PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS LEMBAGA PAKSA BADAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS LEMBAGA PAKSA BADAN

DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN DEBITUR PAILIT A. Pelaksanaan Lembaga Paksa Badan Berdasarkan UU No 37 Tahun 1994 Tentang Kepailitan dan PERMA No 1 Tahun 2000 Tentang Lembaga Paksa Badan Lembaga Paksa badan yang diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2000, harus diajukan bersamaan dengan pengajuan gugatan pokok dan akan diputuskan oleh pengadilan bersama-sama dengan putusan pokok perkara sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Perma. Dalam Perma No. I Tahun 2000 Pasal 3 ayat 1 bahwa “paksa badan tidak dapat dikenalan terhadap debitur, yang tidak mempunyai itikad baik, yang telah berusia 75 tujuh puluh lima tahun”. Kemudian dalam ayat 2 ditentukan bahwa “paksa badan dapat pula dikenakan terhadap ahli waris yang telah menerima warisan dan debitur yang tidak mempunyai itikad baik”. Berkenaan dengan ketentuan tersebut, apabila ahli waris ingin terhindar dari kemungkinan menjadi objek paksa badan, maka ahli waris yang bersangkutan seyogyanya menolak memperoleh bagian warisan pada waktu harta warisan terbuka untuk dibagikan. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Perma No. I Tahun 2000, sekalipun debitur a tidak beritikad baik tetapi sepanjang utangnya kurang dari Rp. 1.000.000.000,- satu miliar rupiah, maka terhadap debitur tersebut tidak dapat dilakukan paksa badan. Pelaksanaan paksa badan bukan tidak terbatas. Menurut 78 Universitas Sumatera Utara Pasal 5 Perma paksa badan ditetapkan 6 enam bulan lamanya, dan dapat diperpanjang setiap 6 bulan dengan keseluruhan maksimum selama 3 tiga tahun. Putusan tentang paksa badan ditetapkan bersama-sama dengan putusan pokok perkara, demikian ditentukan dalam Pasal 6 ayat 1 Perma. Dari ketentuan Pasal 6 ayat 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa permohonan paksa badan tidak dapat diajukan tanpa mengajukan pula gugatan terhadap debitur yang bersangkutan. Namun sepanjang kewajiban debitur didasarkan atas pengakuan utang, menurut Pasal 7 paksa badan dapat diajukan tersendiri dan dilaksanakan berdasarkan penetapan ketua Pengadilan Negeri. Menurut Pasal 6 ayat 2 Perma terhadap debitur yang beritikad tidak baik yang mempunyai utang kepada negara atau yang dijamin oleh negara, putusan tetap paksa badan dilaksanakan secara serta merta. Artinya paksa badan tersebut segera dapat dilaksanakan sekalipun debitur yang bersangkutan melakukan upaya hukum berupa banding atau kasasi. Pelaksanaan putusan yang menyangkut pelaksanaan paksa badan, menurut Pasal 6 ayat 3 Perma dilakukan dengan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri. Menurut Pasal 8 Perma pelaksanaan paksa badan dilakukan oleh PaniteraJuru Sita atas perintah Ketua Pengadilan Negeri. Pelaksanaan paksa badan bilamana perlu i misalnya karena debitur membangkang dilakukan dengan bantuan alat negara. Biaya selama debitur yang beritikad tidak baik menjalani paksa badan, menurut Pasal 9 ayat 1 Perma dibebankan kepada pemohon paksa badan. Pasal 9 ayat 2 Perma membolehkan bahwa selama menjalani paksa badan debitur yang beritikad tidak baik tersebut dapat memperbaiki kehidupannya atas biaya sendiri. g aku cintai SHTUntuk orang Universitas Sumatera Utara yang Paksa Badan dapat ditetapkan untuk 6 enam bulan lamanya, dan dapat diperpanjang setiap 6 enam bulan dengan keseluruhan maksimum selama 3 tiga tahun. Berbeda dengan Peraturan Bersama yang dibuat oleh Menteri Keuangan, Jaksa Agung, Kapolri dan Menteri Hukum dan HAM nomor: 53PMK.062009, nomor: KEP-030AJA032009, Nomor: 4 Tahun 2009, dan nomor MHH01KU0301 tentang Petunjuk Pelaksanaan Paksa Badan Dalam Rangka Pengurusan Piutang Negara, paksa badan hanya dikenakan maksimal 6 bulan dengan satu kali perpanjangan paling lama juga enam bulan yaitu terhadap debitur negara dengan tunggakan utang di atas Rp1.000.000.000 Satu miliar rupiah sesuai yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 88PMK.062009 tentang Pengurusan Piutang Negara.

B. Pelaksanaan Paksa Badan Dipandang dari Segi Hak Azasi Manusia HAM