BAB III LEMBAGA PAKSA BADAN DALAM KEPAILITAN
A. Syarat-Syarat Kepailitan Masalah kepailitan selalu menimbulkan akibat yang panjang baik bagi
debitur, kreditur maupun stake holder perusahaan terutama karyawan perusahaan karena bagaimanapun terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja PHK akan
membawa implikasi yang buruk terhadap karyawan perusahaan maupun keluarganya. Secara lebih luas, kepailitan perusahaan akan membawa pengaruh
yang tidak menguntungkan terhadap perekonomian negara. Sementara itu saat ini banyak
perusahaan-perusahaan yang senantiasa menghadapi ancaman permohonan kepailitan di Pengadilan Niaga karena kesulitan membayar utang
perusahaan terhadap kreditur-krediturnya. Secara esensial ditentukan bahwa kepailitan penerapannya harus
dilakukandiselesaikan secara adil dalam arti memperhatikan kepentingan perusahaan sebagai debitur atau kepentingan kreditur secara seimbang.
Perlindungan kepentingan yang seimbang itu adalah sejalan dengan dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila bukan saja mengakui kepentingan
seseorang, tetapi juga kepentingan orang banyak atau masyarakat. Pancasila bukan saja harus memperhatikan hak asasi, tetapi harus memperhatikan juga
kewajiban asasi seseorang.
42
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab harus dikembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain, lebih-lebih lagi
terhadap orang banyak. Dalam peristiwa kepailitan terdapat banyak kepentingan yang terlibat, yaitu selain kepentingan para krediturnya juga kepentingan para
stakeholders yang lain dari debitur yang dinyatakan pailit, lebih-lebih apabila debitur itu adalah suatu perusahaan.
Syarat-syarat dalam kepailitan penting karena apabila permohonan kepailitan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka permohonan tersebut tidak
akan dikabulkan oleh Pengadilan Niaga. Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang- Undang Kepailitan dan PKPU dinyatakan bahwa debitur yang mempunyai dua
atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
38
1. Adanya utang;
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut di atas, maka syarat-syarat yuridis agar seseorang atau badan hukum dapat dinyatakan pailit adalah sebagai berikut :
2. Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo;
3. Minimal satu dari utang dapat ditagih;
4. Adanya debitur;
5. Adanya kreditur;
6. Kreditur lebih dari satu;
38
UPN Jatim,
Hukum Kepailitan, http: docs.google.com viewer?a=vq=cache:2DDvgTI4H5sJ:elearning.upnjatim.ac.id courses HKK4002 document
HUKUM_KEPAILITAN_DAN.ppt, akses tanggal 20 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
7. Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang disebut dengan
“Pengadilan Niaga”; 8.
Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh pihak yang berwenang; Pengertian dari utang yang dimaksud dalam syarat-syarat diatas yaitu
kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang
akan timbul kemudian hari, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur. Dan yang dimaksud dengan debitur adalah
orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan, sedangkan pengertian dari kreditur adalah orang yang
mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.
Kreditur itu sendiri mempunyai pembagian berdasarkan jenis-jenisnya yaitu sebagai berikut :
1. Kreditur secara teoritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
a. kreditur dengan jaminan secured creditor yang terdiri dari
pemegang hak gadai dan atau fidusia jaminan benda bergerak, serta pemegang hak tanggungan dan atau hipotek jaminan benda tidak
bergerak b.
kreditur tanpa jaminan unsecured creditor yang dapat memiliki hak istimewa baik umum, maupun khusus ataupun tidak.
Universitas Sumatera Utara
2. Kreditur di dalam proses kepailitan dapat dibedakan dari 3 jenis : a. kreditur separatis yaitu kreditur pemegang gadai, jaminan fidusia,
hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya atau disebut kreditur dengan jaminan
b. kreditur preferen yaitu kreditur yang mempunyai hak istimewa atau hak prioritas. Sebagaimana yang diatur di dalam KUHPerdata, hak
istimewa mengandung arti hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi
daripada orang berpiutang lainnya c. kreditur konkuren atau kreditur biasa yaitu kreditur pada umumnya
tanpa hak jaminan kebendaan atau hak istimewa. Menurut KUHPerdata, kreditur ini adalah kreditur yang memiliki
kedudukan setara dan memiliki hak yang seimbang atas piutang- piutang mereka.
Dan permohonan pailit dapat diajukan oleh pihak yang berwenang, pihak- pihak berwenang yang dapat mengajukan permohonan pailit yaitu:
1. Kreditur
2. Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan
kepentingan umum, misalnya : a.
debitur melarikan diri b.
debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan c.
debitur berutang kepada BUMNbadan usaha lain penghimpun dana masyarakat
Universitas Sumatera Utara
d. debitur berutang yang berasal dari penghimpunan dana dari
masyarakat luas e.
debitur tidak beritikad baik dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh tempo
f. dalam hal lainnya menurut kejaksaan adalah kepentingan umum.
3. Bank Indonesia dapat mengajukan permohonan pailit apabila debitur
tersebut adalah bank 4.
Badan Pengawas Pasar Modal BPPM dapat mengajukan permohonan pailit dalam hal debitur adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga
kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian 5.
Menteri Keuangan dapat mengajukan permohonan pailit dalam hal debitur adalah perusahaan asursansi, perusahaan reasuransi, dana pensiun atau
BUMN dibidang kepentingan publik. Syarat-syarat yuridis lainnya yang disebutkan dalam undang- undang
kepailitan yaitu apabila syarat-syarat terpenuhi, hakim harus “menyatakan pailit”, bukan “dapat menyatakan pailit”, sehingga dalam hal ini kepada hakim tidak
diberikan ruang untuk memberikan “judgement” yang luas seperti pada perkara lainnya.
39
Kepailitan berhubungan erat dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seorang debitur atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo sebagaimana
yang sudah penulis sampaikan di atas tadi. Ketidakmampuan tersebut harus disertai suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara
39
Tanpa Nama, Hukum Kepailitan di Indonesia: Syarat-syarat pailit, http:clickgtg.wordpress.com20080702hukum-kepailitan-di-indonesia, akses tanggal 30 Juli
2011.
Universitas Sumatera Utara
sukarela oleh debitur sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga. Maksud dari pengajuan permohonan tersebut sebagai bentuk pemenuhan asas publisitas dari
keadaan tidak mampu membayar. Tanpa adanya permohonan tersebut ke Pengadilan, maka pihak ketiga yang berkepentingan tidak akan pernah tahu
keadaan tidak mampu membayar dari debitur. Keadaan ini kemudian akan diperkuat dengan suatu putusan pernyataan pailit oleh hakim pengadilan, baik itu
yang merupakan putusan mengabulkan ataupun menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan.
40
B. Proses dan Akibat Hukum Dalam Kepailitan