Aspek-aspek pemberdayaan gelandangan dan pengemis berbasis

69 Tabel 6. Data Warga Binaan di Balai RSBKL Yogyakarta Jalur Penyerahan Diri No Nama Jenis Kelamin Daerah Asal 1. Sulastri P Jakarta 2. Indra Setiawan L Jawa Barat 3. Arum Aram Sari P Jawa Tengah 4. Sukardi L DIY 5. Aji Riyanto P Jawa Tengah 6. Riyani Widiyanti P Jawa Tengah 7. Sumiyati P Jawa Tengah 8. Iswanto L DIY 9. Muh. Agus Saputra L Jawa Timur 10. Agus Setiawan L Jawa Tengah 11. Hasbi Mawan Rizki L Jawa Timur 12. Abdul Malik Aziz L Jawa Tengah 13. Muhamad Nurul Huda L Jawa Tengah 14. Riki Anggara L Jawa Timur 15. Agindha Sista P Jawa Tengah 16. Rahadi Ayik L DIY 17. Muhamad Ali L Jawa Timur 18. Oktabri Danang Saiful L Jawa Tengah 19. Nur Khasanah P Jawa Tengah 20. Sri Wulan P Jawa Barat 21. Walidi L DIY 22. Rika Yulianti P Jawa Tengah

2. Hasil Penelitian

a. Aspek-aspek pemberdayaan gelandangan dan pengemis berbasis

kecakapan hidup yang dikembangkan oleh Balai RSBKL Yogyakarta Balai RSBKL Yogyakarta sebagai lembaga yang melakukan pelayanan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti gelandangan, pengemis, pemulung serta eks psikotik. Dalam melakukan pemberdayaan, Balai RSBKL Yogyakarta menjalankan macam-macam bimbingan guna 70 mengembangkan sumber daya manusia. Bimbingan-bimbingan yang dilaksanakan juga mengacu pada Peraturan Daerah No.1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis bahwa upaya rehabilitasi dilakukan melalui motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan bimbingan psikososial, pelayanan aksesbilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut dan rujukan. Mengacu pada peraturan tersebut, maka Balai RSBKL Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan berupa bimbingan agama, bimbingan kedisiplinan, bimbingan budi pekerti, bimbingan keterampilan yang meliputi keterampilan menjahit, keterampilan olahan pangan, keterampilan pertanian, kerajinan bambu, pertukangan batu, pertukangan kayu serta keterampilan las. Adapun aspek-aspek yang dikembangkan oleh Balai RSBKL Yogyakarta yakni terdiri dari 2 yaitu pengembangkan pada aspek fisik dan non fisik. Seperti yang dijelaskan oleh Pak JW bahwa ” yang dikembangkan oleh Balai RSBKL ini meliputi 2 macam aspek, yang pertama aspek fisik berupa keterampilan-keterampilan dan yang kedua yaitu aspek nonfisik berupa bimbingan sosial catatan wawancara tanggal 6 april 2017 .” Aspek- aspek yang dikembangkan oleh Balai RSBKL Yogyakarta dilakukan melalui bimbingan sosial bimbingan agama Islam, bimbingan budi pekerti, bimbingan koramil dan bimbingan fisik berupa bimbingan keterampilan olahan pangan, menjahit, pertukangan, pertanian meliputi aspek afektif, aspek kognitif, aspek psikomotorik serta aspek konatif. 71 Secara lebih rinci mengenai pengembangan setiap aspek dijelaskan sebagai berikut. 1 Aspek afektif Aspek afektif merupakan aspek yang berkaitan dengan pengembangan sikap, mental, serta pola pikir. Dalam rangka mengembangkan aspek afektif, Balai RSBKL Yogyakarta berusaha melakukan pengembangan sikap menuju kemandirian warga binaan. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan bimbingan sosial yang berupa bimbingan agama, bimbingan budi pekerti, dan bimbingan kedisiplinan. Bimbingan agama meliputi bimbingan agama Islam dan Kristen yang dilaksanakan setiap hari Senin dan Rabu secara rutin setiap minggunya. Bimbingan budi pekerti dilaksanakan setiap hari Sabtu dan bimbingan kedisiplinan dilaksanakan setiap hari Kamis. Kegiatan bimbingan sosial dilaksanakan rutin setiap minggunya berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ada. Warga binaan mengikuti semua kegiatan yang ada selama mereka tinggal di Balai RSBKL Yogyakarta selama 1 tahun dengan perpanjangan maksimal 6 bulan. Pada bimbingan agama, dibangun sebuah pola pikir bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan YME, tugas sebagai hamba, serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, kesabaran, kedisiplinan, berusaha serta semangat bekerja. Dalam penyampaian bimbingan agama islam, terlebih dahulu diawali dengan pembacaan ayat suci Al- Qur’an dilanjutkan dengan shalawat. Kemudian setelah shalawat selesai dilanjutkan dengan ceramah yang materinya 72 mengandung nilai dalam penguatan iman dan mental. Setelah ceramah berakhir kemudian dilanjutkan dengan sholat berjama’ah di masjid Balai RSBKL sebagai bentuk nyata dalam proses bimbingan agama Islam yaitu menjalankan sholat wajib secara berjama’ah. Seperti yang diungkap oleh Bapak “Tr” : “Untuk bimbingan agama Islam kita fokuskan pada pemberian motivasi tentang semangat bekerja, kesungguhan, kesabaran, ketekunan, serta kedisipilinan sehingga tertanam sikap-sikap yang baik. Diharapkan dengan adanya pemberian motivasi tersebut akan ada perubahan sikap walaupun memang membutuhkan proses yang panjang. Karena hidayah itu tidak tahu kapan datangnya catatan wawancara tanggal 26 april 2017 ”. Pada bimbingan agama islam, bapak Tr berupaya menyadarkan warga binaan melalui penanaman nilai-nilai islami, menyadarkan bahwa mengemis dipandang dari sudut manapun tidak baik karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dengan adanya bimbingan agama Islam harapannya warga binaan memiliki sikap yang taqwa kepada Tuhan YME. Pengembangan sikap ini berkaitan dengan kecakapan mengenal dirinya sendiri personal dimana warga binaan dapat menyadari posisinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kewajibannya sebagai hamba kepada Tuhannya. Hasil dari pengembangan aspek afektif melalui bimbingan agama Islam belum menunjukkan hasil yang maksimal. Ini terlihat ketika warga binaan yang mengikuti sholat berjama’ah di mushola Balai RSBKL Yogyakarta belum mencapai jumlah yang cukup banyak. Baru 4 orang yang selama ini ikut sholat berjama’ah sementara yang lainnya belum tergerak untuk menjalankan kewajibannya. Untuk mencapai tingkat kesadaran memang dipengaruhi oleh 73 adanya motivasi dari diri individu tersebut internal yang besar, sementara faktor dari luar diri individu berfungsi sebagai pendorong untuk melakukan perubahan. Seseorang mau melakukan perubahan karena mereka merasa dirinya perlu untuk berubah. Selain peningkatan iman dan taqwa melalui bimbingan agama Islam, Balai RSBKL Yogyakarta juga melakukan penguatan mental melalui bimbingan budi pekerti. Dalam bimbingan budi pekerti disampaikan motivasi untuk terjadinya sebuah perubahan yang lebih baik, tentang kemandirian, sikap bekerja, kejujuran. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hr selaku instruktur bimbingan budi pekerti. Bapak “Hr” mengungkapkan: “Selama ini saya menyadarkan mereka melalui pemberian motivasi untuk lebih baik kehidupannnya. Mengenai konsep diri dan bagaimana menggunakan kemampuan mereka untuk menuju kemandirian dan meninggalkan pekerjaan masa lalu catatan wawancara tanggal 29 April 2017”. Pada bimbingan budi pekerti hal yang ditanamkan yaitu mengenai manusia yang memiliki akal sebaiknya memanfaatkan akal yang telah diberikan oleh Tuhan untuk berpikir bagaimana menjadi manusia yang bisa menangkap peluang, berusaha untuk kehidupannya agar menjadi lebih baik dan mandiri. Berkaitan dengan kecakapan hidup, bimbingan budi pekerti berusaha mengembangkan sikap bagaimana menjalin hubungan dengan orang lain dan masyarakat. Bimbingan budi pekerti sendiri dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 09.30- 11.00. Metode yang dilakukan oleh Bapak Tr dalam 74 menyampaikan materi yakni ceramah dan diskusi agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan lebih interaktif. Pengembangan pada aspek afektif tidak hanya dilakukan oleh instruktur bimbingan agama Islam dan budi pekerti saja akan tetapi juga dilakukan oleh instruktur kegiatan yang lain. Tugas instruktur tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan dan mengajarkan keterampilan. Namun yang lebih penting yaitu menanamkan sikap untuk berubah ke arah yang lebih baik melalui contoh warga binaan yang sudah keluar dari Balai RSBKL Yogyakarta. Hal tersbut diungkapkan oleh Ibu”SW” selaku instruktur keterampilan menjahit seperti berikut ini: “Upaya yang saya lakukan yaitu dengan memotivasi ibu-ibu. Saya sering menceritakan warga binaan yang dulu pernah di sini dan PSKW yang sekarang sudah bekerja atau sukses berkat memiliki keterampilan menjahit. Jadi mereka menjadi lebih semangat dalam belajar menjahit catatan wawancara tanggal 23 Maret 2017 ”. Pengembangan pada aspek afektif yang dilakukan oleh Balai RSBKL Yogyakarta ini berguna bagi pengembangan kecakapan hidup seseorang yaitu kecakapan personal. Kecakapan personal yang dimaksud yakni kecakapan seseorang dalam mengenal dirinya, menghayati dirinya sebagai makhluk Tuhan, sebagai bagian dari masyarakat, menyadari akan kelebihan dan kekurangan dirinya. Apabila kesadaran pada aspek afektif ini sudah berhasil maka akan timbul keinginan untuk memperbaiki keadaan sekarang guna meningkatkan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sv : 75 “Kalau sekarang saya sudah sadar. Dulu saya memang nakal tapi dari kejadian tersebut saya belajar untuk memperbaiki diri dan pengin jadi orang yang lebih baik. Cuma kan di tangan saya kan ada tatonya kan mbak mesti pandangan orang sama saya ngiranya orang yang nakal 18 april 2017”. Ibu Sv merupakan warga binaan yang telah tinggal di Balai RSBKL Yogyakarta selama 10 bulan. Beliau merupakan warga binaan yang aktif mengikuti kegiatan yang ada di Balai. Setelah tinggal selama 10 bulan di Balai RSBKL Yogyakarta, ibu Sv sekarang sudah sadar bahwa apa yang dulu dilakukan kurang baik. Sebelum menjadi gelandangan, dulu ibu Sv merupakan mantan peserta rehab BNN. Dan semenjak tinggal di Balai RSBKL Yogyakarta, sekarang ibu Sv menekuni bidang yang disenanginya yaitu menjahit. Dari keterampilannya sekarang, beliau sudah bisa memperbaikipermaks baju dan membuat tas laptop. Beliau berencana ingin membuka jasa permaks setelah keluar dari Balai RSBKL. Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada aspek afektif yang dikembangkan oleh Balai RSBKL Yogyakarta yaitu penamanam sikap berusaha, pantang menyerah, semangat bekerja serta kemandirian melalui motivasi-motivasi yang diberikan oleh instruktur. Motivasi-motivasi yang diberikan bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan perilaku sadar bahwa kegiatan menggelandang dan mengemis dipandang dari sudutmanapun kurang baik jika dilakukan. Dalam prosesnya, upaya pengembangan pada aspek afektif membutuhkan proses yang lama dan hasilnya tidak dapat terlihat secara nyata. Hasil dari pengembangan pada aspek afektif ini adalah warga binaan memiliki 76 kecakapan mengenal dirinya sebagai individu dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Perubahan mindset dapat terlihat dari adanya perubahan perilaku yang dalam prosesnya tidak berlangsung instan. 2 Aspek kognitif Aspek kognitif merupakan aspek yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan warga binaan. Dalam pengembangan aspek kognitif yang dilakukan oleh Balai RSBKL Yogyakarta melalui instruktur yaitu berupa pemberian pengetahuan sebelum melakukan praktik. Pemberian pengetahuan ini bertujuan sebagai bekal dalam melakukan praktik. Pemberian pengetahuan ini bermanfaat bagi warga binaan agar mereka tidak hanya mahir dalam praktiknya tetapi juga menguasai teori. Adapun proporsi pengembangan pada aspek kognitif masih relatif lebih sedikit daripada praktiknya. Hal tersebut dikarenakan kondisi warga binaan yang sebagian besar sudah berumur sehingga penekankannya lebih berfokus pada praktik bukan teori. Ibu “Sm” mengungkapkan: ”Pokoknya kita belajar bagaimana membuat makanan yang laku jual, dengan harapan setelah keluar dari panti ibu-ibu dapat menerapkan keterampilan yang telah diberikan. Kita langsung ngomong-ngomong mbak. Terus untuk harga jualnya kita langsung membicarakan bahannya beli dimana, jadinya berapa nanti dijual berapa. Saya tidak pernah hanya memberikan teori saja mbak. Kita langsung praktik saja catatan wawancara tanggal 31 Maret 2017 ”. Ibu Sm merupakan instruktur keterampilan olahan pangan, pada keterampilan tersebut warga binaan diberikan pengetahuan mengenai bahan 77 makanan, cara pengolahan dan harga jual. Pengetahuan tersebut diberikan setiap hari J um’at pukul 09.00-11.00 bersamaan dengan praktik. Dalam penyampaian pengetahuan ibu Sm menggunakan metode diskusi. Pengetahuan yang diperoleh oleh warga binaan dari keterampilan olahan pangan ini seputar bahan makanan dan cara pengolahannya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sy: “Ya kalau dari keterampilan menjahit aku baru bisa menjelujur mbak belum bisa pake mesin jahit. Nah kalau dari masak udah bisa buat bumbu- bumbunya sama makanan. Kalau dari bimbingan agama Islam aku jadi yaa belajar ngafalin surat- surat pendek trus nanti sholat berjama’ah bareng- bareng di mushola. Kalau dari bimbingan budi pekerti saya aku dapat semacam motivasi untuk berubah dan berbuat baik kepada sesama” catatan wawancara tanggal 10 april 2017. Ibu Sy merupakan warga binaan yang baru 3 bulan di Balai RSBKL Yogyakarta. Beliau mengikuti kegiatan keterampilan olahan pangan setiap hari J um’at. Dari keterampilan olahan pangan tersebut beliau mendapatkan ilmu mengenai apa yang harus dipersiapkan untuk membuat makanan, bahan makanan, cara pengolahan serta harga jual. Pada keterampilan olahan pangan, warga binaan diajari mengenai harga jual makanan dengan harapan setelah mereka sudah mahir dalam membuat makanan akan timbul keinginan untuk menggeluti keterampilan mengolah makanan yang layak jual. Sementara pada bimbingan keterampilan menjahit, pemberian pengetahuan berupa cara menjelujur, membuat pola, teknik menjelujur serta cara menggunkan mesin jahit. Ibu “SW” mengungkapkan: 78 “Saya memberikan contoh mengenai produk hasil menjahit, memperkenalkan mesin menjahit, teknik menjelujur dan pola kemeja catatan wawancara 23 Maret 2017 ”. Keterampilan menjahit dilaksanakan pada setiap hari Selasa dan Kamis mulai pukul 09.00-11.00. Seperti keterampilan lainnya, penyampaian pengetahuan mengenai menjahit waktunya bersamaan dengan kegiatan praktik sehingga metode yang digunakan metode diskusi kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung. Pada kegiatan keterampilan pertukangan, pengetahuan yang diberikan berupa perbandingan antara pasir dengan semen dalam pembuatan batako, teknik-teknik dalam pengelasan pada keterampilan las, serta cara pembuatan gerobak pada keterampilan pertukangan kayu. Seperti yang diungkapkan oleh bapak “Ed” sebagai warga binaan yang mengikuti kegiatan keterampilan pertukangan mengungkapkan: “Ya tentu, dari kegiatan keterampilan yang ada di sini banyak manfaat yang saya peroleh. Dari perukangan batu misalnya bisa tahu cara membuat batako, dari pertanian bisa belajar nanam, dari kerajinan bambu juga cacatan wawancara tanggal 19 April 2017 ”. Pengembangan pada aspek kognitif yang dilakukan oleh Balai RSBKL Yogyakarta ini dilakukan guna meningkatkan kecakapan warga binaan dalam segi pengetahuan akademik. Kecakapan akademik ini berguna bagi warga binaan dalam memecahkan masalah, mendorong untuk menjadi manusia pembelajar. Pengetahuan diberikan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan 79 praktik. Hal tersebut berdampak alokasi waktu yang sedikit pada penyampaian materi mengingat waktu yang disediakan hanya 2 jam. Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengembangan pada aspek kognitif berupa pemberian pengetahuan sebelum dan pada saat melakukan praktik untuk meningkatkan warga binaan dalam memiliki kecakapan secara akademik. Adapun aspek kognitif yang dikembangkan oleh Balai RSBKL Yogyakarta dalam memberdayakan gelandangan dan pengemis yang meliputi: 1 Pada bimbingan keterampilan olahan pangan pemberian pengetahuan berupa cara mengolah bahan makanan menjadi makanan yang layak jual dan penentuan harga jual makanan; 2 Pada bimbingan keterampilan menjahit pemberian pengetahuan berupa cara menggunakan mesin jahit, membuat pola kemeja, menjelujur, cara membuat sarung bantal dan sprei; 3 Pada kegiataan pertanian pemberian pengetahuan berupa bagaimana pemanfaatan lahan, pengolahan tanah, cara menanam dan perawatan tanaman; 4 Pada bimbingan keterampilan pertukangan, pemberian pengetahuan berupa perbandingan antara pasir dengan semen dalam pembuatan batako, teknik- teknik dalam pengelasan pada keterampilan las, serta cara pembuatan gerobak pada keterampilan pertukangan kayu. 3 Aspek psikomotorik Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan yang secara fisik terlihat. Pengembangan pada aspek psikomotorik merupakan kelanjutan dari pengembangan aspek kognitif. Hal tersebut perlu dilakukan 80 agar upaya pemberdayaan tidak hanya sebatas peningkatan pengetahuan saja tetapi juga peningkatan keterampilan sehingga setelah warga binaan keluar dari Balai RSBKL Yogyakarta telah memiliki bekal keterampilan guna memperbaiki kehidupannya. Dalam mengembangkan aspek psikomotorik, Balai RSBKL Yogyakarta melakukan berbagai macam kegiatan guna meningkatkan keterampilan- keterampilan bagi warga binaan. Keterampilan-keterampilan yang diberikan berupa keterampilan dalam bidang pertanian, keterampilan dalam mengolah bahan makanan menjadi makanan layak jual, keterampilan dalam membuat kerajinan dengan bambu, keterampilan las, keterampilan pertukangan kayu serta pertukangan batu. Pengembangan pada aspek pskimotorik ini dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat sehingga setelah keluar dari Balai RSBKL Yogyakarta keterampilan yang dimiliki dapat menghasilkan pendapatan. Pada pengembangan aspek psikomotorik, bimbingan keterampilan olahan pangan mengembangkan bagaimana warga binaan dapat menggunakan peralatan memasak dengan baik dan benar misalnya menggunakan mixer, kompor, dan oven seperti yang Ibu “Sm” mengatakan: “Ya warga binaan diajari menggunakan kompor, mixer dan oven serta semua sudah bisa menggunakan catatan wawancara tanggal 31 Maret 2017 ”. Sementara pada bimbingan keterampilan menjahit, Ibu “SW” mengatakan: “Untuk keterampilan menjahit harapannya mereka bisa menggunakan mesin jahit dan mesin bordir dengan baik. Membuat pola kemudian memotong 81 kain serta dilanjutkan menjahitnya. Untuk sementara ini ada yang sudah mahir menggunakan mesin jahit, ada yang baru bisa menjelujur. Kemarin mereka sudah bisa membuat sarung bantal, kemudian besok setelah sarung bantal dilanjutkan dengan sprei catatan wawancara tanggal 23 Maret 2017 ”. Pada keterampilan menjahit, aspek psikomotorik yang dikembangkan yaitu bagaimana warga binaan dapat menggunakan mesin jahit dengan baik. Untuk dapat menggunakan mesin jahit dengan baik diperlukan waktu kira-kira 3 bulan maksimal dan bisa lebih cepat apabila sebelumnya sudah bisa menggunakan mesin jahit. Selain diajarkan menggunakan mesin jahit, di Balai RSBKL Yogyakarta juga diajari bagaimana menggunakan mesin bordir. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sv selaku warga binaan : “Sekarang saya sudah lebih bisa menjahit, mbak. Sebenarnya dulu sih bisa jahit tapi ya cuma bisa jahit biasa aja kaya jahit apa yang sobek. Sekarang sudah bisa buat tas laptop dan kadang juga dapat orderan jahit dari salah satu pegawai balai”. Bapak Ed juga menambahkan bahwa selama berada di Balai RSBKL Yogyakarta beliau mendapatkan banyak keterampilan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Ed sebagai berikut ini: “Ya tentu, dari kegiatan keterampilan yang ada di sini banyak manfaat yang saya peroleh. Dari perukangan batu misalnya bisa tahu cara membuat batako, dari pertanian bisa belajar nanam, dari kerajinan bambu juga catatan wawancara tanggal 19 april 2017 ”. Bapak Ed merupakan warga binaan yang sudah tinggal di Balai RSBKL Yogyakarta selama 8 bulan. Beliau mengaku bahwa selama tinggal di Balai mendapatkan banyak keterampilan meliputi keterampilan pertanian, keterampilan membuat batako, keterampilan kerajinan bambu. 82 Dapat disimpulkan bahwa pengembangan pada aspek psikomotorik Balai RSBKL Yogyakarta mengkaitkan dengan penguasaan kecapakan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan yang terdapat di masyarakat sehinggga dari keterampilan-keterampilan tersebut akan diperoleh sebuah pekerjaan sehingga kehidupan warga binaan menjadi lebih baik. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi: 1 Pada bimbingan keterampilan olahan pangan, warga binaan dapat menggunakan peralatan seperti mixer, oven, kompor dan lain- lain, membuat bumbu, membuat makanan; 2 Pada bimbingan keterampilan menjahit, warga binaan menggunakan mesin jahit, membuat pola kemeja, menjelujur, membuat sarung bantal dan sprei; 3 Pada kegiataan pertanian, warga binaan dapat mencangkul , menanam dan merawat tanaman; 4 Pada bimbingan keterampilan pertukangan, warga binaan dapat membuat batako, membuat kursi, meja serta gerobak. 4 Aspek konatif Aspek konatif merupakan perkembangan dilihat dari perubahan perilaku warga binaan setelah keluar dari Balai RSBKL Yogyakarta. Perubahan perilaku tersebut dapat terlihat dari apakah warga binaan setelah keluar masih menggelandang dan mengemis atau tidak. Untuk menghindari dari kegiatan mengelandang dan mengemis lagi, maka Balai RSBKL Yogyakarta melakukan tindak lanjut berupa penyaluran kerja, pemulangan ke daerah asal, transmigrasi. Pendampingan dilakukan oleh pekerja sosial sebagai pengelola yang menangani warga binaan. Pendampingan diberikan kepada warga binaan 83 yang sudah memiliki tempat tinggal di Yogyakarta. Adapun bentuk pendampingan yang dilakukan berupa penyaluran kerja, program transmigrasi serta pemulangan ke daerah asal. Seperti yang diungkapkan oleh bapak JW selaku koordinator pekerja sosial di Balai RSBKL Yogyakarta: “Untuk mendukung perubahan perilaku dari menggelandang dan mengemis, warga binaan yang akan keluar disalurkan untuk bekerja, bisa dipulangkan ke daerah asal dan transmigrasi. Seperti yang kemarin salah satunya warga binaan saya pekerjakan sebagai asisten rumah tangga di rumah saya dan sekarang suami dari warga binaan tersebut saya pekerjakan untuk menjaga angkringan supaya dia tahu bagaimana cara berdagang catatan wawancara tanggal 6 april 2017.” Bapak JW selaku koordinator pekerja sosial di Balai RSBKL Yogyakarta berperan dalam memberikan informasi dan mendukung warga binaan untuk memperoleh pekerjaaan. Selain menjadi pekerja sosial, beliau juga seorang wirausaha sehingga ketika beliau membutuhkan tenaga kerja dapat memperkerjakan warga binaan. Hal tersebut dilakukan juga pada Ibu Sv yang sekarang ini ikut membantu usaha membuat tas laptop dan batik. Selain dipekerjakan, ada juga program transmigrasi. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu SW: “Ada. Tapi yang melakukan itu lembaga bukan saya, mbak. Kalau yang dulu ada yang disalurkan ke tempat kerja, ada yang transimgrasi juga”cartatan wawancara tanggal 23 maret 2017. Jadi, Balai RSBKL Yogyakarta melakukan pengembangan pada aspek konatif dilakukan dengan cara penyaluran kerja, program transmigrasi dan pemulangan ke daerah asal. 84

b. Mekanisme pemberdayaan gelandangan dan pengemis berbasis