Jumlah Klorofil Daun unit

yang terbentuk lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan umur bibit 5, 4 dan 3 MSS. Sesuai dengan pendapat Thangaraj and O’Toole 1985 menyatakan bahwa pemindahan bibit ke lapangan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan akar, sehingga pada waktu pemindahan bibit tidak terjadi kerusakan akar, apabila akar mengalami kerusakan maka untuk pertumbuhan awal bibit memerlukan waktu penyembuhan padahal anakan maksimum terjadi sampai pada batas umur 49-50 hari setelah semai serta perkembangan akar umumnya akan terhenti pada umur 42 hari setelah semai. Hal ini jelas terlihat pada umur bibit 3 MSS pada saat dipindahkan ke lapangan, banyak tanaman yang mati dan harus disulam kembali. Namun masih banyak juga tanaman yang mati setelah disulam kembali, disamping itu pembentukan akar dan daun belum sempurna sehingga belum mampu bertahan dalam kondisi yang ekstrim. Bagheri et al., 2011 dalam Tedesse et al., 2013 menyatakan bahwa bibit muda mengalami kematian lebih tinggi setelah dipindahtanam ke lapangan dibandingkan dengan bibit yang tua. Hal ini disebabkan karena bibit muda memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih dan sistem perakarannya yang dangkal sehingga sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan.

4.5. Jumlah Klorofil Daun unit

Data pengamatan rata-rata jumlah khlorofil daun disajikan pada Lampiran 32. Dari hasil transformasi akarkuadrat Square root Lampiran 34 dan hasil analisis sidik ragam Lampiran 33 dan 35 menunjukkan bahwa teknik aplikasi ZPT berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah khlorofil daun, namun berpengaruh nyata terhadap umur bibit saat pindah tanam serta tidak terdapat interaksi yang nyata. Ubiversitas Sumatera Utara Rata-rata jumlah klorofil daun akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam tertera pada Tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Rata-rata jumlah khlorofil daun bawang merah akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT Z dan umur bibit saat pindah tanam T Teknik Aplikasi ZPT Z Jumlah Khlorofil unitmm² Z0 74.965 Z1 75.826 Z2 81.495 Z3 83.497 Umur Pindah Tanam T Jumlah Khlorofil unitmm² T1 60.967 b T2 93.707 a T3 82.797ab T4 78.313ab Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P ≤0,05 Uji Tukey Hasil pada Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan terhadap jumlah khlorofil daun akibat perlakuan teknik aplikasi zat pengatur tumbuh. Hal ini diduga teknik aplikasi ZPT kombinasi 50 ppm NAA + 50 ppm BAP dengan teknik perendaman benih dalam larutan ZPT jumlah khorofilnya tidak berbeda dengan tanpa aplikasi ZPT dengan perendaman benih dalam air biasa demikian juga halnya dengan teknik penyemprotan dengan ZPT pada umur tanaman 1, 3 dan 5 minggu setelah pindah tanam. Hal lain yang dapat menyebabkan tidak adanya perbedaan jumlah khlorofil daun akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT adalah disebabkan karena pengamatan terhadap jumlah khlorofil daun dilakukan pada umur 50 HSPT, sedangkan diketahui bahwa khlorofil daun lebih banyak terdapat pada tanaman yang belum memasuki pertumbuhan generatif ataupun khlorofil daun belum dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses fotosintesis untuk pembentukan umbi. Hal ini sesuai dengan Ubiversitas Sumatera Utara pendapat Biber 2007yang menyatakan bahwa umur daun dan tahapan fisiologis suatu tanaman merupakan faktor yang menentukan kandungan khlorofil. Khlorofil berperan dalam proses fotosintesis tanaman, peningkatan kandungan khlorofil pada tanaman berkaitan dengan peningkatan protein khlorofil. Menurut pendapat Abidin 1994 bahwa zat pengatur tumbuh mampu mempengaruhi sintesis protein termasuk khlorofil, dengan peningkatan khlorofil diharapkan akan meningkatkan fotosintat yang dihasilkan. Fotosintat merupakan substrat respirasi sehingga peningkatan fotosintat akan meningkatkan respirasi yang menghasilkan energi untuk pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman Gardner et al., 1991. Isbandi 1983 menambahkan pengaruh BAP terhadap pertumbuhan vegetatif yaitu pembelahan sel pada jaringan tertentu, hilangnya dormansi diikuti dengan tumbuhnya tunas, pembesaran sel. Pemberian zat pengatur tumbuh yang lebih lama dapat menurunkan kadar khlorofil, protein dan RNA Rachmawati, 2008. Pengamatan terhadap perlakuan umur bibit saat pindah tanam T seperti yang tertera pada Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa jumlah khlorofil terbanyak dijumpai pada perlakuan T2 Umur bibit 4 MSS diiukuti oleh T3 umur bibit 5 MSS, T4 umur bibit 6 MSS dan yang terendah dijumpai pada T1 umur bibit 3 MSS. Hal ini menunjukkan bahwa umur bibit 4 MSS pada saat diukur jumlah khlorofilnya pada saat tanaman sudah berumur 50 hari setelah pindah tanam atau 78 hari sejak benih disemai jumlah khlorofilnya sudah mencapai maksimum, namun pada T3 umur bibit 5 MSS saat pindah tanam atau umur tanaman sudah mencapai 85 hari setelah benih disemai dan pada T4 umur bibit 6 MSS atau umur tanaman 92 hari setelah benih disemai, jumlah khlorofilnya semakin Ubiversitas Sumatera Utara menurun. Hal ini disebabkan karena jumlah khlorofil pada umur diatas 78 hari setelah benih disemai sudah mulai dimanfaatkan dalam proses fotosintesis untuk pembentukan umbi. Sedangkan pada T1 umur bibit 3 MSS saat pindah tanam atau umur tanaman 57 hari setelah semai, jumlah khlorofil daunnya masih sedikit. Setiari dan Yulita 2009 menyatakan bahwa berdasarkan faktor umur tanaman, maka dapatdikatakan bahwa makin tua umur tanaman akanmenghasilkan kandungan klorofil yang semakintinggi.Pada tanaman bawang merah asal biji umur tanaman 78 hari setelah biji disemai merupakan umur tanaman yang paling tua sehingga jumlah klorofilnya menunjukkan angka yang paling tinggi, sedangkan pada umur tanaman 85 hari sejak benih disemai sudah menunjukkan bahwa tanaman tersebut sudah melewati masa tua, tanaman sudah dalam masa pembesaran umbi dengan mulai berubahnya warna daun dari hijau menjadi kuning sehingga jumlah klorofil daunnya semakin rendah. Tinggi atau rendahnya jumlah khlorofil daun dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur tanaman, umurdaun, morfologi daun serta faktor genetik. Biber2007 menyatakan bahwa umur daun dan tahapanfisiologis suatu tanaman merupakan faktor yangmenentukan kandungan klorofil. Tiap spesiesdengan umur yang sama memiliki kandungankimia yang berlainan dengan jumlah genom yang berlainan pula. Hal ini mengakibatkanmetabolisme yang terjadi juga berlainan terkaitdengan jumlah substrat maupun enzimmetabolismenya.

4.6. Berat Brangkasan Basah gram

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Kinetin Terhadap Pemecahan Dormansi Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) Produksi

0 38 103

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (allium ascalonicum l.) Varietas Tuk-Tuk Terhadap Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk KCl

12 76 55

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

2 40 88

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

3 46 85

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 107

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 8

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 20