. Tinggi Tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN

tersebut karena didalam biji tersebut sudah memiliki hormon endogen, namun dalam konsentrasi yang kecil sehingga persentase pertumbuhan dan perkembangan biji terbatas Lestariet al., 2013. Menurut Cambell et al., 2000 perkecambahan benih bergantung pada proses penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Auksin dan sitokinin, akan meningkatkan aktivitas hormon geberellin, enzim α dan β amilase yang ada dalam embrio benih, kemudian terjadi hidrolisis pati yang nantinya akan dikonsumsi selama pertumbuhan embrio menjadi kecambah dan bibit.

4.2 . Tinggi Tanaman

Data pengamatan rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT Hari Setelah Pindah Tanam disajikan pada Lampiran 12, 14, 16 dan 18. Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 13,15, 17 dan 19 menunjukkan bahwa teknik aplikasi ZPT berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT sedangkan umur bibit saat pindah tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT dan tidak terdapat interaksi yang nyata. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT Z dan umur bibit saatpindah tanamT tertera pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa teknik aplikasi zat pengatur tumbuh tidak berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman bawang merah asal biji baik pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 hari setelah pindah tanam. Rata-rata tinggi Ubiversitas Sumatera Utara tanaman bawang merah pada saat tanam adalah 22,76 cm dengan perendaman benih dalam air biasa Z0 dan 25,31 cm dengan perendaman dalam larutan ZPT Z1, 22,82 cm dengan perlakuan penyemprotan tanaman dengan larutan ZPT pada umur 1, 3 dan 5 minggu setelah pindah tanam MSPT, dan 23,77 cm dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan ZPT dan penyemprotan tanaman dengan larutan ZPT pada umur 1, 3 dan 5 MSPT. Demikian juga halnya dengan tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HSPT. Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada saat tanam, 15, 30 dan 45 HSPT akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT Z dan umur bibit saat pindah tanam T Teknik Aplikasi ZPT Tinggi Tanaman cm Saat Tanam 15 HSPT 30 HSPT 45 HSPT Z0 22.76 22.75 26.26 30.24 Z1 25.31 24.44 31.27 33.84 Z2 22.82 22.09 23.66 32.67 Z3 23.77 23.86 24.83 30.56 Umur Bibit Saat Pindah Tanam Tinggi Tanaman cm Saat Tanam 15 HSPT 30 HSPT 45 HSPT T1 13.392 c 15.052 d 24.497 c 36.200 b T2 22.939 b 22.602 c 37.142 b 48.657 a T3 26.504 b 25.667 b 42.380ab 54.032 a T4 31.829 a 29.815 a 46.298 a 52.163 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P ≤0,05 Uji Tukey Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semua perlakuan teknik aplikasi ZPT tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman. Hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi kombinasi 50 ppm NAA + 50 ppm BAP dengan masing-masing volume sebanyak 1 liter konsentrasinya masih sangat rendah sehingga belum dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman atau diduga karena pengaruh perlakuan teknik aplikasi zat pengatur tumbuh baik dengan teknik perendaman benih atau penyemprotan pada tanaman belum dapat mempengaruhi pertumbuhan Ubiversitas Sumatera Utara tanaman.Menurut Rosliani et al., 2005 bahwa penyemprotan zat pengatur tumbuh pada tanaman bawang merah kurang efektif dibandingkan dengan cara perendaman, hal ini diduga karena morfologi dari tanaman bawang merah yang berdaun tegak dan licin mengandung lapisan kutikula yang tebal sehingga larutan ZPT yang disemprot tidak masuk dalam jaringan tanaman. Tabel 3 juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruhyang sangat nyata akibat perlakuan umur bibit saat pindah tanam T terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman bawang merah tertinggi pada saat tanam, umur 15 dan 30 HSPT dijumpai pada perlakuan umur bibit 6 MSS saat pindah tanam T4 dan diikuti oleh T3 umur bibit 5 MSS dan T2 umur bibit 4 MSS dan tinggi tanaman terendah dijumpai pada T1 umur bibit 3 MSS. Namun pada umur 45 HSPT tanaman tertinggi dijumpai pada T3 umur bibit 5 MSS dan terendah tetap pada T1 umur bibit 3 MSS. Hal ini diduga bibit yang berumur 6 MSS T4 pada umur 45 HSPT masa pertumbuhan vegetatifnya sudah terhenti atau sudah memasuki tahap pertumbuhan generatif atau pertumbuhan reproduktif yaitu dengan menampakkan umbinya yang sudah mulai membelah dari satu anakan menjadi 2, 3, 4, 5, 6 sampai 10 anakanumbi Gambar 18 sd 24. Sesuai degan pendapat Gardner et al., 1985 menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif pada tanaman semusim umumnya diakhiri oleh pertumbuhan generatif pertumbuhan reproduksi. Daun, batang dan bagian-bagian vegetatif lainnya tidak hanya gagal untuk bersaing dalam hal hasil asimilasi yang diproduksi selama memasuki pertumbuhan generatif reproduksi, tetapi sampai batas tertentu mungkin menyumbangkan karbon dan mineral yang telah ditimbun sebelumnya melalui proses mobilisasi dan redistribusi. 4.3.Jumlah Daun Helai Ubiversitas Sumatera Utara Data pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT disajikan pada Lampiran 20, 22, 24 dan 26. Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 21, 23, 25 dan 27 menunjukkan bahwa teknik aplikasi ZPTberpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT sedangkan pengaruh umur bibit saat pindah tanamberpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada saat pindah tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPTserta tidak terdapat interaksi yang nyata. Rata-rata jumlah daun bawang merah asal biji pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT Z dan umur bibit saat pindah tanam T tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata jumlah daun bawang merah asal biji pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT Z dan umur bibit saat pindah tanam T Teknik Aplikasi ZPT Jumlah Daun helai Saat Tanam 15 HSPT 30 HSPT 45 HSPT Z0 3.66 4.53 6.67 9.59 Z1 3.69 4.24 6.59 10.44 Z2 3.74 4.08 6.71 10.04 Z3 3.75 4.25 7.17 9.69 Umur Bibit Saat Pindah Tanam Jumlah Daun helai Saat Tanam 15 HSPT 30 HSPT 45 HSPT T1 2.80 c 3.03c 4.82 c 7.36c T2 3.27 c 4.03 b 6.66 b 10.02 b T3 4.09 b 4.64b 7.27 b 11.54 a T4 4.70 a 5.41 a 8.38 a 10.85ab Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P ≤0,05Uji Tukey Hasil Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bawang merah pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT berpengaruh tidak nyata. Hasil ini mengindikasikan bahwa pada saat tanam jumlah daun masih sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari Ubiversitas Sumatera Utara varietas bawang merah tersebut. Perlakuan perendaman benih masih belum dapat merubah sifat dan karakter dari biji sehingga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Sedangkan teknik perlakuan yang lain seperti penyemprotan Z2 dan Z3 juga belum dapat mempengaruhi jumlah daun. Hasil pengamatan terhadap perlakuan umur bibit saat pindah tanam T berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun. Jumlah daun tanaman bawang merah terbanyak pada saat tanam, umur 15 dan 30 HSPT dijumpai pada perlakuan umur bibit 6 MSS saat pindah tanam T4 dan diikuti oleh T3 umur bibit 5 MSS dan T2 umur bibit 4 MSS dan tinggi tanaman terendah dijumpai pada T1 umur bibit 3 MSS. Namun pada umur 45 HSPT jumlah daun terbanyak dijumpai pada T3 dan terendah tetap pada T1. Hal ini diduga semakin meningkatnya umur tanaman maka semakin meningkat pula jumlah daunnya, namun apabila sudah memasuki tahap pertumbuhan generatif yaitu pada saat terbentuknya umbi, maka pertumbuhan vegetatif akan terhenti Gardner et al., 1991. Ini jelas terlihat pada umur 45 HSPT, jumlah daun yang terbanyak adalah pada bibit yang umurnya 5 MSS T3. Penyebab lain juga dapat disebabkan karena perkembangan vegetatif pada umur bibit 3 MSS lebih lambat. Jumlahdaun tertinggi dihasilkan oleh bibit yang berumur 5 MSS dengan rataan jumlah daun mencapai 12 helai per rumpun pada akhir fase vegetatif . Hal ini memperlihatkan bahwa pemindahan bibit lebih awal menyebabkan pertumbuhan tanaman akan cepat terhenti stagnasi Firmansyah, 2012. Sesuai dengan pendapat Vavrina 1998, pindah tanam lebih awal akan memberikan pertumbuhan vegetatif tanaman lebih baik dan tanaman tidak cepat menua. Ubiversitas Sumatera Utara Nurshanti 2008 menambahkan bahwa pada umur bibit 5 MSS mempunyai kesempatanuntuk tumbuh dan berkembang dengan struktur tanaman yang lebih kuat danperakaran yang cukup banyak sehingga sangatmemudahkan pelaksanaan transplanting dan memberikan ketahanan tanaman yangcukup terhadap perubahan kondisi lingkungan pertanaman. Bibit tanaman yangberumur 3 MSS dan 4 MSS jumlah daunnya lebih rendah dibandingkan denganbibit yang berumur 5 MSS. Menurut pendapat Lubis 2004 bahwa pertumbuhan tanaman akan optimal disebabkan oleh optimalnya pertumbuhan yang terjadi pada tanaman, karena disamping memiliki kesiapan yang matang untuk ditransplanting ke lapangan dengan organ tumbuh yang sempurna, pada tanaman tersebut bibit juga memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim pada lingkungan tumbuh barunya.

4.4. Jumlah Akar buah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Kinetin Terhadap Pemecahan Dormansi Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) Produksi

0 38 103

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (allium ascalonicum l.) Varietas Tuk-Tuk Terhadap Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk KCl

12 76 55

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

2 40 88

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

3 46 85

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 107

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 8

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 20