commit to user 57
3. Pendidikan Formal
Pendidikan formal dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani di bangku sekolah. Sedangkan untuk
mengetahui bagaimana tingkat pendidikan formal petani yang mengikuti program PUAP dapat dilihat pada Tabel 5.4 :
Tabel 5.4. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal Yang Ditempuh Oleh Petani Yang Mengikuti Program PUAP
No Tingkat
Pendidikan Formal
Skor Kategori
Jumlah orang
Prosentase
1 Tidak
tamat SDtamat
SD 1
Sangat rendah
11 27,5
2 Tidak
tamat SLTPtama
t SLTP 2
rendah 11
27,5
3 Tidak
tamat SLTAtama
t SLTA 3
sedang 16
40
4 D1-D2
4 tinggi
5 D3Sarjana
5 sangat
tinggi 2
5 Jumlah
40 100
Sumber : Analisis data primer 2010 Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang
teknologi. Tingkat pendidikan akan sangat menentukan tingkat pemahaman, ketrampilan berkomunikasi serta sikap petani terhadap suatu
inovasi yang diterapkan. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat
pendidikan yang ditempuh petani yaitu tamat SLTA. Petani tersebut sebanyak 16 petani atau 40 persen. Pentingnya pendidikan sebagai sarana
untuk menambah ilmu pengetahuan telah mulai diperhatikan oleh petani sendiri. Petani telah menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang
penting. Hal ini terbukti dengan sebagian besar petani rata-rata
commit to user 58
berpendidikan SLTA. Pendidikan formal petani ini dapat mendukung terlaksananya program PUAP yaitu dengan cepatnya terserapnya
pengetahuan tentang tujuan, pelaksanaan dan hasil dari program PUAP.
4. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal dalam penelitian ini adalah pendidikan yang diperoleh petani di luar pendidikan formal. Pendidikan non formal di sini
dimaksudkan pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang dewasa baik dewasa dalam arti biologis maupun psikologis, memiliki program
yang terencana, dapat dilakukan dimana saja, tidak terikat waktu serta disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Sehubungan dengan
hal ini, maka pendidikan non formal diasumsikan sebagai penyuluhan, dan pelatihan yang pernah diikuti oleh petani.
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh petani selama kegiatan pelatihan atau penyuluhan di bidang pertanian. Semakin
sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan atau pelatihan di bidang pertanian, maka informasi yang diperoleh akan semakin banyak. Hal ini
akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan petani dalam pengelolaan usaha taninya. Ketika pengetahuan dan keterampilan petani
bertambah maka diharapkan sikap petani dalam program PUAP semakin baik. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pendidikan non formal petani
yang ikut dalamprogramPUAP secara keseluruhan dapat diketahui pada Tabel 5.5 dibawah ini:
Tabel 5.5. Distribusi Tingkat Pendidikan Non Formal Yang Diikuti Oleh Petani Yang Mengikuti Progam PUAP
No Pendidikan Non
Formal Skor
Jumlah orang
Prosentase 1..
Penyuluhan - 0 kalitahun
- 1-2 kalitahun - 3-4 kalitahun
- 5-6 kalitahun - 7 kalitahun
1 2
3 4
5 15
16 9
37,5 40
22,5 Jumlah
40 100
commit to user 59
2. Pelatihan
- 0 kalitahun - 1-2 kalitahun
- 3-4 kalitahun - 5-6 kalitahun
- 7kalitahun 1
2 3
4 5
3 9
12 14
2 7,5
22,5 30
35 5
3. Tingkat Pendidikan
Non Formal - sangat rendah
- rendah - sedang
- tinggi - sangat tinggi
2-3 4-5
6-7 8-9
10-11 8
14 16
2 20
35 40
5 Jumlah
40 100
Sumber : Analisis data primer 2010 Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan
non formalnya berupa penyuluhan yaitu antara 5 sampai 6 kali pertahun. Petani tersebut sebanyak 16 atau 40 persen. Kenyataannya petani di
Salatiga kurang aktif dalam penyuluhan. Hal ini dikarenakan petani di Salatiga bukanlah petani murni. Namun mereka juga memiliki mata
pencaharian di luar pertanian. Sehingga petani terkadang tidak bisa mengikuti penyuluhan secara terus-menerus. Terkadang juga bila mereka
tidak bisa mengikuti penyuluhan, mereka biasanya digantikan oleh putra atau putrinya. Walaupun mereka terkadang digantikan oleh putra-putrinya
mereka tetap dapat mengikuti materi yang diberikan penyuluh yaitu putra- putrinya kemudian memberikan pengetahuan kepada mereka. Materi
penyuluhan yang dibeikan yaitu penyuluhan mengenai kelembagaan tani dan budidaya usahataninya. Sehingga selama ini mereka memiliki
pengetahuan dan informasi baik dari budidaya pertanian maupun mengenai pengelolaan kelembagaan tani yang nantinya digunakan untuk
mengelola dana program PUAP. Sedangkan pendidikan non formalnya berupa pelatihan yaitu antara 5
sampai 6 kali pertahun. Petani tersebut sebanyak 14 petani atau 35 persen. Hal ini membuktikan petani di Salatiga cukup aktif dalam setiap pelatihan
commit to user 60
yang diberikan pihak Dinas Pertanian dan swasta UKSW. Pelatihan yang ada yaitu mengenai Lembaga Keuangan Mikro LKM. Pelatihan disini
dimaksudkan agar petani dapat mengelola keuangan di dalam kelermbagaan taninya. Petani di Salatiga hanya mengikuti pelatihan
beberapa kali saja. Hal ini dikarenakan pelatihan di Salatiga,, petani yang diikutkan diharuskan memiliki potensi dan kemauan untuk merubah
keterpurukan yang selama ini dialaminya. Keterpurukan yang dialami mereka seperti kurangnya optimalisasi luas lahan yang dimilikinya
sehingga produktivitas mereka tidak sesuai harapan. Walaupun sebagian petani terkadang tidak bisa mengikuti pelatihan. Mereka dapat bertukar
perngalaman dan keterampilan satu sama lain melalui percakapan- percakapan sehari-hari. Mengapa demikian, Hal ini dikarenakan petani
memiliki keeratan satu sama lain. Jadi petani selama ini selalu saling membagikan keterampilan kepada petani lainnya yang membutuhkan.
Secara tidak langsung pelatihan yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas dan pencapaian tujuan, pelaksanaan serta hasil suatu
program seperti PUAP. Berdasarkan Tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa mayoritas petani yang
mengikuti pendidikan non formal tergolong tinggi yaitu sebanyak 16 petani atau 40 persen. Pendidikan non formal yang ada sebagian besar
ditujukan untuk peningkatan produktivitas usahatani dan pemberian pengetahuan tentang kelembagaan Tani serta pemberian keterampilan
mengenai Lembaga Keuangan Mikro sehingga sebagian besar petani ikut aktif dalam mengikuti pendidikan non formal.
5. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting