6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Kelayakan
Bentuk studi kelayakan disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan, misalnya untuk apa studi kelayakan itu dibuat. Studi kelayakan yang akan
dilakukan secara benar akan menghasilkan laporan yang komperhensif mengenai kelayakan suatu proyekbisnis yang akan didirikan dan
dikembangkan serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek akan mendatangkan
keuntungan atau kerugian, Subagyo, 2007: 4. Subagyo 2007: 15 juga menjelaskan, jika suatu kelayakan
merekomendasikan bahwa proyek yang akan dikerjakan tidak layak, sebaiknya proyek tersebut dihentikan. Apabila ingin dilanjutkan, harus
melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang dinilai belum atau tidak layak. Di sinilah fungsi studi kelayakan bagi suatu investasi, yaitu untuk
mendeteksi keadaan proyek sebelum melaksanakan investasi serta memproyeksi dan mengestimasi keadaan proyek di masa yang akan datang.
Adapun manfaat studi kelayakan bagi penganalisa, yaitu memberikan pengetahuan tentang cara berpikir secara sistematis dalam menghadapi suatu
masalah dan mencari jawabannya, menerapkan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sebelumnya dan menjadikannya sebagai alat bantu dalam
pengukuran, penilaian, maupun pengambilan keputusan, dan sebagai pengalaman berharga.
B. Pengertian
Just-in-time
Ohno 1978: 4 berpendapat
just-in-time
berarti bahwa dalam suatu rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba
pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang diperlukan. Sedangkan Carter 2009: 348 menguraikan
just-in-time
JIT merupakan filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba di
lokasi kerja pada saat dibutuhkan dan tepat waktu. Produk sebaiknya diselesaikan dan tersedia bagi pelanggan yang menginginkannya dengan tepat
waktu. Eliminasi persediaan di satu pihak menghilangkan kebutuhan akan tempat penyimpanan dan biaya penyimpanan. Carter juga menjelaskan, aspek
yang paling mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan barang dalam proses
work in process
–WIP dan bahan baku. Kebanyakan tulisan mengenai JIT berkonsentrasi pada satu aspek ini, yang disebut dengan
produksi tanpa persediaan
stockless production
, produksi ramping
lean production
, atau produksi dengan persediaan nihil
zero inventory production
ZIP. Heizer dan Render 2005 memperkenalkan aplikasi JIT dengan para
pemasok, tata letak, persediaan, penjadwalan, kualitas, dan pemberdayaan karyawan. Adapun aplikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pemasok
Kemitraan JIT JIT
partnership
ada ketika pemasok dan pembeli bekerja sama dengan sebuah sasaran bertimbal balik untuk menghilangkan
pemborosan dan menekan biaya. Ada empat sasaran kemitraan JIT menurut Heizer dan Render 2005: 262, yaitu:
a. Penghilangan aktivitas yang tidak perlu
Jika ada pemasok yang baik, maka aktivitas penerimaan dan inspeksi berikutnya tidak diperlukan.
b. Penghapusan persediaan di pabrik
Bagian atau komponen harus dikirimkan dalam lot kecil secara langsung ke departemen yang akan menggunakannya ketika
dibutuhkan. c.
Penghapusan persediaan yang transit Departemen pembelian modern saat ini menunjukkan pengurangan
persediaan dalam transit dengan cara memberikan harapan kepada para pemasok dan calon pemasok untuk mengambil lokasi di dekat
bangunan pabrik dan melakukan pengiriman kecil yang sering. d.
Penghilangan para pemasok yang lemah Ketika sebuah perusahaan mengurangi sejumlah pemasok, maka
berarti meningkatkan komitmen jangka panjang. Demi memperoleh kualitas dan keandalan yang terus meningkat, penjual dan pembeli
memiliki pemahaman yang sama dan kepercayaan timbal balik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI