Berat Brangkasan Basah gram

menurun. Hal ini disebabkan karena jumlah khlorofil pada umur diatas 78 hari setelah benih disemai sudah mulai dimanfaatkan dalam proses fotosintesis untuk pembentukan umbi. Sedangkan pada T1 umur bibit 3 MSS saat pindah tanam atau umur tanaman 57 hari setelah semai, jumlah khlorofil daunnya masih sedikit. Setiari dan Yulita 2009 menyatakan bahwa berdasarkan faktor umur tanaman, maka dapatdikatakan bahwa makin tua umur tanaman akanmenghasilkan kandungan klorofil yang semakintinggi.Pada tanaman bawang merah asal biji umur tanaman 78 hari setelah biji disemai merupakan umur tanaman yang paling tua sehingga jumlah klorofilnya menunjukkan angka yang paling tinggi, sedangkan pada umur tanaman 85 hari sejak benih disemai sudah menunjukkan bahwa tanaman tersebut sudah melewati masa tua, tanaman sudah dalam masa pembesaran umbi dengan mulai berubahnya warna daun dari hijau menjadi kuning sehingga jumlah klorofil daunnya semakin rendah. Tinggi atau rendahnya jumlah khlorofil daun dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur tanaman, umurdaun, morfologi daun serta faktor genetik. Biber2007 menyatakan bahwa umur daun dan tahapanfisiologis suatu tanaman merupakan faktor yangmenentukan kandungan klorofil. Tiap spesiesdengan umur yang sama memiliki kandungankimia yang berlainan dengan jumlah genom yang berlainan pula. Hal ini mengakibatkanmetabolisme yang terjadi juga berlainan terkaitdengan jumlah substrat maupun enzimmetabolismenya.

4.6. Berat Brangkasan Basah gram

Data pengamatan rata-rata berat brangkasan basahper tanaman sampel dan per plot dan transformasi data disajikan pada Lampiran 36 dan 38. Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 37 dan 39 menunjukkan bahwa teknik aplikasi Ubiversitas Sumatera Utara ZPT berpengaruh tidak nyata terhadap berat brangkasan basah per tanaman sampel dan berat brangkasan basah per plot. sedangkan umur bibit saat pindah tanam berpengaruh tidak nyata terhadap berat brangkasan basah per tanaman sampel dan berpengaruh sangat nyata terhadap berat brangkasan basah per plot serta tidak adanya pengaruh interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Rata-rata berat brangkasan basah bawang merah asal biji akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam disajikan pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Rata-rata berat brangkasan basah bawang merah per tanaman sampel dan per plot akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT Z dan umur bibit saat pindah tanam T Teknik Aplikasi ZPT Berat Brangkasan Basah gram Per tanaman sampel Per Plot Z0 47.45 2182.1 Z1 50.32 2717.2 Z2 41.35 2281.0 Z3 44.77 2123.0 Umur Bibit Saat Pindah Tanam Berat Brangkasan Basah gram per tanaman sampel Per Plot T1 38.85 1286.8 b T2 49.93 2384.3 a T3 47.87 2637.9 a T4 48.85 2994.3 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P ≤0,05 Uji Tukey Hasil pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa berat brangkasan basah umbi bawang merah per plot yang tertinggi akibat perlakuan umur bibit saat pindah tanam diperoleh pada perlakuan T4 umur bibit 6 MSS diikuti oleh T3 umur bibit 5 MSS, T2 umur bibit 4 MSS dan terendah pada T1 umur bibit 3 MSS. Namun antara perlakuan T4, T3 dan T2 tidak berbeda antara ketiga perlakuan tersebut karena waktu panen dapat dilakukan sekaligus. Sedangkan pada T1 umur bibit 3 Ubiversitas Sumatera Utara MSS hasilnya sangat rendah disebabkan karena pada saat panen banyak umbi yang sudah busuk yang diakibatkan oleh curah hujan yang sangat tinggi dua minggu sebelum panen. Pada T4, T3 dan T2 dapat dipanen lebih awal sehingga banyak umbi yang masih dapat diselamatkan. Selain itu pada perlakuan T1 umur bibit 3 MSS saat pindah tanam, banyak tanaman yang mati per satuan luas plot walaupun sudah dilakukan penyulaman, sehingga rendahnya populasi tanaman akan mengakibatkan rendahnya berat umbi per satuan plot.Tingginya berat brangkasan basah pada T4 umur bibit 6 MSSdibandingkan dengan T3 umur bibit 5 MSS dan T2 umur bibit 3 MSS disebabkan karena pada saat pindah tanam, tanaman sudah cukup mampu bertahan dengan kondisi lingkungan pertanaman sehingga pertumbuhan umbi menjadi tidak terhambat. Sesuai dengan pendapat Gardner et al., 1991 bahwa dengan pertumbuhan vegetatif yang baik maka pertumbuhan generatif juga akan lebih baik. Bagheri et al., 2011 dan Ginigaddara dan Ranamukhaarachchi 2011 menambahkan bahwa ketika bibit ditransplantasikan pada waktu yang tepat dan umur yang sesuai, pertumbuhan juga akan berjalan normal sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik. 4.7.Berat Brangkasan Kering gram Data pengamatan rata-rata berat brangkasan kering per tanaman sampel dan per plot dan data transformasi 5 , + x disajikan pada Lampiran 40, 42 dan 44. Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 41, 43 dan 45 menunjukkan bahwa teknik aplikasi ZPT berpengaruh tidak nyata terhadap berat brangkasan kering per tanaman sampel dan berpengaruh nyata terhadap berat brangkasan kering per plot. Sedangkan umur bibit saat pindah tanam berpengaruh tidak nyata terhadap berat Ubiversitas Sumatera Utara brangkasan kering per tanaman sampel dan berpengaruh sangat nyata terhadap berat brangkasan kering per plot serta tidak adanya pengaruh interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Rata-rata berat brangkasan kering bawang merah akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam disajikan pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Rata-rata berat brangkasan kering bawang merah per tanaman sampel dan per plot akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam Teknik Aplikasi ZPT Berat Brangkasan Kering gram Per tanaman Sampel Per Plot Z0 33.60 1438 b Z1 39.81 2051 a Z2 33.49 1669ab Z3 33.98 1538ab Umur Bibit Saat Pindah Tanam Berat Brangkasan Kering gram Per tanaman Sampel Per Plot T1 34.34 1023 b T2 37.32 1698 a T3 33.99 1830 a T4 35.24 2147 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P ≤0,05 Uji Tukey Data hasil pada Tabel 8menunjukkan bahwa berat brangkasan kering per plot tertinggi akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT terdapat pada teknik aplikasi Z1 teknik perendaman benih dalam larutan ZPT kemudian diikuti oleh Z2penyemprotan dengan larutan ZPT dan Z3 perendaman benih dan peyemprotan tanaman denga larutan ZPT dan terendah dijumpai pada Z0 tanpa aplikasi ZPT.Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh semua perlakuan baik dengan cara perendaman, penyemprotan atau dengan cara keduanya sangat mempengaruhi berat brangkasan kering. Seiring dengan peningkatan jumlah daun, jumlah akar dan jumlah khlorofil maka akan meningkat pula berat brangkasan kering. Produksi fotosintesis yang lebih besar seperti daun dan akar kemudian menghasilkan Ubiversitas Sumatera Utara produksi bahan kering semakin besar Sitompul dan Guritno, 1995.Salisbury dan Ross 1995 serta Sitompul dan Guritno 1995 menyatakan bahwa berat basah tanaman dapat menunjukkan aktivitas metabolisme tanaman dan nilai berat basah tanaman dipengaruhi oleh kandungan air jaringan, unsur hara dan hasil metabolisme. Hasil pada Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa berat brangkasan kering umbi bawang merah tertinggi akibat perlakuan umur bibit saat pindah tanam T terdapat pada umur bibit 6 MSS T4 kemudian diikuti oleh umur bibit 5 MSS T3 dan umur bibit 4 MSS T2 dan yang terendah pada umur bibit 3 MSS T1. Rendahnya berat brangkasan basah dan berat brangkasan kering pada T1 umur bibit 3 MSS juga diakibatkan karena banyak tanaman yang mati per satuan luas plot. Hal ini diduga karena pada umur bibit 3 MSS, bibit belum mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan pertumbuhan fisiologisnya belum sempurna. Sedangkan pada T4, T3 dan T2 bibit sudah mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan pertumbuhan fisiologisnya sudah sempurna. Sesuai dengan pendapat Splittstoesser 1990 menyatakan bahwa pemeliharaanbibit dilakukan untuk menyempurnakan proses fisiologis dimana pada saat ini tanaman dapat menyimpan karbohidrat dan memproduksi kutikula sehingga tanaman dapat membentuk formasi perakaran dan bertahan pada kondisilingkungan yang tidak menguntungkan . Dengan pertumbuhan vegetatif yang baik maka pertumbuhan generatif juga akan lebih baik Gardner et al., 1991 . Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan dengan ukuran berat kering daripada dengan berat basah, karena berat basah sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban Sitompul dan Guritno, 1995. Hasil berat kering merupakan Ubiversitas Sumatera Utara keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis mengakibatkan peningkatan berat kering tanaman karena pengambilan CO 2 sedangkan respirasimengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO 2 Gardner et al .,1991.

4.8. Diameter Umbi cm

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Kinetin Terhadap Pemecahan Dormansi Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) Produksi

0 38 103

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (allium ascalonicum l.) Varietas Tuk-Tuk Terhadap Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk KCl

12 76 55

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

2 40 88

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

3 46 85

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 107

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 8

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 20