Komunikasi Penyuluhan Tabel 7 Analisa Tabel Tunggal

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pertemuan antara responden dengan penyuluh untuk berdikusi mengenai bokashi berada pada kategori sedang yakni 3-4 kali sebanyak 12 responden 57,1. Frekuensi responden berdiskusi dengan penyuluh masih pada kategorii sedang, ini disebabkan oleh tingginya tingkat kesibukan dari responden sendiri yang dari pagi sampai dengan sore hari mengerjai lahan pertanian mereka. Sehingga mereka hanya berdiskusi dengan penyuluh pada waktu – waktu tertentu saja, seperti selepas pulang dari bertani atau pada hari minggu. Tabel 8 Suasana pada saat Dialog Langsung Indikator Sangat Sering Sering Jarang Tidak Pernah Total F F F F F Terjadi Pertukaran Ide 1 4,8 17 81,0 3 14,3 – – 21 100 Berbagi Pengalaman 1 4,8 20 95,2 – – – – 21 100 Mendengarkan Pandangan Masing-masing 1 4,8 17 81,0 3 14,3 – – 21 100 Sumber: P6 FC 8, FC 9, FC 10 Pada tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam setiap dialog langsung antara responden dan penyuluh telah terjadi proses pertukaran informasi dimana antara penyuluh dan responden saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan mendengarkan pandangan masing – masing. Suatu proses komunikasi yang efektif tentunya dapat terjadi apabila antara kedua belah pihak saling bertukar ide secara timbal balik dan diantara keduanya memiliki persepsi yang sama akan pesan yang disampaikan. Inovasi sebagai sebuah gagasan atau barang yang dianggap baru tentunya hanya dapat disampaikan oleh penyuluh kepada responden dengan suatu pola komunikasi yang efektif. Dimana diantara keduanya sama – sama memiliki keterkaitan dan berusaha untuk dapat menjawab suatu kebutuhan yang ada. Tabel 9 Sikap Penyuluh saat Diskusi Sikap Penyuluh saat Diskusi Frekuensi Persentase Sangat Ramah 5 23,8 Ramah 16 76,2 Kurang Ramah 0,0 Tidak Ramah 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P7 FC 11 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendapat sikap penyuluh pada saat kegiatan diskusi berlangsung menunjukkan sikap yang ramah yakni sebanyak 16 responden 76,2. Sikap ramah yang ditunjukkan oleh penyuluh pada saat proses diskusi berlangsung memang sangat dibutuhkan untuk dapat menarik simpati dari masyarakat yang menjadi objek penyuluhannya. Dengan munculnya rasa simpati dari masyarakat maka akan memperlancar proses penyuluhan dan proses adopsi inovasi juga dapat berjalan dengan baik. Tabel 10 Kemampuan Penyuluh Menempatkan Diri Kemampuan Penyuluh Menempatkan Diri Frekuensi Persentase Sangat Mampu Menempatkan Diri 2 9,5 Mampu Menempatkan Diri 19 90,5 Kurang Mampu Menempatkan Diri 0,0 Tidak Mampu Menempatkan Diri 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P8 FC 12 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab penyuluh mampu menempatkan diri mereka saat sedang menyampaikan informasi penyuluhan yakni sebanyak 19 responden 90,5. Kemampuan penyuluh dalam menempatkan dirinya menyatu dengan masyarakat akan berdampak pada lancarnya proses penyampaian informasi dari penyuluh kepada masyarakat. Dimana penyuluh dapat merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat dan dapat mengerti kebutuhan dari masyarakat itu sendiri, atau dalam hal ini dalam bidang pertanian. Tabel 11 Intensitas Diskusi Bertanya Saat Ada Masalah Frekuensi Persentase Sangat Sering 2 9,5 Sering 11 52,4 Jarang 8 38,1 Tidak Pernah 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P9FC 13 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab sering dalam hal bertanya kepada penyuluh pada saat mengalami masalah atau kesulitan dalam pembuatan dan penggunaan bokashi yakni sebanyak 11 responden52,4. Tingginya keinginan responden yang bertanya mengenai masalah bokashi pada penyuluh menandakan besarnya keinginan dari responden untuk tahu lebih banyak mengenai bokashi dan mengaplikasikannya pada lahan pertanian mereka. Tabel 12 Hubungan yang Diciptakan Hubungan yang Diciptakan Penyuluh Frekuensi Persentase Sangat Akrab 4 19,0 Akrab 17 81,0 Kurang Akrab 0,0 Tidak Akrab 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P10 FC 14 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendapat penyuluh dapat menciptakan hubungan yang akrab pada saat kegiatan penyuluhan atau pun saat berdiskusi tentang bokashi yakni sebanyak 17 responden 81,0. Dengan terciptanya suasana yang akrab antara penyuluh dan masyarakat maka akan menciptakan suatu komunikasi yang efektif dan saling menguatkan satu sama lainnya. Tabel 13 Kemampuan Membangun Suasana Hangat Kemampuan Penyuluh Membangun Suasana Hangat Frekuensi Persentase Sangat Akrab 4 19,0 Akrab 17 81,0 Kurang Akrab 0,0 Tidak Akrab 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P11 FC 15 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab penyuluh mampu membangun suasana yang hangat dengan masyarakat pada saat penyuluhan atau pun saat berdiskusi mengenai bokashi yakni sebesar 17 responden 81,0. Terbangunnya suasana yang hangat antara penyuluh dan masyarakat akan menciptakan suatu hubungan yang harmonis dan dinamais diantara keduanya, yang berdampak pada terbangunnya suatu komunikasi yang efektif. Sehingga akan ada rasa saling keterkaitan dan saling membutuhkan antara penyuluh dan masyarakat. Tabel 14 Suasana yang Diciptakan Penyuluh Suasana yang Diciptkan Penyuluh Frekuensi Persentase Sangat Membaur 2 9,5 Membaur 19 90,5 Kurang Membaur 0,0 Tidak Membaur 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P12 FC 16 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendapat penyuluh dapat membaur dengan mereka pada saat kegiatan penyuluhan atau pun saat diskusi berlangsung yakni sebanyak 19 responden 90,5. Dengan membaurnya penyuluh dengan masyarakat akan membuat suasana diskusi menjadi nyaman sehingga proses penyampaian pesan kepada masyarakat akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Karena masyarakat merasa bahwa penyuluh dapat mengerti kebutuhan mereka dan dapat memberi solusi akan kebutuhan tersebut. Tabel 15 Frekuensi Pertemuan Kelompok Frekuensi Pertemuan Kelompok Frekuensi Persentase 7-8 kali 0,0 5-6 kali 0,0 3-4 kali 13 61,9 1-2 kali 8 38,1 Total 21 100,0 Sumber: P13 FC 17 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pertemuan kelompok antara responden dengan penyuluh untuk berdikusi mengenai bokashi berada pada kategori sedang yakni 3-4 kali sebanyak 13 responden 61,9. Frekuensi responden berdiskusi dengan penyuluh masih pada kategorii sedang, ini disebabkan oleh tingginya tingkat kesibukan dari responden sendiri sehingga agak sulit untuk dapat mengumpulkan mereka semua pada satu waktu yang sama untuk dapat berdiskusi mengenai bokashi tersebut. Sehingga penyuluh harus dapat berperan untuk dapat mencari waktu yang pas dan dapat mengumpulkan mereka semua. Tidak jarang penyuluh harus datang ke rumah atau sawah responden untuk menginformasikan jadwal diskusi kelompok yang akan dilaksankan agar kiranya responden dapat berpartisipasi didalamnya. Tabel 16 Peran Penyuluh dalam Pertemuan Kelompok Peran Penyuluh dalam Pertemuan Kelompok Frekuensi Persentase Sangat Berperan Besar 6 28,6 Berperan Besar 15 71,4 Kurang Berperan 0,0 Tidak Berperan 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P14 FC 18 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendapat penyuluh mempunyai peran yang besar dalam setiap pertemuan kelompok yang diadakan yakni sebanyak 15 responden 71,4. Dalam setiap pertemuan kelompok, penyuluh berperan sebagai pusat informasi bagi setiap responden yang ingin bertanya dan mempunyai masalah dalam pembuatan atau pun penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka. Tabel 17 Kegiatan yang dilakukan saat Pertemuan Kelompok Indikator Sangat Sering Sering Jarang Tidak Pernah Total F F F F F Memberikan Materi 2 9,5 19 90,5 – – – – 21 100 Menjadi Pemandu – – 21 100,0 – – – – 21 100 Memberikan Contoh – – 21 100,0 – – – – 21 100 Sumber: P15 FC 19, FC 20, FC 21 Dari tabel di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang apa saja kegiatan yang dilakukan penyuluh dalam setiap pertemuan kelompok: 1. Mayoritas responden menjawab sering terjadi kegiatan pemberian materi oleh penyuluh kepada responden setiap pertemuan kelompok dilakukan yakni sebanyak 19 responden 90,5. Dalam setiap pertemuan kelompok penyuluh berperan sebagai sumber informasi bagi masyarakat yang ingin tahu lebih banyak lagi tentang bokashi agar kiranya dapat lebih memaksimalkan pengadopsian bokashi pada usaha pertanian mereka. 2. Seluruh responden menjawab bahwa dalam setiap pertemuan kelompok, penyuluh sering berperan sebagai pemandu dalam pembuatan bokashi. Di sini penyuluh harus dapat menjelaskan secara rinci apa – apa saja yang dirasa perlu untuk diketahui oleh masyarakat. Penyuluh harus dapat mengarahkan dan membimbing masyarakat yang kurang mengerti mengenai cara pembuatan bokashi dengan seksama. Karena penyuluh harus mengerti bahwa keterbatasan informasi dapat menghambat proses pengadopsian suatu inovasi, apalagi bokashi merupakan suatu hal yang baru bagi mereka. Karena itu harus tetap ada pendampingan yang intensif dari penyuluh terhadap responden yang menjadi binaannya. 3. Seluruh responden menjawab bahwa dalam setiap pertemuan kelompok penyuluh sering memberikan contoh kepada mereka tentang bagaimana cara pembuatan bokashi yang benar dan bagaimana cara penggunaannya pada lahan pertanian. Pemberian contoh pada responden harus dilakukan karena suatu hal yang baru tanpa mereka melihat secara langsung bagaimana cara pembuatan dan penggunaannya, tentu mereka akan kurang tertarik untuk melakukannya. Namun apabila mereka dapat melihat sendiri secara langsung contoh nyatanya maka akan muncul ketertarikan untuk dapat mencoba sendiri. IV.3.3. Tingkat Adopsi Inovasi Tabel 18 Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Frekuensi Persentase Sangat Mengetahui 0,0 Mengetahui 0,0 Cukup Mengetahui 0,0 Tidak Mengetahui 21 100,0 Total 21 100,0 Sumber: P16 FC 22 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden menjawab mereka belum tahu sama sekali mengenai bokashi sebelum diadakannya kegiatan penyuluhan tersebut. Bokashi merupakan suatu inovasi yang bari bagi mereka dan informasi mengenai bokashi tersebut pertama kali mereka dapat dari kegiatan penyuluhan. Tabel 19 Sumber Pengetahuan tentang Bokashi Indikator Sangat Sering Sering Jarang Tidak Pernah Total F F F F F Keluarga – – – – – – 21 100 21 100 TemanKerabat – – – – – – 21 100 21 100 Aparat Desa – – – – – – 21 100 21 100 Radio – – – – – – 21 100,0 21 100 Penyuluh 1 4,8 20 95,2 – – – – 21 100 Lainnya – – – – – – 21 100,0 21 100 Sumber: P17 FC23, FC24, FC25, FC26, FC27, FC28 Pada tabel di atas dapat dilihat seluruh responden menjawab bahwa pengetahuan tentang pembuatan bokashi pertama kali mereka terima hanya dari penyuluh. Bokashi sebagai suatu inovasi memang baru pertama kali diperkenalkan di daerah ini oleh penyuluh dari PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Karena sebelumnya para responden sama sekali tidak mengenal adanya pupuk kompos seperti bokashi dan hanya bergantung pada pupuk kimia pabrikan dalam usaha pertanian mereka. Tabel 20 Pengaruh Penyuluhan Pengaruh Penyuluhan Frekuensi Persentase Sangat Menguntungkan 5 23,8 Menguntungkan 16 76,2 Kurang Menguntungkan 0,0 Tidak Menguntungkan 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P18 FC29 Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden berpendapat kegiatan penyuluhan bokashi menguntungkan bagi usaha pertanian mereka yakni sebanyak 16 responden 76,2. Responden yang selama ini hanya mengandalkan pupuk kimia saja merasa sangat terbantu dengan adanya bokashi sebagai pengganti pupuk kimia tersebut. Sehingga dengan hadirnya bokashi tersebut mereka tidak perlu terlalu bergantung lagi pada pupuk kimia. Tabel 21 Kecocokan dengan Nilai-Nilai di Masyarakat Kecocokan Bokashi dengan Nilai-Nilai di Masyarakat Frekuensi Persentase Sangat Sesuai 0,0 Sesuai 21 100,0 Kurang Sesuai 0,0 Tidak Sesuai 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P19 FC 30 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden berpendapat penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka sesuai dengan nilai – nilai yang ada di masyarakat daerah tersebut. Sesuainya penggunaan bokashi dengan nilai – nilai sosial di masyarakat akan mempermudah penyerapan suatu inovasi yang ada. Tabel 22 Kecocokan dengan Sistem Kepercayaan dan Adat Istiadat Masyarakat Kecocokan Bokashi dengan Kepercayaan dan Adat Setempat Frekuensi Persentase Sangat Sesuai 0,0 Sesuai 21 100,0 Kurang Sesuai 0,0 Tidak Sesuai 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P20 FC 31 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden berpendapat penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka sesuai dengan kepercayaan dan adat istiadat yang ada di masyarakat daerah tersebut. Masyarakat pedesaan yang kental dengan adat istiadatnya biasanya sulit untuk menerima suatu inovasi yang mereka anggap tidak sesuai dengan adat istiadat dan kebiasaan mereka sehari – hari. Sehingga sesuainya penggunaan bokashi dengan kepercayaan dan adat istiadat di masyarakat akan mempermudah penyerapan suatu inovasi yang ada. Tabel 23 Kecocokan dengan Kebutuhan Masyarakat Kecocokan Bokashi dengan Kebutuhan Masyarakat Frekuensi Persentase Sangat Sesuai 0,0 Sesuai 21 100,0 Kurang Sesuai 0,0 Tidak Sesuai 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P21 FC 32 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden menjawab penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka sesuai dengan kebutuhan mereka saat ini. Di tengah mahal dan langkanya pupuk kimia di pasaran, bokashi merupakan suatu solusi yang dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut. Tabel 24 Tingkat Kerumitan Penggunaan Bokashi Penggunaan Bokashi Frekuensi Persentase Sangat Rumit 0,0 Rumit 1 4,8 Cukup Rumit 2 9,5 Tidak Rumit 18 85,7 Total 21 100,0 Sumber: P22 FC 33 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka tidak sulit atau tidak rumit untuk dilakukan yakni sebanyak 18 responden 85,7. Tingkat kerumitan suatu inovasi sangat mempengaruhi penerimaan suatu inovasi pada masyarakat yang dituju. Semakin rendah tingkat kesulitannya maka akan semakin mempermudah penerimaan masyarakat akan inovasi tersebut. Tabel 25 Keputusan Untuk Mempraktekkan Bokashi Keputusan Untuk Mempraktekkan Bokashi Frekuensi Persentase Setelah Mendapat Penyuluhan 17 81,0 Setelah Mengamati Hasil Dari Orang Lain 4 19,0 Setelah Mengumpulkan Informasi lebih lanjut 0,0 Tidak akan Mempraktekan 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P23 FC 34 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden menjawab keputusan untuk mempraktekkan pembuatan bokashi tersebut dilakukan setelah mendapatkan penyuluhan yakni sebanyak 17 responden 81,0. Di sini dapat kita simpulkan bahwa ketertarikan para responden untuk mempraktekkan pembuatan bokashi berawal dari penerimaan informasi dari penyuluh maka para responden pun tergerak untuk mencoba membuat bokashi sendiri dan menerapkannya pada lahan pertanian mereka. Tabel 26 Efek Penggunaan Bokashi Setelah Menggunakan Bokashi Frekuensi Persentase Sangat Bermanfaat 3 14,3 Bermanfaat 18 85,7 Kurang Bermanfaat 0,0 Tidak Bermanfaat 0,0 Total 21 100,0 Sumber: P24 FC 35 Pada tabel di atas dapat dilihat mayoritas responden menjawab bahwa penggunaan bokashi bermanfaat bagi usaha pertanian mereka yakni sebanyak 18 responden 85,7. Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa pesan dari kegiatan penyuluhan tersebut yang berupa inovasi pembuatan bokashi telah berhasil menjangkau khalayak sasarannya, yang ditandai dengan diterapkannya inovasi tersebut dan orang yang menerapkan inovasi tersebut merasakan manfaatnya. Ini berarti bahwa bokashi sebagai suatu inovasi telah menjawab kebutuhan dari responden tersebut. Tabel 27 Konfirmasi Lanjutan Setelah Penyuluhan Indikator Sangat Sering Sering Jarang Tidak Pernah Total F F F F F Penyuluh – – 20 95,2 1 4,8 – – 21 100 Keluarga – – 20 95,2 1 4,8 – – 21 100 TemanKerabat – – 6 28,6 15 71,4 – – 21 100 Aparat Desa – – – – 16 76,2 5 23,8 21 100 Radio – – – – – – 21 100,0 21 100 Lainnya – – – – – – 21 100,0 21 100 Sumber: P25 FC36, FC37, FC38, FC39, FC40, FC41 Pada tabel di atas dapat dilihat mayoritas responden menjawab bahwa setelah mendapatkan informasi penyuluhan dan mempraktekkan pembuatan bokashi mereka masih sering berkomunikasi dengan penyuluh sebanyak 20 responden 90,2 dan berkomunikasi dengan keluarga sebanyak 20 responden 90,2. Komunikasi yang terjadi di sini lebih pada saling bertukar informasi dan berbagai pengalaman tentang proses pembuatan bokashi. Apakah itu berbagi pengalaman tentang kesuksesan atau pun masalah yang dihadapi selama proses pembuatan bokashi. Intensitas komunikasi yang terjadi dengan teman atau pun kepala desa berada pada kategori jarang, karena responden merasa lebih nyaman apabila berdiskusi dengan orang – orang terdekat mereka yakni keluarga dan orang yang memang betuk – betul paham mengenai masalah bokashi tersebut yakni dengan penyuluh.

IV.4 Analisis Tabel Silang

Penyajian analisis tabel silang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengaruh komunikasi penyuluhan pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi pada masyarakat di Kecamatan Parmaksian. Tidak seluruh item pertanyaan dari variabel x dan variabel y disilangkan dan dianalisa dalam bentuk tabel silang. Peneliti hanya menampilkan item-item penting variabel tersebut. Hasil analisa tabel silang tersebut dipaparkan pada tabel berikut: Tabel 28 Hubungan Antara Kegiatan Memberikan Materi oleh Penyuluh dalam Pertemuan Kelompok dengan Tingkat Kerumitan Penggunaan Bokashi Memberikan materi Tingkat Kerumitan Penggunaan Bokashi Total Tidak Rumit Cukup Rumit Rumit Sangat Rumit Sangat Sering 2 2 Sering 16 2 1 19 Jarang Tidak Pernah Sumber: P15FC19 dan P22FC33 Tabel 28 menjelaskan hubungan antara kegiatan memberikan materi oleh penyuluh dalam pertemuan kelompok dengan tingkat kerumitan penggunaan bokashi. Dari 19 responden terdapat responden yang menjawab bahwa kegiatan penyuluh yang memberikan materi dalam setiap pertemuan kelompok sering terjadi dan berpendapat bahwa pembuatan bokashi tidak rumit untuk dilakukan yakni ada sebanyak 16 responden. Sebanyak 2 responden yang menjawab bahwa dalam kegiatan pertemuan kelompok penyuluh sering memberikan materi dan berpendapat bahwa pembuatan bokashi cukup rumit untuk dilakukan. Sedangkan 1 responden menjawab bahwa dalam setiap pertemuan kelompok penyuluh sering memberikan materi dan berpendapat bahwa pembuatan bokashi tersebut rumit untuk dilakukan. Berikutnya ada 2 orang responden yang menjawab bahwa dalam setiap pertemuan kelompok penyuluh sangat sering memberikan materi dan berpendapat bahwa pembuatan bokashi tersebut tidak rumit untuk dilakukan. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa 85,7 responden berpendapat bahwa pembuatan bokashi tidak rumit untuk dilakukan setelah sering

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Tingkat Adopsi Terhadap Sistem Pertanian Terpadu (Sistem Integrasi Padi-Ternak) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan)

0 51 89

Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk

6 111 121

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

5 78 130

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB

5 57 183

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Peran Mediasi Kecepatan Inovasi untuk Me (1)

0 0 13

237413242 Paper Penyuluhan Adopsi Difusi Inovasi Pod Terhadap Dk

0 1 89