36
3. Pendidikan Luar Sekolah
a. Konsep Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan dimulai dari manusia lahir sampai manusia meninggal. Pendidikan terbagi atas 3 jalur yakni jalur formal, jalur nonformal serta jalur
informal. Menurut Kamil 2011: 14, pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang dalam proses penyelenggaraanya memiliki sistem yang
terlembagakan, yang di dalamnya mengandung makna bahwa setiap pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanan program yang matang,
melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran, sumber belajar, serta faktor lain yang tidak dapat dipisahkan.
Sementara menurut Rahman 1989: 20, pendidikan luar sekolah sebagai salah satu alternatif dalam usaha untuk menciptakan pemerataan pendidikan,
dengan menyajikan program-program pendidikan yang fleksibel dan berdasarkan dengan kebutuhan.
Menurut UNESCO dalam Julia Preece 2009: 3 non formal education is .... based on an integrated approach that takes into account all the factors
influencing the opportunities and life chances of different populations groups, and the role played by education systems themselves in the process of social
inclusion and and coherension ....it is learning embedded in planned, organised and sustained education activities that are outside formal education
institution, responding to education neeed for all persons of all ages.
37 Pendidikan luar sekolah dapat dikemukakan bahwa pendidikan yang
memiliki tujuan dan kegiatan yang terorganisir, diselenggrakan di lingkungan masyarakat dan lembaga-lembaga untuk melayani kebutuhan belajar khusus
para peserta didik Sudjana, 2004: 23. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan luar sekolah
merupakan pendidikan yang melayani kebutuhan belajar yang belum terpenuhi oleh pendidikan formal dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
Tilaar dalam Marzuki 2012: 108 menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah anatara lain yaitu menciptakan subjek pembangunan yang: a
mampu melihat sekitar, melihart masalah- masalah hidup sehari-hari, melihat potensi-potensi yang ada baik sosial maupun fisik; dan b mampu serta
terampil memanfaatkan potensi yang ada dalam diri, kelompok, masyarakatnya dan lingkungan fisiknya untuk memperbaiki hidup dan kehidupan
masyarakatnya. Santoso S. Hamijoyo menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah
yaitu supaya individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya dan alamnya dapat secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong ke arah
kemajuan, gemar berpartisipasi, memperbaiki kehidupan mereka Marzuki, 2012: 106.
Menurut UNESCO dalam Julia Preece 2009: 3 The purpose of non formal education is to provide alternative learning opportunities for those who
38 do not have access to formal schooling or need specific life skills and
knowledge to overcome different obstacles. Sementara menurut Sudjana 2004: 37-38 tujuan dari pendidikan luar
sekolah dibedakan menjadi 2 yakni tujuan antara dan tujuan akhir. Tujuan antara beruapa keluaran output yang mencakup kuantitas dan kualitas lulusan
yang disertai adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan
belajar mereka. Sedangkan tujuan akhir pendidikan luar sekolah yaitu pengaruh outcome yang meliputi: a perubahan kesejahteraan hidup lulusan yang
ditandai dengan perolehan pekerjaan atau berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan, pendidikan dan penampilan diri, b
membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh lulusan, c peningkatan partisipasinya dalam
kegiatan sosial dan atau pembangunan masyarakat, dalam wujud partisipasi buah pikiran, tenaga, harta dan dana.
c. Ciri- ciri Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Joesoef 1986: 72-73, ciri-ciri pendidikan luar sekolah antara lain :
1 Tidak dibagi atas jenjang
2 Waktu penyampaian program lebih pendek
3 Usia siswa tidak harus sama
4 Siswa berorientasi studi jangka pendek, praktis agar segera menerapkan
hasil pendidikan dalam praktik kerja 5
Materi pelajaran bersifat praktis dan khusus 6
Merupakan reponse dari kebutuhan khusus yang mendesak
39 7
Penghargaan dalam bentuk ijazah atau sebagainya kurang memegang peranan penting.
d. Asas Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Joesoef 1986: 80-81 dalam pelaksanaan, pendidikan luar sekolah menerapkan asas di antaranya: 1 Asas inovasi; 2 Asas penentuan dan
perumusan tujuan pendidikan luar sekolah; 3 Asas perencanaan dan pengembangan program pendidikan luar sekolah. Asas inovasi berarti bahwa
setiap penyelenggaraan pendidikan nonformal harus merupakan kegiatan bagi si terdidik dan merupakan hal yang diperlukandibutuhkan. Penentuan dan
perumusan tujuan merupakan langkah yang terpenting dan pertama yang harus dikerjakan bagi pendidikan non formal. Perumusan tujuan dapat membantu
kompetensi apa yang harus dikuasai agar tujuan program dapat tercapai. Dalam perencanaan harus bersifat komprehensif, integral, memperhitungkan aspek-
aspek kuantitatif dan kualitatif serta harus memperhitungkan sumber-sumber yang ada atau dapat diadakan agar program dapat berjalan efektif dan efisien .
e. Sifat Pendidikan Luar Sekolah
Dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah tentu berbeda dengan pendidikan formal. Menurut Joesoef 1986: 84-85 sifat pendidikan luar
sekolah adalah sebagai berikut : 1
Pendidikan non formal lebih fleksibel 2
Pendidikan non formal mungkin lebih efektif dan efisien untuk bidang pelajaran tertentu
3 Bersifat quick yielding
4 Pendidikan nonformal sangat instrumental
40 Pendidikan luar sekolah bersifat fleksibel dalam arti tidak ada syarat-
syarat yang ketat dalam segi pelaksanaan pembelajaran maupun yang lainnya. Pendidikan luar sekolah bersifat efektif karena program pendidikan luar seolah
bisa spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat- syarat secara ketat. Pendidikan luar sekolah bersifat quick yielding artinya dalam
waktu yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan.
Pendidikan nonformal sangat instrumental artinya pendidikan bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat
dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan.
4. Pendidikan Kecakapan Hidup