Perbedaan Lembaga Paksa Badan dengan Lembaga Penyanderaan

c. Jika orang yang berhutang mengajukan perlawanan dengan surat maka dapatlah dia dijaga agar tidak melarikan diri sambil menunggu keputusan dari ketua d. Jika jaksa yang dikuasakan telah memerintahkan penyanderaan, maka dia mengirimkan surat permohonan penyanderaan tersebut atau jika penyanderaan dimohonkan secara lisan maka catatan mengenai itu beserta penetapannya kepada ketua pengadilan negeri. 6. Pasal 214 HIRPasal 248 RBG Orang yang berhutang yang tidak mengajukan perlawanan atau yang perlawanannya ditolak dengan segera harus dibawa kedalam penjara tempat penyanderaan. 7. Pasal 249 ayat 1 RBG Pegawai yang melaksanakan putusan guna penyanderaan dapat menyandera setelah memperlihatkan surat perintah akan menyandera kepada jaksa dan menuliskan hal itu pada surat perintah itu.

C. Perbedaan Lembaga Paksa Badan dengan Lembaga Penyanderaan

Paksa badan yang diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2000 ini berbeda dengan gijzeling sebelumnya, yakni ditujukan kepada debitur mampu, tetapi membangkang tidak mau membayar utang. Dalam Pasal 4 Perma No. 1 Tahun 2000 paksa badan hanya dikenakan kepada debitor kelas kakap yang mempunyai utang sekurangnya Rp 1.000.000.000 Satu miliar rupiah. Universitas Sumatera Utara Perbedaan atas peristilahan tersebut juga dalam pertimbangan Perma No. 1 Tahun 2000 huruf b yang menyatakan bahwa bahwa penerjemahan istilah gijzeling dengan kata sandera atau penyanderaan sebagaimana terdapat dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1964 tanggal 22 Januari 1964 dan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 1 Desember 1975, dipandang tidak tepat karena tidak mencakup pengertian terhadap debitur yang mampu tetapi tidak mau memenuhi kewajibannya dalam membayar hutang, sehingga penerjemahannya perlu disempurnakan menjadi paksa badan, sebagaimana terkandung dalam pengertian Imprisonment for Civil Debts yang berlaku secara universal. Pengertian Gijzeling lainnya menurut R. Susilo adalah menahan pihak yang kalah didalam lembaga permasyarakatan dengan maksud untuk memaksanya supaya memenuhi putusan hakim sementara Perma No. 1 Tahun 2000 Gijzeling imprisonment for civil debt yg berlaku universal yakni tindakan yang ditimpakan kepada jasad atau tubuh debitur sebagai tekanan agar memenuhi kewajiban liability membayar hutang yang diperintahkan dalam putusanpenetapan. 35 Menurut Rahadjeng Endah K Siradjoeddin, lembaga paksa badan yang hidup kembali adalah suatu lembaganya. Tidak berarti bahwa lembaga paksa badan produksi pemerintah Belanda dulu yang dihidupkan kembali, melainkan lembaga baru yang merupakan produksi Indonesia dengan jiwa dan badan yang sesuai dengan budaya nasional. 36 35 Hafidz Akbar, pengertian Gizelingpaksa badan, http:www.slideshare.netHafidzAkbargijzeling-paksa-badan2-03, akses tanggal 30 Juli 2011. 36 Bambang Sutiyoso,, Aktualita Hukum dalam Era Reformasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 216-217. Lembaga paksa badan ini dapat diberlakukan Universitas Sumatera Utara terhadap debitur yang beritikad tidak baik, penanggung atau penjamin utang yang tidak memenuhi kewajiban dalam membayar utang-utangnya padahal ia mampu untuk melaksanakannya. Menurut Bambang Sutiyoso bahwa perbuatan debitur yang menghindari kewajiban tersebut sekaligus juga dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia HAM. 37 Pasal 4 Perma No. 1 Tahun 2000 menyatakan debitur yang dapat dikenakan paksa badan juga dibatasi berdasarkan jumlah hutang minimum sebesar Perbedaan mendasar antara penyanderaan dengan paksa badan adalah bahwa setiap atau semua debitur dapat diperintahkan menjalani penyanderaan paksa badan bila tidak memenuhi kewajiban yang diperintahkan dalam putusan pengadilan. Kriteria gijzeling apabila harta kekayaan tidak ada atau tidak cukup membayar kewajibannya. Sementara dalam ketentuan paksa badan yang diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2000 tidak ditimpakan dan diterapkan terhadap setiap atau semua debitur tetapi hanya diperlakukan terhadap debitur tertentu sesuai dengan patokan dan tidak memenuhi kewajiban membayar kembali hutangnya padahal mampu untuk melakukannya. Perbedaan lainnya antara gijzeling yang diatur dalam HIR dan RBG dengan yang diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2000 adalah bahwa adanya batasan umur yang dapat dikenakan yaitu maksimal harus berusia 75 tahun, sehingga debitur yang berusia diatas 75 tahun tidak dapat dikenakan meskipun beritikad buruk, sementara dalam HIR dan RBG tidak terdapat batasan umur. 37 Ibid,. Universitas Sumatera Utara Rp 1.000.000.00 satu miliar rupiah, artinya hutang piutang yang dapat dimohonkan paksa badan harus berjumlah satu miliar keatas. Lamanya gijzeling adalah minimal 6 bulan dan maksimal 3 tahun. Sementara dalam ketentuan HIR maupun RBG besar minimum hutang sangat berkaitan dengan lamanya waktu penyanderaan yaitu Rp.100 seratus rupiah sampai dengan Rp300 tiga ratus rupiah yaitu selama 1 tahun, Rp.300 tiga ratus rupiah sampai denga Rp.500 lima ratus rupiah yaitu selama 2 dua tahun lamanya dan lebih dari Rp.500 lima ratus rupiah selama 3 tahun lamanya. Universitas Sumatera Utara BAB III LEMBAGA PAKSA BADAN DALAM KEPAILITAN

A. Syarat-Syarat Kepailitan Masalah kepailitan selalu menimbulkan akibat yang panjang baik bagi