sukarela oleh debitur sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga. Maksud dari pengajuan permohonan tersebut sebagai bentuk pemenuhan asas publisitas dari
keadaan tidak mampu membayar. Tanpa adanya permohonan tersebut ke Pengadilan, maka pihak ketiga yang berkepentingan tidak akan pernah tahu
keadaan tidak mampu membayar dari debitur. Keadaan ini kemudian akan diperkuat dengan suatu putusan pernyataan pailit oleh hakim pengadilan, baik itu
yang merupakan putusan mengabulkan ataupun menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan.
40
B. Proses dan Akibat Hukum Dalam Kepailitan
Dalam undang-undang kepailitan, persyaratan untuk dapat dipailitkan sungguh sangat sederhana. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
menentukan bahwa yang dapat dipailitkan adalah debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya
sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. Kreditur yang tidak dibayar tersebut, kemudian dapat dan sah secara
hukum untuk mempailitkan debitur, tanpa melihat jumlah piutangnya. Undang- undang kepailitan memang sangat mempermudah proses kepailitan. Sebagai
contoh, Pasal 8 ayat 4 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
40
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 telah terpenuhi.
Bunyi pasal di atas dengan tegas menyatakan bahwa Hakim harus mengabulkan, bukan dapat mengabulkan, jika telah terbukti secara sederhana.
Yang dimaksud terbukti secara sederhana adalah kreditur dapat membuktikan bahwa debitur berutang kepadanya, dan belum dibayarkan oleh debitur kepadanya
padahal telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kemudian kreditur tersebut dapat membuktikan di depan pengadilan, bahwa debitur mempunyai kreditur lain selain
dirinya. Jika menurut hakim apa yang disampaikan kreditur atau kuasanya benar, tanpa melihat besar kecilnya jumlah tagihan kreditur, maka hakim harus
mengabulkan permohonan kepailitan yang diajukan oleh kreditur tersebut. Dalam mengajukan permohonan pailit mempunyai prosedur-prosedur
yang telah diatur pada Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan, lalu panitera mendaftarkan
permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan. Panitera wajib menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi
institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 yaitu Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal BPPM, dan Menteri Keuangan
jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan paling
lambat 2 dua hari setelah tanggal pendaftaran didaftarkan, lalu dalam waktu paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit
didaftarkan, Pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan hari sidang.
Universitas Sumatera Utara
Sidang pemeriksaan diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan, atas permohonan debitur dan
berdasarkan alasan yang cukup Pengadilan dapat menunda penyelenggarakan sidang paling lambat 25 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Pengadilan
wajib memanggil debitur yang dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat paling lambat 7 hari sebelum sidang pemeriksaan pertama diselenggarakan dalam hal
permohonan pernyataan pailit diajukan oleh kreditur, kejaksaan, Bank Indonesia, BPPM, dan Menteri Keuangan, dan juga pengadilan dapat memanggil kreditur
dalam hal permohonan pailit diajukan oleh debitur dan terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi. Permohonan pailit dapat
dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi dan putusan pengadilan
atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat 60 hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.
Pelaksanaan kepailitan menurut Undang-Undang Kepailitan ddan PKPU juga hendaknya mendasarkan kepada prinsipazas-azas yang terkandung dalam
Undang-Undang Kepailitan yaitu:
41
1. Undang-undang kepailitan harus dapat mendorong kegairahan investasi asing,
mendorong pasar modal dan memudahkan perusahaan Indonesia memperoleh kredit luar negeri biaya dari luar negeri penting dari waktu ke waktu untuk
membiayai pembangunan nasional jadi Indonesia harus mempunyai hukum kepailitan yang diterima secara global globally accepted principles
41
Herna Pardede, Azas-azas kepailitan, http:www.hernathesis.multiply.comreviewsitem12., akses tanggal 30 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
2. Undang-undang kepailitan harus memberikan perlindungan yang seimbang
bagi kreditur dan debitur menjunjung keadilan dan memperhatikan kepentingan keduanya meliputi segi-segi penting yang dinilai perlu untuk
mewujudkan penyelesaian masalah utang-piutang secara cepat, adil, terbuka, dan efektif
3. Putusan pernyataan pailit seyogyanya berdasarkan persetujuan para kreditur
mayoritas 4.
Permohonan pernyataan pailit seyogyanya hanya dapat diajukan terhadap debitur yang insolven yaitu yang tidak membayar utang-utangnya kepada para
kreditur mayoritas 5.
Sejak dimulainya pengajuan permohonan pernyataan pailit seyogyanya diberlakukan keadaan diam standstill
atau statf.
Undang-undang kepailitan seharusnya menganut ketentuan mengenai berlakunya keadaan diam standstill atau stay secara otomatis berlaku demi
hukum, dengan kata lain memberlakukan automatic standstill atau automatic stay, sejak permohonan pernyataan pailit didaftarkan di pengadilan. Selama
berlakunya keadaan diam tersebut, harta kekayaan asset dan hutang debitur harus dinyatakan dalam status quo. Ketentuan ini adalah demi melindungi para
kreditur dari upaya debitur untuk menyembunyikan atau dari upaya-upaya debitur untuk mengalihkan sebagian atau seluruh harta kekayaan debitur
kepada pihak lain yang dapat merugikan kreditur. Selama berlangsungnya keadaan diam, debitur tidak pula diperbolehkan untuk melakukan negosiasi
dengan .Kreditur tertentu, tidak boleh melunasi sebagian atau seluruh
Universitas Sumatera Utara
utangnya terhadap kreditur tertentu saja. Selama masa itu, debitur tidak pula diperkenankan untuk memperoleh pinjaman baru
.
6. Undang-undang kepailitan harus mengakui hak separatis dari kreditur
pemegang hak jaminan 7.
Permohonan pernyataan pailit harus diputuskan dalam waktu yang tidak berlarut-larut. Undang-undang kepailitan harus menjamin proses kepailitan
berjalan tidak berlarut-larut. Untuk mencapai tujuan itu, undang-undang kepailitan harus membatasi berapa lama proses kepailitan harus telah tuntas
sejak proses kepailitan itu dimulai. Dalam hubungan ini, maka harus ditentukan batas waktu bagi pengadilan yang berwenang memutuskan
pernyataan pailit harus telah memeriksa dan memutuskan permohoonan pernyataan pailit itu. Dan keputusan tidak boleh terlalu cepat karna dapat
menghasilkan keputusan yang mutunya mengecewakan karena dibuat tergesa- gesa oleh hakim
.
8. Proses kepailitan harus terbuka untuk umum. Mengingat putusan pernyataan
pailit terhadap seorang debitur berdampak luas dan menyangkut kepentingan banyak pihak, maka proses kepailitan harus dapat diketahui oleh masyarakat
luas. Putusan pailit terhadap seorang debitur bukan saja menyangkut kepentingan satu atau dua orang kreditur saja, tetapi juga menyangkut semua
kreditur, karena dengan putusan pailit oleh pengadilan itu maka terhadap harta debitur diletakkan sita jaminan untuk umum. Putusan pailit bukan menyangkut
kepentingan para kreditur saja, tapi juga menyangkut stakeholders yang lain dari debitur yang bersangkutan yaitu negara sebagai penerima pajak debitur,
Universitas Sumatera Utara
para karyawan, buruh dari debitur, para pemasok yang memasok barang dan jasa kebutuhan debitur, para pedagang atau pengusaha yang
memperdagangkan barang dan jasa debitur. Para pemasok maupun pedagang atau pengusaha yang memperdagangkan barang dan jasa debitur dapat
berjumlah sangat banyak. 9.
Pengurus perusahaan yang karena kesalahannya mengakibatkan perusahaan dinyatakan pailit harus bertanggung jawab secara pribadi. Sering ditemui
dalam praktik, terjadinya kesulitan keuangan suatu perusahaan bukan sebagai akibat keadaan bisnis yang tidak baik, tetapi karena para pengurusnya tidak
memiliki kemampuan profesional yang baik untuk mengelola perusahaan atau karena tindakan-tindakan tidak terpuji dari para pngurus perusahaan.
Tindakan-tindakan tidak terpuji itu antara lain pengurus perusahaan melakukan perbuatan-perbuatan yang berorientasi kepada kepentingan pribadi
dengan merugikan perusahaan. 10.
Undang-undang kepailitan seyogyanya memungkinkan utang debitur diupayakan direstrukturisasi terlebih dahulu sebelum diajukan permohonan
pernyataan pailit. Undang-undang kepailitan haruslah tidak semata-mata bermuara kepada atau dengan mudah memungkinkan dipailitkannya suatu
perusahaan debitur yang tidak membayar utang. Undang-undang kepailitan harus memberikan alternatif muara yang lain, yaitu berupa pemberian
kesempatan kepada perusahaan-perusahaan yang tidak membayar utang- utangnya tetapi masih memiliki prospek usaha yang baik dan pengurusnya
beritikad baik serta kooperatif dengan para kreditur untuk melunasi utang-
Universitas Sumatera Utara
utangnya, untuk direstrukturisasi utang-utangnya dan disehatkan perusahaannya. Restrukturisasi utang dan perusahaan debt corporate
restructuring, atau corporate reorganization, atau corporate rehabilitation akan memungkinkan perusahaan debitur kembali berada dalam keadaan mampu
untuk membayar kembali hutang-hutangnya kepada kreditur. 11.
Undang-undang kepailitan harus mengkriminalisasi kecurangan menyangkut kepailitan debitur.
Putusan pailit oleh Pengadilan Niaga berlaku secara serta merta. Dengan demikian sejak saat putusan pailit maka status debitur sudah dalam keadaan pailit.
Akan tetapi, putusan pailit dapat diajukan upaya hukum, yaitu kasasi atau peninjauan kembali terhadap putusan yang berkekuatan hukum tetap. Dalam
proses kepailitan tidak dimungkinkan upaya banding. Hal tersebut diatur dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa
upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan atas pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung. Apabila pada tingkat kasasi
ternyata putusan pernyataan pailit itu dibatalkan, maka kepailitan bagi debitur juga berakhir. Namun, segala perbuatan yang telah dilakukan kurator sebelum
atau pada saat kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan dari Mahkamah Agung tetap sah. Setelah menerima pemberitahuan tentang
pembatalan putusan pernyataan pailit itu, selanjutnya kurator wajib mengiklankan pembatalan tersebut dalam surat kabar. Dengan pembatalan putusan pernyataan
pailit tersebut, perdamaian yang telah terjadi hapus demi hukum.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian kepailitan tidak hanya terjadi pada pelaksanaan proses pailit maupun pemberesan harta keapailitan, suatu kepailitan pada dasarnya bisa
berakhir, ada beberapa macam cara berakhirnya kepailitan : 1.
Setelah adanya perdamaian akkoord, yang telah dihomologasi dan berkekuatan hukum tetap. Dengan diucapkanya perdamaian tersebut, berarti
telah ada kesepakatan di antara para pihak tentang cara penyelesaian utang. Akan tetapi persetujuan dari rencana perdamaian tersebut perlu disahkan
homologasi oleh Pengadilan Niaga dalam sidang homologasi. Apabila Pengadilan menolak pengesahan perdamaian karena alasan yang disebutkan
dalam undang-undang maka pihak-pihak yang keberatan dapat mengajukan kasasi. Setelah putusan perdamaian tersebut diterima dan mempunyai
kekuatan hukum tetap maka proses kepailitan tidak perlu dilanjutkan lagi. 2.
Insolvensi dan pembagian. Kepailitan bisa berakhir segera setelah dibayar penuh jumlah piutang-piutang terhadap para kreditur atau daftar pembagian
penutup memperoleh kekuatan yang pasti. Akan tetapi bila setelah berakhirnya pembagian ternyata masih terdapat harta kekayaan debitur, maka
atas perintah Pengadilan Niaga, kurator akan membereskan dan mengadakan pembagian atas daftar-daftar pembagian yang sudah pernah dibuat dahulu.
3. Atas saran kurator karena harta debitur tidak cukup. Apabila ternyata harta
debitur ternyata tidak cukup untuk biaya pailit atau utang harta pailit, maka kurator dapat mengusulkan agar kepailitan tersebut dicabut kembali.
Keputusan untuk mencabut kepailitan ini dibuat dalam bentuk ketetapan hakim dan diputuskan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
Universitas Sumatera Utara
4. Pencabutan atas anjuran Hakim Pengawas Pengadilan Niaga atas anjuran dari
Hakim pengawas dapat mencabut kepailitan dengan memperhatikan keadaan harta pailit. Dalam memerintahkan pengakiran kepailitan tersebut, Pengadilan
Niaga juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator yang dibebankan terhadap debitur. Terhadap penetapan biaya dan imbalan jasa
tersebut, tidak dapat diajukan kasasi dan untuk pelaksanaanya dikeluarkan Fiat Eksekusi.
Pailitnya pihak debitur, banyak menimbulkan akibat yuridis yang diberlakukan kepadanya oleh undang-undang. Akibat-akibat yuridis tersebut
berlaku kepada debitor dengan 2 dua model pemberlakuan, yaitu :
42
1. Berlaku demi hukum
Beberapa akibat yuridis yang berlaku demi hukum by the operation of law segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit
mempunyai kekuatan hukum tetap ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Dalam hal ini, pengadilan niaga, hakim pengawas, kurator, kreditor, dan pihak lain yang
terlibat dalam proses kepailitan tidak dapat memberikan andil secara langsung untuk terjadinya akibat yuridis tersebut.
2. Berlaku secara Rule of Reason
Selain akibat yuridis hukum kepailitan yang berlaku demi hukum, terdapat akibat hukum tertentu dari kepailitan yang berlaku secara Rule of Reason. Maksud
dari pemberlakuan model ini adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis
42
Munir Fuady
, Hukum Kepailitan, Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya, 2005, hal. 61-62.
Universitas Sumatera Utara
berlaku, tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu setelah mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, secara umum akibat pernyataan pailit adalah sebagai berikut :
43
1. Kekayaan debitur pailit yang masuk ke dalam harta pailit merupakan
sitaan umum atas harta pihak yang dinyatakan pailit 2.
Kepailitan semata-mata hanya mengenai harta pailit dan tidak mengenai diri pribadi debitur pailit
3. Debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengururs dan
menguasai kekayaannya yang termasuk harta pailit sejak hari putusan pailit diusapkan
4. Segala perikatan debitur yang timbul sesudah putusan pailit diucapkan
tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali jika menguntungkan harta pailit
5. Harta pailit diurus dan dikuasai kurator untuk kepentingan semua kreditur
dan debitur, sedangkan Hakim Pengawas memimpin dan mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan
6. Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban harta pailit harus
diajukan oleh atau terhadap kurator 7.
Semua tuntutan atau gugatan yang bertujuan untuk mendapatkan pelunasan suatu perikatan dari harta pailit, dan dari harta debitur sendiri
43
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan, Bandung:
Alumni,1999, hal. 82.
Universitas Sumatera Utara
selama kepailitan harus diajukan dengan cara melaporkannya untuk dicocokkan
8. Kreditur yang dijamin dengan Hak Gadai, Hak Fidusia, Hak Tanggungan,
atau hipotek dapat melaksanakan hak agunannya seolah-olah tidak ada kepailitan
9. Hak eksekutif kreditur yang dijamin dengan hak-hak di atas serta pihak
ketiga, untuk dapat menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitur pailit atau kurator, ditangguhkan maksimum untuk waktu 90 hari
setelah putusan pailit diucapkan Akibat hukum kepailitan diatur dalam Undang-Undang Kepailitan dan
PKPU Bab II Bagian Kedua mulai Pasal 21 sampai dengan Pasal 64. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa kepailitan
merupakan sita umum atas harta kekayaan yang meliputi seluruh kekayaan debitur. Kepailitan ini meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan
pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan, namun dalam Pasal 22 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU juga menerangkan
bahwa hal-hal yang tidak termasuk dalam harta kepailitan adalah : a.
Harta benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang
digunakannya untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan keluarganya serta bahan makanan untuk 30
tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya yang terdapat ditempat itu.
Universitas Sumatera Utara
b. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai
suatu penggajian dari suatu jabatan, jasa, upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas
c. Uang yang diberikan oleh debitur untuk memnuhi suatu kewajiban
memberi nafkah menurut undang-undang. Akibat lain dari hukum kepailitan adalah bahwa debitur demi hukum
kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk harta pailit sejak tanggal putusan pailit tersebut diucapkan, ketentuan ini terdapat dalam
Pasal 24 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Gunawan Widjaja mengatakan bahwa pernyataan pailit mengakibatkan debitur yang dinyatakan pailit kehilangan
segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit.
44
Perlu diketahui bahwasannya putusan pernyataan pailit tidak mengakibatkan debitur kehilangan kecakapannya untuk
melakukan perbuatan hukum volkomen handelingsbevoegd pada umumnya, tetapi hanya kehilangan kekuasaan atau kewenangannya untuk mengurus dan
mengalihkan harta kekayaannya saja. Kewenangan debitur itu selanjutnya diambil alih oleh kurator.
45
Dengan ditiadakannya hak debitur secara hukum untuk mengurus kekayaannya, maka oleh Undang-Undang Kepailitan dan PKPU ditetapkan bahwa
terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit, meskipun
terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Kurator
44
Ibid, hal. 30.
45
Lihat ketentuan Pasal 16 ayat 1 dan Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
tersebut ditunjuk bersamaan dengan
Hakim Pengawas
pada saat putusan pernyataan pailit dibacakan.
Sesudah pernyataan pailit tersebut maka segala perikatan yang dibuat debitur dengan pihak ketiga tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila
perikatan-perikatan tersebut mendatangkan kuntungan bagi harta pailit atau dapat menambah harta pailit.
Gugatan-gugatan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit, selama dalam kepailitan, yang secara
langsung diajukan kepada debitur pailit, hanya dapat diajukan dalam bentuk laporan untuk pencocokan atau rapat verifikasi. Segala tuntutan mengenai hak
atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Begitu pula mengenai segala eksekusi pengadilan terhadap harta pailit.
Eksekusi pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitur yang telah dimulai sebelum kepailitan harus dihentikan, kecuali eksekusi itu sudah
sedemikian jauh hingga hari pelelangan sudah ditentukan, dengan izin hakim pengawas kurator dapat meneruskan pelelangan tersebut.
Setelah adanya putusan pernyataan pailit maka semua perikatan debitur yang terbit sesudahnya tidak dapat lagi dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan
tersebut menguntungkan harta pailit. Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator, dalam hal
tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitur pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap debitur
Universitas Sumatera Utara
Pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit.
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 23 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, debitur pailit meliputi istri atau suami dari debitur pailit
yang menikah dalam persatuan harta. Namun dalam hal suami atau istri dinyatakan pailit maka istri atau suaminya berhak mengambil kembali semua
benda bergerak dan tidak bergerak yang merupakan harta bawaan dari istri atau suami dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadian atau warisan Pasal
62 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Dan istri atau suami tidak berhak menuntut atas keuntungan yang diperjanjikan dalam perjanjian perkawinan
kepada harta pailit suami atau istri yang dinyatakan pailit demikian juga sama hal nya kreditur suami atau istri tidak berhak menuntut keuntungan yang
diperjanjikan, hal ini sesuai dengan Pasal 63 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.
Apabila sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui bank atau lembaga selain bank pada tanggal putusan
sebagaimana dimaksud transfer tersebut wajib diteruskan dan dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transaksi efek di Bursa
Efek maka transaksi tersebut wajib diselesaikan.
46
Putusan pailit mempunyai akibat-akibat yuridis yang harus dijalankan atau berdampak pada debitur pailit dan debitur tidak dapat menghindari akibat yang
ditimbulkan dari adanya putusan pailit tersebut. Dalam menjalankan putusan pailit
46
Ibid, Pasal 23 ayat 3, 4
Universitas Sumatera Utara
tersebut, debitur menjalankannya ada yang dengan itikad baik dan ada yang dengan tidak beritikad baik, maka undang-undang memberikan perlindungan
kepada kreditur dari debitur yang tidak beritikad baik dengan adanya lembaga paksa badan.
Selain gijzeling, bagi debitur yang tidak patuh terhadap akibat kepailitan atau tidak kooperatif dapat dikenakan pidana, sesuai dengan Pasal 369, Pasal
397, Pasal 398 , Pasal 399 dan Pasal 400 KUH Pidana. Pasal-pasal tersebut berisi: Pasal 396 KUH Pidana
Seorang pengusaha yang dinyatakan dalam keadaan pailit atau yang diizinkan melepaskan budel oleh pengadilan, diancam karena merugikan
pemiutang dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan: 2.
Jika pengeluarannya melampaui batas; 3.
Jika yang bersangkutan dengan maksud untuk mengangguhkan kepailitannya telah meminjam uang dengan syarat-syarat yang
memberatkan, sedang diketahuinya bahwa pinjaman itu tiada mencegah kepailitan;
4. Jika dia tidak dapat memperlihatkan dalam keadaan tak diubah buku-
buku dan surat-surat untuk catatan menurut pasal 6 Kitab Undang- undang Hukum Dagang dan tulisan-tulisan yang harus disimpannya
menurut pasal itu. Pasal 397 KUH Pidana
Seorang pengusaha yang dinyatakan dalam keadaan pailit atau diizinkan melepaskan budel oleh pengadilan, diancam karena merugikan pemiutang
Universitas Sumatera Utara
secara curang jika yang bersangkutan untuk mengurangi hak pemiutang secara curang :
1. Membikin pengeluaran yang tak ada maupun tidak membukukan
pendapatan, atau menarik barang sesuatu dari budel; 2.
Telah memindahtangankan vervreemden barang sesuatu dengan cuma-cuma atau jelas dibawah harganya;
3. Dengan suatu cara menguntungkan salah seorang pemiutang di waktu
pailitnya atau pada saat dimana diketahui bahwa keadaan tersebut tak dicegah;
4. Tidak memenuhi kewajiban untuk mengadakan pencatatan menurut
pasal 6 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Dagang atau untuk menyimpan dan memperlihatkan buku-buku, surat-surat dan tulisan-
tulisan yang dimaksud dalam ayat 3 pasal tersebut. Pasal 398 KUH Pidana
Seorang pengurus atau komisaris perseroan terbatas, maskapai andil Indonesia atau perkumpulan koperasi yang dinyatakan dalam keadaan
pailit atau yang diperintahkan penyelesaian oleh pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan :
1. Jika yang bersangkutan turut membantu atau mengizinkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan anggaran
dasar, sehingga oleh karena itu seluruh atau sebagian besar dari kerugian diderita oleh perseroan, maskapai atau perkumpulan;
Universitas Sumatera Utara
2. Jika yang bersangkutan dengan maksud untuk menangguhkan kepailitan atau penyelesaian perseroan, maskapai atau perkumpulan, turut
membantu atau mengizinkan peminjaman uang dengan syarat-syarat yang memberatkan, padahal diketahuinya tak dapat dicegah keadaan
pailit atau penyelesaiannya; 3. Jika yang bersangkutan dapat dipersalahkan tidak memenuhi kewajiban
yang diterangkan dalam pasal 6 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan pasal 27 ayat 1 ordonansi tentang maskapai andil
Indonesia buku-buku dan tulisan-tulisan yang harus disimpannya menurut pasal tadi, tidak dapat diperlihatkan dalam keadaan tak
diubah.
Pasal 399 KUH Pidana Seorang pengurus atau komisaris perseorangan terbatas, maskapai andil
Indonesia atau perkumpulan koperasi yang dinyatakan dalam keadaan pailit atau yang penyelesaiannya diperintahkan oleh pengadilan, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika yang bersangkutan mengurangi secara curang hak-hak pemiutang dari perseroan, maskapai
atau perkumpulan untuk : 1. Membikin pengeluaran yang tak ada, maupun tidak membukukan
pendapatan atau menarik barang sesuatu dari budel; 2. Telah memindahtangankan vervreemden barang sesuatu dengan cuma-
cuma atau jelas dibawah harganya;
Universitas Sumatera Utara
3. Dengan sesuatu cara menguntungkan salah seorang pemiutang di waktu kepailitan atau penyelesaian, ataupun pada saat di mana diketahui
bahwa kepailitan atau penyelesaian tadi tak dapat dicegah; 4. Tidak memenuhi kewajiban melakukan catatan menurut Kitab Undang-
undang Hukum Dagang atau pasal 27 ayat 1 ordonansi tentang maskapi ansil Indonesia dan tentang menyimpan dan memperlihatkan
buku-buku dan surat-surat dan tulisan-tulisan menurut pasal-pasal itu. Pasal 400 KUH Pidana
Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan, barang siapa yang mengurangi dengan penipuan hak-hak pemiutang:
1. Dalam hal pelepasan budel, kepailitan atau penyelesaian atau pada waktu diketahui akan terjadi salah satu di antaranya dan kemudian
sungguh disusul dengan pelepasan budel, kepailitan atau penyelesaian, menarik barang sesuatu dari budel atau menerima pembayaran baik
dari hutang yang tak dapat ditagih, dalam hak terakhir dengan diketahuinya bahwa kepailitan atau penyelesaian penghutang sudah
dimohonkan, atau akibat rundingan dengan penghutang; 2. Di waktu verifikasi piutang-piutang dalam hal pelepasan budel,
kepailitan atau penyelesaian, mengaku adanya piutang yang tak ada, atau memperbesar jumlah piutang yang ada.
Universitas Sumatera Utara
C . Lembaga Paksa Badan Dalam Kepailitan
Dalam kepailitan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, dikenal adanya Lembaga Paksa Badan gijzeling yang merupakan
suatu solusi dalam menghadapi debitur yang tidak kooperatif. Akan tetapi, hingga saat ini tidak ada satu pun permohonan gijzeling yang dikabulkan. Dalam Pasal 95
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU ditegaskan bahwanya, permintaan untuk menahan debitur pailit harus dikabulkan, apabila permintaan tersebut didasarkan
atas alasan bahwa debitur pailit dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, Pasal 110, dan Pasal 121 ayat 1 dan ayat
2.
47
Jika debitor pailit tidak menghadap Hakim Pengawas, Kurator, atau panitia kreditur apabila dipanggil untuk memberikan keterangan sesuai Pasal 110
ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU maka dapat dijadikan alasan untuk permintaan menahan debitor pailit. Istri atau suami yang dinyatakan pailit pun
wajib memberikan keterangan mengenai semua perbuatan yang dilakukan oleh Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 98 Undang-Undang Kepailitan dan
PKPU, sejak mulai pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang,
perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima. Jika Kurator melihat debitor pailit tidak koperatif, Pasal 98 Undang-Undang Kepailitan
dan PKPU ini dapat menjadi dasar hukum Kurator untuk dilaksanakannya paksa badan terhadap debitor.
47
http:webcache.googleusercontent.comsearch?q=cache:inv2gt7QJrEJ:www.redgage.c omblogsadvokatkupermohonan-gijzeling-dalam-perkara kepailitan. html+ Lembaga+ paksa+
badan+ dalam+kepailitanhl=idgl=idstrip=1 , akses tanggal 30 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
masing-masing harta bersama sebagaimana Pasal 110 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.
Kurator wajib memanggil kreditur untuk hadir pada rapat pencocokan piutang. Dalam rapat pencocokan piutang, debitur pailit wajib hadir sendiri agar
dapat memberikan keterangan yang diminta oleh Hakim Pengawas mengenai sebab musabab kepailitan dan keadaan harta pailit, dan dalam rapat pencocokan
piutang tersebut, kreditur dapat meminta keterangan dari debitur pailit mengenai hal-hal yang dikemukakan melalui Hakim Pengawas. Dan ketentuan ini terdapat
pada pasal 121 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Mengenai penyanderaan debitur pailit ini diatur dalam Pasal 93, Pasal 94,
Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 dan Pasal 111 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Pengadilan dengan putusan pernyataan pailit pada debitur, atas usul hakim
pengawas, permintaan kurator, permintaan kreditur dan setelah mendengarkan hakim pengawas, dapat memerintahkan debitur pailit ditahan di rumah tahanan
Negara maupun dirumahnya sendiri, dibawah pengawasan jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas dan perintah penahanan tersebut dilaksanakan oleh jaksa
yang ditunjuk oleh hakim pengawas. Masa penahanan debitur pailit tersebut berlaku paling lama 30 hari terhitung sejak penahanan dilaksanakan serta atas usul
hakim pengawas, permintaan kurator, kreditur, dan setelah mendengar hakim pengawas, pengadilan dapat memperpanjang masa penahanan setiap kali untuk
jangka waktu paling lama 30 hari serta biaya penahanan dibebankan kepada harta pailit sebagai utang harta pailit sesuai dengan Pasal 93 ayat 1 sampai dengan
ayat 5 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU dan hal ini dilakukan sebagai
Universitas Sumatera Utara
upaya untuk mencegah debitur melakukan perbuatan yang dapat merugikan kreditur.
Sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 94 ayat 1 dan 2 Undang- Undang Kepailitan dan PKPU, pengadilan juga berwenang melepas debitur pailit
dari tahanan atas usul hakim pengawas atau atas permohonan dabitur pailit dengan jaminan uang dari pihak ketiga bahwa debitur pailit setiap waktu akan menghadap
atas panggilan pertama dan jumlah uang jaminan tersebut ditetapkan oleh pengadilan dan apabila debitur pailit tidak dapat menghadap maka uang jaminan
tersebut menjadi keuntungan harta pailit. Dan apabila dalam hal diperlukan kehadiran debitur pailit pada sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan harta pailit
maka apabila debitur berada didalam tahanan, debitur pailit dapat diambil dari tempat tahanan tersebut atas perintah hakim pengawas dan dilaksanakan oleh
kejaksaan, sesuai dengan Pasal 96 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.
Selama kepailitan, debitur pailit tidak diperbolehkan meninggalkan domisilinya atau tempat tinggalkediaman debitur pailit tersebut tanpa izin dari
hakim pengawas, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 97 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, hal ini juga sebagai upaya agar debitur pailit tidak
menyulitkan apabila debitur pailit diperlukan kehadirannya untuk kepentingan pemeriksaan serta agar debitur pailit tidak melakukan perbuatan yang dapat
merugikan kreditur. Selanjutnya Pasal 111 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, dalam hal
kepailitan suatu badan hukum, ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan Pasal 97 hanya berlaku terhadap pengurus badan hukum tersebut, dan ketentuan Pasal 110 ayat 1 yang menjelaskan bahwa debitor pailit wajib
menghadap Hakim Pengawas, Kurator, atau panitia kreditor apabila dipanggil untuk memberikan keterangan, berlaku terhadap pengurus dan komisaris, dan
yang dimaksud dengan komisaris tersebut termasuk badan pengawas. Memorie van Toelichting mengemukakan bahwa perintah penahanan
sementara merupakan alat paksaan yang membawa kewajiban bagi debitur, apabila ia dengan sengaja menghindarkan diri atau apabila ia menolak memenuhi
kewajiban yang diletakkan padanya untuk kepentingan para kreditur. Lembaga paksa badan sangat dibutuhkan keberadaannya dalam hukum Indonesia. Hal ini
disebabkan upaya-upaya hukum yang telah ada ternyata belum mampu memaksa debitur bermasalah untuk menyelesaikan utang-utangnya.
Sebelum adanya undang-undang kepailitan, kewenangan absolut untuk menerima, memeriksa dan mengadili permohonan kepailitan ada pada peradilan
umum namun setelah dibentuknya Pengadilan Niaga, kewenangan peradilan umum dalam menerima, memeriksa dan mengadili berpindah menjadi
kewenangan Pengadilan Niaga yang berada di lingkungan peradilan umum, sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 280 ayat 1 Undang-Undang No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan sebagaimana diubah pada Pasal 300 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.
“Dengan ketentuan ini, semua permohonan penyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang diajukan setelah berlakunya undang-
undang tentang Kepailitan sebagaimana diubah dengan Peraturan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Pengganti undang-undang ini, hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga”
Apabila sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui bank atau lembaga selain bank pada tanggal putusan
sebagaimana dimaksud transfer tersebut wajib diteruskan dan dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan Transaksi Efek di Bursa
Efek maka transaksi tersebut wajib diselesaikan.
48
D . Syarat-Syarat Pelaksanaan Lembaga Paksa Badan
Dalam Pasal 95 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU ditegaskan bahwasannya, permintaan untuk menahan debitur pailit harus dikabulkan, apabila
permintaan tersebut didasarkan atas alasan bahwa debitur pailit dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, Pasal 110, dan
Pasal 121 ayat 1 dan ayat 2. Dan pada Pasal 96 ayat 1 dan 2 Undang- Undang Kepailitan dan PKPU yaitu dalam hal diperlukan kehadiran debitur pailit
pada sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan harta pailit maka apabila debitur pailit berada dalam tahanan, debitur pailit dapat diambil dari tempat tahanan
tersebut atas perintah Hakim Pengawas dan dilaksanakan oleh kejaksaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 93 juncto Pasal 95 Undang-Undang Kepailitan dan
PKPU, ada persyaratan khusus dalam hal Pengadilan mengabulkan permohonan gijzeling kreditur yakni :
48
Ibid., Pasal 24 ayat 3, 4.
Universitas Sumatera Utara
1. Debitur berupaya tidak bersikap kooperatif dengan kurator dan atau
berupaya menghilangkan harta pailit seperti semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya milik debitur.
2. Debitur pailit tidak menghadap untuk memberikan keterangan kepada
Hakim Pengawas, Kurator, atau panitia kredit\ur meskipun telah dipanggil secara resmi, patut dan layak.
3. Debitur pailit tidak hadir sendiri dalam rapat pencocokan piutang.
4. Kreditur tidak dapat meminta keterangan dari debitur pailit mengenai hal-
hal yang dikemukakan melalui Hakim Pengawas.
49
Persyaratan khusus mengenai pengabulan permohonan gijzeling juga diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2000 tentang Lembaga Paksa Badan seperti
dalam pasal-pasal dimaksud yakni : b.
Pasal 3 ayat 1 : Paksa Badan tidak dapat dikenakan terhadap debitur yang beritikad tidak baik yang telah berusia 75 tahun.
c. Pasal 4 : Paksa Badan hanya dapat dikenakan pada debitur yang beritikad
tidak baik yang mempunyai hutang sekurang-kurangnya Rp.1.000.000.000,- satu miliar rupiah.
Ketentuan dalam persyaratan penentuan debitur yang dapat dikenakan paksa badan, ketentuan pengenaan tersebut juga berlaku terhadap ahli waris
debitur. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 3 ayat 2 ditentukan bahwa “paksa badan dapat pula dikenakan terhadap ahli waris yang telah menerima warisan dan
debitur yang tidak mempunyai itikad baik”.
49
http:www.redgage.com blogs advokatku permohonan –gijzeling –dalam perkara- kepailitan.html,akses tanggal 20 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
Didalam Pasal 5 Perma No. 1 Tahun 2000 dijelaskan bahwa paksa badan ditetapkan untuk 6 bulan lamanya, dan dapat diperpanjang setiap 6 bulan dengan
keseluruhan maksimum selama 3 tahun. Pelaksanaan paksa badan dilakukan oleh PaniteraJurusita atas perintah Ketua Pengadilan Negeri , bilamana perlu dengan
bantuan alat Negara Pasal 8 Perma No. 1 Tahun 2000 dan biaya selama debitur yang beritikad tidak baik menjalani paksa badan, dibebankan kepada pemohon
paksa badan serta selama menjalani paksa badan, debitur yang tidak beritikad baik dapat memperbaiki kehidupannya atas biaya sendiri, sebagai mana yang diatur
didalam Pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 Perma No. 1 Tahun 2000. Persyaratan paksa badan seperti yang ditegaskan dalam Perma No. 1
Tahun 2000 dapat dikatakan sebagai penjabaran syarat kualitatif dan kuantitatif pelaksanaan paksa badan dalam kepailitan seperti halnya pelaksanaan paksa badan
dalam penagihan pajak. Syarat kualitatif yang dimaksud adalah bahwa debitur yang dikenakan hanyalah debitur dengan batas maksimal umur 75 Tahun dan
memiliki itikad tidak baik dalam hal penyelesaian hutangnya. Adapun syarat kuantitatif adalah bahwa debitur yang dapat dikenakan paksa badan hanyalah
debitur yang mempunyai hutang sekurang-kurangnya Rp 1.000.000.000 Satu miliar rupiah.
50
Pelaksanaan paksa badan dalam rangka pengurusan piutang negara yang diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Keuangan, Jaksa Agung, Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Menteri Hukum dan HAM No. 53PMK.062009, KEP-030AJA032009, 4, M.HH-01.KU.03.01 Tahun 2009
50
Universitas Indonesia, Penerapan Gijzeling dalam perpajakan,
www.lontar.ui.ac.idfile?file=digital124628-SK.Analisis.pdf, akses tanggal 29 September 2011.
Universitas Sumatera Utara
tentang Petunjuk Pelaksanaan Paksa Badan Dalam Rangka Pengurusan Piutang Negara Oleh Panitia Urusan Piutang Negara menjelaskan bahwa ketua panitia
cabang mengajukan permohonan pelaksanaan paksa badan kepada ketua panitia pusat secara tertulis disertai dengan alasan permohonan dan atas permohonan
tersebut ketua panitia pusat mengeluarkan persetujuanpenolakan, ketentuan ini terdapat pada Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2. Berdasarkan persetujuan ketua panitia
pusat , ketua panitia cabang meminta izin paksa badan kepada kepala kejaksaan tinggi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalkediaman terakhir objek
paksa badan, dalam jangka waktu paling lama 14 hari kerja setelah surat permintaan izin paksa badan diterima dan kepala kejaksaan tinggi memberikan
tanggapan, tanggapan tertulis tersebut berupa pemberian atau penolakan izin. Dalam hal izin diberikan, panita cabang menerbitkan surat perintah paksa badan,
sebaliknya dalam hal izin paksa badan ditolak, ketua panitia cabang selanjutnya melaporkan hal tersebut kepada ketua panitia pusat, ketentuan-ketentuan tersebut
terdapat pada Pasal 3 ayat 1 dan Pasal 4 ayat 1 sampai ayat 4.
E. Para Pihak Dalam Lembaga Paksa Badan