untuk pertanian lebih luas yakni 52,73 persen. Dengan demikian penggunaan tanah di wilayah Kota Salatiga lebih besar penggunaannya untuk pemenuhan kebutuhan di bidang pertanian. commit to user 44

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk di Kota Salatiga adalah 168.981 jiwa dengan kepadatan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Salatiga Tahun 2008 No Jenis Kelamin Jumlah 1. 2. Laki-laki Perempuan 83.614 85.367 Jumlah 168.981 Sumber: Badan Pusat Kota Salatiga Tahun 2008 Tabel 4.2. menunjukkan jumlah penduduk laki-laki 83.614 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 85.367 jiwa. Data pada tabel dapat dicari sex ratio, dimana sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dibanding dengan jumlah penduduk perempuan. Terkait dengan hal tersebut, untuk sex ratio dari Kota Salatiga, dapat diketahui sebagai berikut : 100 x perempuan penduduk laki laki penduduk ratio Sex å å - = Sex Ratio = ×100 = 97,95 Sehubungan dengan hal tersebut maka sex ratio di Kota Salatiga adalah 97,95 persen. Sex ratio sebesar 97,95 persen mempunyai arti bahwa setiap 100 laki-laki terdapat 97 perempuan. Dapat diartikan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki. 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur Faktor penduduk merupakan salah satu sumber daya dari daerah tersebut, terutama berhubungan dengan faktor tenaga kerja. Tersedianya tenaga kerja yang besar merupakan peluang bagi pengembangan berbagai macam usaha. Penduduk Kota Salatiga berjumlah 168.981 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.3 : 83.614 85.367 commit to user 45 Tabel 4. 3. Jumlah Penduduk Kota Salatiga Menurut Umur Tahun 2008 Umur Tahun Jumlah Jiwa Persentase 0-4 7.477 4,43 5-9 12.884 7,63 10-14 13.252 7,84 15-19 12.937 7,66 20-24 14.927 8,83 25-29 18.850 11,16 30-34 15.909 9,42 35-39 14.871 8,80 40-44 13.148 7,78 45-49 11.886 7,03 50-54 9.714 5,75 50-59 7.016 4,15 60-64 4.303 2,54 64 11808 6,98 Jumlah 168.981 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Salatiga Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur 25 tahun sampai 29 tahun, yaitu sebanyak 18.850 jiwa 11,16 persen. Sedangkan yang terkecil berada pada pada kelompok umur 60 tahun sampai 64 tahun, sebanyak 4.303 jiwa 2,54 persen. Pada kelompok umur pada Tabel 4.3. adalah penduduk yang masih dapat dikatakan sudah produktif. Berdasarkan data di atas dapat diketahui Angka Beban Tanggungan ABT yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah penduduk produktif dalam 100 jiwa penduduk, yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah penduduk usia nonproduktif. Menurut Mantra 1995, usia non produktif adalah usia 0 – 14 tahun dan 64 tahun sedangkan usia produktif adalah usia 15 – 64 tahun, sehingga besar Angka Beban Tanggungan di Salatiga dapat diketahui sebagai berikut : 100 Pr Pr ´ = å å oduktif Penduduk oduktif n Pendudukno ABT ABT = ×100 = 27,20 33.613 123.560 commit to user 46 Angka ini menunjukkan bahwa 100 penduduk usia produktif di Salatiga harus menanggung antara 27 orang usia non produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok non produktif dan jumlah kelompok produktif maka akan semakin besar beban tanggungan bagi kelompok yang produktif terhadap kelompok non produktif. Hal ini dapat berpengaruh terhadap proses pembangunan perekonomian yang sedang dijalankan. 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Distribusi penduduk Kota Salatiga menurut tingkat pendidikan yang berhasil ditamatkan dapat dilihat pada Tabel 4.4 : Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kota Salatiga Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Pada Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase Perguruan Tinggi 6.554 4,41 SMK 7.699 5,18 SLTA 14.045 9,45 SLTP 24.642 16,58 SD 47.574 32,01 Tidakbelum tamat SD 34.228 23,03 TidakBelum Sekolah 13.878 9,33 Jumlah 148.620 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Salatiga Tahun 2008 Dari Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa penduduk Kota Salatiga sebagian besar tamat sekolah dasar yaitu sebanyak 47.574 jiwa atau 32,01 persen. Sedangkan yang tamat perguruan tinggi yaitu sebanyak 6.554 jiwa 4,41 persen. Maka tamatan di kota salatiga rata-rata adalah tamatan SD. 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian yang ada pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan pembangunan di daerah setempat. Kondisi penduduk menurut mata pencaharian di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.5 : commit to user 47 Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Salatiga 2008 Lapangan Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase Pertanian Sendiri 5.214 4,1 Buruh tani 8.118 6,3 Pengusahawiraswasta 4.310 3,4 Buruh Industri 19.761 15,4 Pedagang 12.879 10 Buruh bangunan 13.581 10,6 Tranportasi 6.517 5,1 Pegawai NegeriTNIPOLRI 11.601 9,1 Pensiunan 6.786 5,3 Lainnya 39.409 30,7 Jumlah 128.176 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Salatiga Tahun 2008 Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah lainnya pembantu rumah tangga, tukang parkir dan sebagainya yaitu sebanyak 39.409 jiwa atau 30,7 persen. Dengan demikian kebijakan pembangunan yang perlu diambil adalah tidak menitikberatkan pada satu sektor saja akan tetapi juga didukung oleh sektor-sektor lainnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah setempat

C. Keadaan Pertanian

Pertanian merupakan satu-satunya sektor untuk menghasilkan produk yang akan digunakan dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya. Komoditas pertanian di Kota Salatiga antara lain yaitu: Tabel 4.6. Komoditas Pertanian di Kota Salatiga Tahun 2008 Jenis komoditas Luas panen ha Produksi ton Rata-rataKwha Padi Sawah Jagung Singkong 115 571 251 5.826 2.264 4.643 50,66 3,97 18,50 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Salatiga Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 4.6. produksi pertanian tertinggi adalah padi sawah. Sebesar 5.826 Ton dengan luas panen 115 ha sehingga komoditas padi di kota Salatiga merupakan produk pertanian utama. Produksi pertanian lainnya commit to user 48 adalah singkong sebesar 4.643 ton dengan luas panen 251 ha dan jagung sebesar 2.264 ton untuk luas panen 571 ha.

D. Keadaan Sarana Perkonomian

Keberadaan sarana perekonomian merupakan suatu hal yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan perekonomian penduduk pada suatu wilayah tertentu. Tabel 4.7. Sarana Ekonomi di Kota Salatiga Tahun 2008 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Salatiga Tahun 2008 Dari Tabel 4.7. telepon umum merupakan sarana ekonomi dengan jumlah terbanyak, yaitu : 14.724 buah sehingga sarana telekomunikasi tercukupi. Secara tidak langsung akan memperlancar kegiatan ekonomi yang ada Sarana ekonomi lainnya dengan jumlah yang relatif banyak adalah los sebesar 3.286 buah, tokokios terdapat 1.103 buah, koperasi primer ada 146 buah, unit simpan pinjam terdapat 136 buah, koperasi aktif terdapat 110 buah, koperasi tidak aktif terdapat 37 buah, pasar terdapat 35 buah, Bank terdapat 17 buah, koperasi simpan pinjam terdapat 9 buah, koperasi sekunder hanya terdapat 1 buah, dan KUD yang hanya terdapat 1 buah.

E. Keadaan Gabungan Kelompok Tani

1. Gapoktan Ngudi Raharjo

Pembentukan gapoktan dilakukan dalam suatu musyawarah yang dihadiri oleh para kontak tani ketua kelompok tani yang akan bergabung, setelah sebelumnya di masing masing kelompok telah disepakati bersama No Sarana Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pasar Tokokios Los Koperasi Simpan Pinjam Unit Simpan Pinjam Koperasi Aktif Koperasi Tidak Aktif Koperasi Primer KUD Koperasi Sekunder Bank Telepon Umum 35 1.103 3.286 9 136 110 37 146 1 1 17 14.724 commit to user 49 para anggota kelompok untuk bergabung ke dalam gapoktan. Dalam rapat pembentukan gapoktan sekaligus disepakati bentuk, susunan dan jangka waktu kepengurusannya, ketentuan-ketentuan yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing kelompok. Ketua Gapoktan dipilih secara musyawarah dan demokrasi oleh para anggotanya, dan selanjutnya ketua memilih kepengurusan gapoktan lainnya. Kemudian untuk mendapatkan legitimasi, kepengurusan gapoktan dikukuhkan oleh Bupati Salatiga. Pengembangan gabungan kelompok tani diarahkan untuk pengembangan dan peningkatan kemampuan setiap anggota dari gapoktan. Penguatan gapoktan menjadi organisasi petani digunakan sebagai forum dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi tiap kelompok tani. Hal ini sering dilakukan melalui pertemuan rapat rutin yang diselenggarakan tiap 3 bulan sekali. Rapat rutin ini hanya dihadiri pengurus dari gapoktan saja. Sedangkan susunan pengurus antara lain terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi. Seksi-seksi terdiri dari Seksi Usaha Tani, Seksi Pengolahan Hasil, Seksi Pemasaran dan Seksi Humas. Berikut ini susunan pengurus di Gapoktan Ngudi Raharjo pada gambar 4.1 : Gambar 4.1 Susunan Kepengurusan Gapoktan Ngudi Raharjo Ketua 1. Sohibudin 2. Ahmad Zaenal Seksi-seksi Bendahara 1. Asmuri 2. Abdul Wahid Sekertaris 1. Nurchan 2. Fauzan Seksi Humas Hidayat Seksi Pemasaran 1. Abdul R 2. Son Haji Seksi Pengolahan Hasil 1. Rohmat 2. Rozakun Seksi Usahatani 1. Suwarto 2. Abdul Salam commit to user 50 Tugas-tugas dari masing-masing kepengurusan tersebut antara lain: Ketua bertugas untuk mengkoordinator para pengurus lainnya dan sekaligus bertanggungjawab berjalannya tugas-tugas pengurus. Sekretaris bertugas membantu ketua dalam melaksanakan tugas-tugasnya yaitu mengurusi laporan pembukuan kegiatan rapat gapoktan. Bendahara didalam ruang lingkup gapoktan bertugas untuk membuat pembukuan tentang dana kas yang ada di gapoktan. Bendahara di gapoktan ini masih mampu mengemban tugas ini karena sebelumnya telah diberi pelatihan mengenai Lembaga Keuangan Mikro dan pelatihan kelembagaan. Seksi Usaha Tani bertugas mengurusi bagaimana cara membudidayakan tanaman apa yang cocok di wilayah Salatiga sehingga petani tidak merasa kesulitan dalam pembudidayaan tanaman pertanian. Seksi Pengolahan Hasil bertugas untuk mengarahkan bagaimana hasil pertanian dapat diolah dengan benar sehingga meningkatkan harga dari olahan hasil pertanian. Seksi Pemasaran bertugas untuk memberi pengetahuan tingkat harga dari hasil pertanian. Seksi Pemasaran ini harus aktif untuk mencari informasi mengenai harga hasil pertanian sekarang ini. Pelaksanaan dari tugas Seksi Pemasaran terkadang dibantu oleh pihak Dinas Pertanian melalui PPL sehingga dalam pelaksanaan tugasnya tidak mengalami kesulitan. Terakhir Seksi Humas bertugas untuk menyebar informasi kegiatan gapoktan yang akan diadakan sehingga petani jadi tahu kegiatan apa yang ada selama ini di gapoktan. Susunan kepengurusan ini saling mempengaruhi satu sama lain dan hal ini sangat sinkron dengan berhasilnya suatu kelembagaan gapoktan. Pada Gapoktan Ngudi Raharjo, masing-masing pengurus tidak mempunyai kerjasama satu sama lain sehingga fungsi gapoktan di sana kurang baik dan hampir dikatakan gapoktan ini non aktif. Oleh karena itu, sebagian besar dari permasalahan yang dihadapi petani tidak terselesaikan dengan baik. Misalnya saja; pada pelaksanaan program PUAP. Masing-masing pengurus tidak ada kerjasama dalam mengelola dana program PUAP sehingga program ini masih dikatakan kurang berhasil. commit to user 51

2. Gapoktan Prima Agung