Umur Pindah Tanam TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman

Teknik aplikasi ZPT dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu 1 perendaman; 2 penyemprotan; 3 perendaman dan penyemprotan. Hasil penelitian Sumarni et al., 2013 bahwa jumlah tanaman yang berbunga paling banyak 89,70 dan jumlah umbel bunga paling banyak 672,75 umbel bunga per petakdiperoleh dengan cara kombinasi perendaman umbi bibit selama 30 menit pada larutan GA3 sebelum tanam + penyemprotan bagian tanaman dengan larutan GA3 pada umur 3 dan 5 minggu setelah tanam.

3.5. Umur Pindah Tanam

Pada tanaman yang diperbanyak dengan biji dan memerlukan persemaian, pindah tanam sebaiknya dilakukan pada stadia tanaman yang tepat. Pindah tanam lebih dini akan mempercepat adaptasi tanaman terhadap lingkungan sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan dapat menghasilkan bagian vegetatif yang lebih baik . dan jika pindah tanam terlambat, maka tanaman tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pertumbuhan vegetatifnya, tanaman lebih cepat menua dan cepat memasuki stadia generatif. Waktu pindah tanam yang tepat ditentukan selain oleh jenis tanaman dan kultivar, juga ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat tanaman dipindah tanamkan serta teknik budidayanya Vavrina, 1998. Sitompul dan Guritno 1995 menyatakan bahwa kondisi bibit terutama perakaran harus diperhatikan dalam melakukan pemindahan bibit karena sistem perakaran sangat berhubungan dengan penyerapan air dan unsur hara. Menurut Sunanto 2006, proses pemindahan bibit meliputi dua cara yaitu adaptasi fisiologis dan adaptasi morfologis. Adapatasi fisiologis meliputi perubahan proses fisiologi tanaman secara perlahan-lahan ke arah yang lebih baik dan dapat Ubiversitas Sumatera Utara menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini dapat berupa ketahanan terhadap hama dan penyakit, ketahanan terhadap kekeringan, absorbs hara dan pembatasan respirasi, ketahanan terhadap ketersediaan hara yang minim dan efisiensi asimilasi serta aktivitas enzim. Adapatasi morfologis berupa pertumbuhan dan perkembangan tanaman akar, batang dan daun pada saat tanaman dipindahkan dari persemaian ke lapangan Menurut Rosliani dan Hilman 2002 Sedikitnya ada tiga teknik budidaya bawang merah menggunakan TSS yaitu melalui persemaian, ditanam langsung dan melalui pembentukan umbi mini. Teknik budidaya melalui persemaian memiliki beberapa kelebihan, diantaranya bibit atau bahan tanam lebih hemat dan tegar serta jumlah bibit yang diperlukan lebih hematdibandingkan ditanam langsung ataupun melalui pembentukan umbi mini. Namun demikian masih juga mempunyai kelemahan yaitu memerlukan waktu yang lama dipersemaian sehingga umur pindah tanam juga lebih lama yaitu pada umur 6 minggu setelah semai Deptan, 2007. Sopha 2010 menambahkan bibit siap dipindahkan ke lapangan untuk ditanam pada umur 4-6 minggu setelah semai, dimana bibit sudah mempunyai 2-4 helai daun. Menurut Sumanaratneet al., 2005, bibit dipersemaian umur 4 minggu setelah semai baru dapat dipindahkan ke lapangan untuk ditanam dengan standar jarak tanam 8 cm x 8 cm atau 10 cm x 10 cm. Sumarni, et al., 2005 menyatakan bahwa umur 3 MSS sudah memiliki 4 helai daun sehingga bibit sudah siap dipindah tanam ke lapangan. Triharyanto et al., 2013 melakukan penelitian terhadap bawang merah asal biji varietas TUK TUK dengan melakukan persemaian. Pemindahan bibit dari Ubiversitas Sumatera Utara persemaian ke lahan penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 18 hari setelah persemaian, namun banyak tanaman yang mengalami kematian. Persentase bibit tumbuh di lapang yangtertinggi terdapat pada bibit yang ditanam pada umur 5 MSS yaitu sebanyak72.83. Hal ini disebabkan pada umur bibit 5 MSS mempunyai kesempatanuntuk tumbuh dan berkembang dengan struktur tanaman yang lebih kuat danperakaran yang cukup banyak sehingga sangatmemudahkan pelaksanaan transplanting dan memberikan ketahanan tanaman yangcukup terhadap perubahan kondisi lingkungan pertanaman. Bibit tanaman yangberumur 3 MSS dan 4 MSS persentasenya lebih rendah dibandingkan denganbibit yang berumur 5 MSS. Hal ini disebabkan bibit tanaman belum sempurnapertumbuhan fisiologisnya Nurshanti, 2008. Splittstoesser 1990 menambahkan bahwa pemeliharaanbibit dilakukan untuk menyempurnakan proses fisiologis dimana pada saat initanaman dapat menyimpan karbohidrat dan memproduksi kutikula sehinggatanaman dapat membentuk formasi perakaran dan bertahan pada kondisilingkungan yang tidak menguntungkan.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Ubiversitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Kinetin Terhadap Pemecahan Dormansi Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) Produksi

0 38 103

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (allium ascalonicum l.) Varietas Tuk-Tuk Terhadap Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk KCl

12 76 55

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

2 40 88

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

3 46 85

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 107

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 8

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 20