Model Teoritis Operasional Variabel Defenisi Operasional

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun,1995: 57. Dengan demikian kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas X Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya faktor atau unsur yang lain Nawawi, 1997: 40. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi penyuluhan. b. Variabel Terikat Y Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Kriyantono, 2008:21. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi inovasi.

I.7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel – variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut : Gambar 1. Model teoritis

I.8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas maka dapat diperbuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1. Operasional Variabel Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas X Komunikasi Penyuluhan Metode Penyuluhan : • Pendekatan Perorangan : ~ Dialog Langsung ~ Kemampuan Empati ~ Menciptakan Suasana Homophily • Pendekatan Kelompok : ~ Diskusi Kelompok Variabel Terikat Y Tingkat Adopsi Inovasi • Pengetahuan • Persuasi : ~ Keuntungan Relatif ~ Keserasian ~ kerumitan ~ Dapat Dicobakan ~ Dapat Dilihat • Keputusan • Implementasi • Konfirmasi Variabel Bebas X Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Variabel Terikat Y Tingkat Adopsi Inovasi Masyarakat

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara – cara untuk mengukur variabel – variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama Singarimbun,1995:46. Defenisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas X Komunikasi Penyuluhan, meliputi :

Metode Penyuluhan Adalah cara – cara penyampaian materi penyuluhan melalui cara – cara komunikasi baik itu menggunakan media atau pun tanpa media, yang dilakukan untuk menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan dan tulisan kepada khlayak sasaran yang dituju dengan maksud sebagai pendekatan dalam mengubah perilaku khlayak sasaran tersebut. 1. Pendekatan Perorangan, yaitu : Metode dengan hubungan perseorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan masing – masing orang yang akan disuluh. Cara ini dianggap efektif karena dengan komunikasi tatap muka diharapkan pesan yang disampaikan dapat lebih cepat mengena kepada orang yang disuluh. Metode ini meliputi tiga unsur pendukung yakni: a. Dialog langsung, adalah metode penyuluhan yang konvensional tetapi sangat efektif dalam menyampaikan maksud dan tujuan secara langsung. Pendekatan ini berbentuk pertukaran ide secara timbal balik antara penyuluh dan peserta penyuluhan. Berbagi pengalaman tentang persoalan bersama dan saling mendengarkan pandangan masing – masing. b. Kemampuan Empati, adalah kemampuan penyuluh dalam merasakan keadaan emosional orang yang akan disuluh, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah dan mengambil perspektif dari orang yang disuluh atau dengan kata lain penyuluh dapat menempatkan dirinya pada posisi para peserta penyuluhan. c. Menciptakan Suasana Homophily, adalah membangun suasana yang akrab dan hubungan yang hangat antara penyuluh dan peserta penyuluhan. Dengan menciptakan Suasana yang Homophily akan tercipta suatu komunikasi yang efektif dan sering menguatkan satu sama lain. Untuk menciptakan suasana yang homophily dapat dilakukan dengan cara membaur dengan para peserta penyuluhan. 2. Pendekatan Kelompok, yaitu : Metode dengan hubungan kelompok digunakan oleh penyuluh untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Metode ini sesuai dengan keadaan dan norma sosial dari masyarakat pedesaan Indonesia, seperti hidup berkelompok, bergotong – royong dan berjiwa musyawarah. Metode ini dapat meningkatkan tahapan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.

2. Variabel Terikat Y Tingkat Adopsi Inovasi, meliputi :

a. Pengetahuan

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat.

b. Persuasi

Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut. Pada tahap ini akan muncul pertimbangan – pertimbangan yang berkenaan dengan inovasi yang akan diterima, yakni sebagai berikut: 1. Keuntungan – keuntungan relatif, yaitu apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi masyarakat. 2. Keserasian, yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu cocok dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, adat-istiadat, kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. 3. Kerumitan, yaitu apakah inovasi tersebut rumit karena pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit, sebab selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban baru. 4. Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran skala kecil sebelum seseorang terlanjur untuk menerima secara keseluruhan. 5. Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya maka seseorang akan lebih mudah untuk menerimanya ketimbang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak.

c. Keputusan

Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.

d. Implementasi

Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut. Dalam tahap ini seseorang akan melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai sesuatu inovasi. e. Konfirmasi Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

I.10. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Tingkat Adopsi Terhadap Sistem Pertanian Terpadu (Sistem Integrasi Padi-Ternak) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan)

0 51 89

Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk

6 111 121

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

5 78 130

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB

5 57 183

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Peran Mediasi Kecepatan Inovasi untuk Me (1)

0 0 13

237413242 Paper Penyuluhan Adopsi Difusi Inovasi Pod Terhadap Dk

0 1 89