Budidaya Tanaman Bawang Merah Asal biji

organisme tanah terutama dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara bagi tanaman. Pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah. Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap air hujan dan cuaca berkabut Sumarni dan Achmad, 2005. Bawang merah jugadapat ditanam musim penghujan asal saja pembuangan airnya baik dan pemberantasan penyakit dilakukan secara teratur. Menurut Dorcas et al., 2012, budidaya bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan pengaturan air yang baik yaitu 6 hari sekali. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 – 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari penuh Deptan, 2007.

2.3. Budidaya Tanaman Bawang Merah Asal biji

Bawang merah dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Teknik perbanyakan yang sering dilakukan petani adalah dengan menggunakan umbi. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan bibit dari biji botani True Shallot Seed atau TSS. Biji bawang merah tidak dapat disimpan terlalu lama karena akan kehilangan vigoritasnya serta kemampuan biji semakin lemah Putrasamedja, 1995. Ketersediaan benih TSS dalam sistem produksi bawang merah sebagai alternatif dari penggunaan benih umbi adalah sangat strategis. Pada saat benih umbi terbatasketersediaannya atau sangat mahal, seperti yang terjadi pada bulan akhir Maret 2013 harga benih umbi bawang merah bisa mencapai harga yang ekstrim yaitu 65 riburupiah per kg, maka ketersediaan benih TSS dengan harga terjangkau sangatlahdibutuhkan petani Liferdi, 2013. Ubiversitas Sumatera Utara Pada penggunaan bibit dari biji botani TSS mempunyai keunggulan dari bibit asal umbi diantaranya : 1 kebutuhan benih hanya sedikit, hanya sekitar 7,5 kgha dibandingkan umbi sekitar 1,5 tonha, 2 bebas virus dan penyakit tular benih, 3 menghasilkan tanaman yang lebih sehat, 4 daya hasil tinggi dan 5 hemat biaya produksi. Selain itu, hasil bawang merah asal biji memiliki ukuran umbi yang lebih besar dan lebih bulat dibandingkan bawang merah asal umbi Permadi, 1993; Putrasamedja, 1995; Sumarni et al., 2005. Menurut hasil penelitian Basuki 2009 bahwa penggunaan benih TSS layak secara teknis karena dapat meningkatkan hasil sampai 2 kali lipat dibanding penggunaan benih umbi tradisional dan layak secara ekonomi karena dapat meningkatkan pendapatan bersih antara 60-70 juta rupiah per hektar dibanding penggunaan benih umbi. Biaya bahan tanam asal TSS biaya bibit jadi lebih murah sekitar 50 dibanding benih umbi. Benih bawang merah asal biji varietas Tuk Tuk juga mempunyai beberapa kelemahan seperti 1 tidak tahan hujan,hasilnya sangat rendah di musim hujan 2 kualitas umbinya ukuran terlalu besar,aromanya kurang wangi, rasanya kurang enak sehingga kurang laku dijual di pasardalam negerilokal, 3 umurnya panjang, dan 4 pengeringannya lama Liferdi, 2013. Menurut Rosliani et al., 2002 sedikitnya ada tiga teknik budidaya bawang merah menggunakan TSS yaitu 1 melalui persemaian, 2 ditanam langsung, dan 3 melalui pembentukan umbi mini. Teknik budidaya melalui persemaian memiliki beberapa kelebihan, diantaranya bibit atau bahan tanam lebih sehat dan tegar serta jumlah bibit yang diperlukan lebih hemat dibandingkan ditanam langsung atau melalui pembentukan umbi mini. Kultivar Manokaranmenunjukkan Ubiversitas Sumatera Utara bahwapenyemaian langsungtelah memberikanhasil tertinggidibandingkan dengantanam. Selain itu,tanam benih langsungbisamempercepatpanen3-4 mingguLesly, 2003, namun menurut Rosliani et al., 2002 dan Sumarnidan Rosliani, 2010 penanaman biji secara langsung membutuhkan benih yang lebih banyak.

3.4. Zat Pengatur Tumbuh dan Peranannya.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Kinetin Terhadap Pemecahan Dormansi Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) Produksi

0 38 103

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (allium ascalonicum l.) Varietas Tuk-Tuk Terhadap Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk KCl

12 76 55

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

2 40 88

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

3 46 85

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 107

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 8

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 20