Komunikasi Penyuluhan Tabel 7 Analisa Tabel Tunggal
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pertemuan antara responden dengan penyuluh untuk berdikusi mengenai bokashi berada pada
kategori sedang yakni 3-4 kali sebanyak 12 responden 57,1. Frekuensi responden berdiskusi dengan penyuluh masih pada kategorii sedang, ini
disebabkan oleh tingginya tingkat kesibukan dari responden sendiri yang dari pagi sampai dengan sore hari mengerjai lahan pertanian mereka. Sehingga mereka
hanya berdiskusi dengan penyuluh pada waktu – waktu tertentu saja, seperti selepas pulang dari bertani atau pada hari minggu.
Tabel 8 Suasana pada saat Dialog Langsung
Indikator Sangat
Sering Sering
Jarang Tidak Pernah
Total F
F F
F F
Terjadi Pertukaran Ide
1 4,8
17 81,0
3 14,3
– –
21 100
Berbagi Pengalaman
1 4,8
20 95,2
– –
– –
21 100
Mendengarkan Pandangan
Masing-masing 1
4,8 17
81,0 3
14,3 –
– 21
100
Sumber: P6 FC 8, FC 9, FC 10
Pada tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam setiap dialog langsung antara responden dan penyuluh telah terjadi proses pertukaran informasi
dimana antara penyuluh dan responden saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan mendengarkan pandangan masing – masing. Suatu proses
komunikasi yang efektif tentunya dapat terjadi apabila antara kedua belah pihak saling bertukar ide secara timbal balik dan diantara keduanya memiliki persepsi
yang sama akan pesan yang disampaikan. Inovasi sebagai sebuah gagasan atau barang yang dianggap baru tentunya hanya dapat disampaikan oleh penyuluh
kepada responden dengan suatu pola komunikasi yang efektif. Dimana diantara keduanya sama – sama memiliki keterkaitan dan berusaha untuk dapat menjawab
suatu kebutuhan yang ada.
Tabel 9 Sikap Penyuluh saat Diskusi
Sikap Penyuluh saat Diskusi
Frekuensi Persentase
Sangat Ramah 5
23,8 Ramah
16 76,2
Kurang Ramah 0,0
Tidak Ramah 0,0
Total 21
100,0
Sumber: P7 FC 11
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendapat sikap penyuluh pada saat kegiatan diskusi berlangsung menunjukkan sikap yang
ramah yakni sebanyak 16 responden 76,2. Sikap ramah yang ditunjukkan oleh penyuluh pada saat proses diskusi berlangsung memang sangat dibutuhkan untuk
dapat menarik simpati dari masyarakat yang menjadi objek penyuluhannya. Dengan munculnya rasa simpati dari masyarakat maka akan memperlancar proses
penyuluhan dan proses adopsi inovasi juga dapat berjalan dengan baik.
Tabel 10 Kemampuan Penyuluh Menempatkan Diri
Kemampuan Penyuluh Menempatkan Diri
Frekuensi Persentase
Sangat Mampu Menempatkan Diri
2 9,5
Mampu Menempatkan Diri 19
90,5 Kurang Mampu Menempatkan
Diri 0,0
Tidak Mampu Menempatkan Diri
0,0 Total
21 100,0
Sumber: P8 FC 12
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab penyuluh mampu menempatkan diri mereka saat sedang menyampaikan informasi
penyuluhan yakni sebanyak 19 responden 90,5. Kemampuan penyuluh dalam menempatkan dirinya menyatu dengan masyarakat akan berdampak pada
lancarnya proses penyampaian informasi dari penyuluh kepada masyarakat. Dimana penyuluh dapat merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat dan dapat
mengerti kebutuhan dari masyarakat itu sendiri, atau dalam hal ini dalam bidang pertanian.
Tabel 11 Intensitas Diskusi
Bertanya Saat Ada Masalah Frekuensi
Persentase
Sangat Sering 2
9,5 Sering
11 52,4
Jarang 8
38,1 Tidak Pernah
0,0 Total
21 100,0
Sumber: P9FC 13
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab sering dalam hal bertanya kepada penyuluh pada saat mengalami masalah atau
kesulitan dalam pembuatan dan penggunaan bokashi yakni sebanyak 11 responden52,4. Tingginya keinginan responden yang bertanya mengenai
masalah bokashi pada penyuluh menandakan besarnya keinginan dari responden untuk tahu lebih banyak mengenai bokashi dan mengaplikasikannya pada lahan
pertanian mereka.
Tabel 12 Hubungan yang Diciptakan
Hubungan yang Diciptakan Penyuluh
Frekuensi Persentase
Sangat Akrab 4
19,0 Akrab
17 81,0
Kurang Akrab 0,0
Tidak Akrab 0,0
Total 21
100,0
Sumber: P10 FC 14
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendapat penyuluh dapat menciptakan hubungan yang akrab pada saat kegiatan penyuluhan
atau pun saat berdiskusi tentang bokashi yakni sebanyak 17 responden 81,0. Dengan terciptanya suasana yang akrab antara penyuluh dan masyarakat maka
akan menciptakan suatu komunikasi yang efektif dan saling menguatkan satu sama lainnya.
Tabel 13 Kemampuan Membangun Suasana Hangat
Kemampuan Penyuluh Membangun Suasana
Hangat Frekuensi
Persentase
Sangat Akrab 4
19,0 Akrab
17 81,0
Kurang Akrab 0,0
Tidak Akrab 0,0
Total 21
100,0
Sumber: P11 FC 15
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab penyuluh mampu membangun suasana yang hangat dengan masyarakat pada saat
penyuluhan atau pun saat berdiskusi mengenai bokashi yakni sebesar 17 responden 81,0. Terbangunnya suasana yang hangat antara penyuluh dan
masyarakat akan menciptakan suatu hubungan yang harmonis dan dinamais diantara keduanya, yang berdampak pada terbangunnya suatu komunikasi yang
efektif. Sehingga akan ada rasa saling keterkaitan dan saling membutuhkan antara penyuluh dan masyarakat.
Tabel 14 Suasana yang Diciptakan Penyuluh
Suasana yang Diciptkan Penyuluh
Frekuensi Persentase
Sangat Membaur 2
9,5 Membaur
19 90,5
Kurang Membaur 0,0
Tidak Membaur 0,0
Total 21
100,0
Sumber: P12 FC 16
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendapat penyuluh dapat membaur dengan mereka pada saat kegiatan
penyuluhan atau pun saat diskusi berlangsung yakni sebanyak 19 responden 90,5. Dengan membaurnya penyuluh dengan masyarakat akan membuat
suasana diskusi menjadi nyaman sehingga proses penyampaian pesan kepada masyarakat akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Karena masyarakat
merasa bahwa penyuluh dapat mengerti kebutuhan mereka dan dapat memberi solusi akan kebutuhan tersebut.
Tabel 15 Frekuensi Pertemuan Kelompok
Frekuensi Pertemuan Kelompok
Frekuensi Persentase
7-8 kali 0,0
5-6 kali 0,0
3-4 kali 13
61,9 1-2 kali
8 38,1
Total 21
100,0
Sumber: P13 FC 17
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pertemuan kelompok antara responden dengan penyuluh untuk berdikusi mengenai bokashi berada pada
kategori sedang yakni 3-4 kali sebanyak 13 responden 61,9. Frekuensi responden berdiskusi dengan penyuluh masih pada kategorii sedang, ini
disebabkan oleh tingginya tingkat kesibukan dari responden sendiri sehingga agak sulit untuk dapat mengumpulkan mereka semua pada satu waktu yang sama untuk
dapat berdiskusi mengenai bokashi tersebut. Sehingga penyuluh harus dapat berperan untuk dapat mencari waktu yang pas dan dapat mengumpulkan mereka
semua. Tidak jarang penyuluh harus datang ke rumah atau sawah responden untuk menginformasikan jadwal diskusi kelompok yang akan dilaksankan agar kiranya
responden dapat berpartisipasi didalamnya.
Tabel 16 Peran Penyuluh dalam Pertemuan Kelompok
Peran Penyuluh dalam Pertemuan Kelompok
Frekuensi Persentase
Sangat Berperan Besar 6
28,6 Berperan Besar
15 71,4
Kurang Berperan 0,0
Tidak Berperan 0,0
Total 21
100,0
Sumber: P14 FC 18
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendapat penyuluh mempunyai peran yang besar dalam setiap pertemuan
kelompok yang diadakan yakni sebanyak 15 responden 71,4. Dalam setiap pertemuan kelompok, penyuluh berperan sebagai pusat informasi bagi setiap
responden yang ingin bertanya dan mempunyai masalah dalam pembuatan atau pun penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka.
Tabel 17 Kegiatan yang dilakukan saat Pertemuan Kelompok
Indikator Sangat Sering
Sering Jarang
Tidak Pernah Total
F F
F F
F Memberikan
Materi 2
9,5 19
90,5 –
– –
– 21
100 Menjadi Pemandu
– –
21 100,0
– –
– –
21 100
Memberikan Contoh
– –
21 100,0
– –
– –
21 100
Sumber: P15 FC 19, FC 20, FC 21
Dari tabel di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang apa saja kegiatan yang dilakukan penyuluh dalam setiap pertemuan kelompok:
1. Mayoritas responden menjawab sering terjadi kegiatan pemberian materi oleh
penyuluh kepada responden setiap pertemuan kelompok dilakukan yakni sebanyak 19 responden 90,5. Dalam setiap pertemuan kelompok penyuluh
berperan sebagai sumber informasi bagi masyarakat yang ingin tahu lebih banyak lagi tentang bokashi agar kiranya dapat lebih memaksimalkan
pengadopsian bokashi pada usaha pertanian mereka. 2.
Seluruh responden menjawab bahwa dalam setiap pertemuan kelompok, penyuluh sering berperan sebagai pemandu dalam pembuatan bokashi. Di sini
penyuluh harus dapat menjelaskan secara rinci apa – apa saja yang dirasa perlu untuk diketahui oleh masyarakat. Penyuluh harus dapat mengarahkan dan
membimbing masyarakat yang kurang mengerti mengenai cara pembuatan bokashi dengan seksama. Karena penyuluh harus mengerti bahwa keterbatasan
informasi dapat menghambat proses pengadopsian suatu inovasi, apalagi bokashi merupakan suatu hal yang baru bagi mereka. Karena itu harus tetap
ada pendampingan yang intensif dari penyuluh terhadap responden yang menjadi binaannya.
3. Seluruh responden menjawab bahwa dalam setiap pertemuan kelompok
penyuluh sering memberikan contoh kepada mereka tentang bagaimana cara pembuatan bokashi yang benar dan bagaimana cara penggunaannya pada lahan
pertanian. Pemberian contoh pada responden harus dilakukan karena suatu hal yang baru tanpa mereka melihat secara langsung bagaimana cara pembuatan
dan penggunaannya, tentu mereka akan kurang tertarik untuk melakukannya.
Namun apabila mereka dapat melihat sendiri secara langsung contoh nyatanya maka akan muncul ketertarikan untuk dapat mencoba sendiri.
IV.3.3. Tingkat Adopsi Inovasi
Tabel 18 Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Frekuensi Persentase
Sangat Mengetahui 0,0
Mengetahui 0,0
Cukup Mengetahui 0,0
Tidak Mengetahui 21
100,0 Total
21 100,0
Sumber: P16 FC 22
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden menjawab mereka belum tahu sama sekali mengenai bokashi sebelum diadakannya kegiatan
penyuluhan tersebut. Bokashi merupakan suatu inovasi yang bari bagi mereka dan informasi mengenai bokashi tersebut pertama kali mereka dapat dari kegiatan
penyuluhan.
Tabel 19 Sumber Pengetahuan tentang Bokashi
Indikator Sangat Sering
Sering Jarang
Tidak Pernah Total
F F
F F
F Keluarga
– –
– –
– –
21 100
21 100
TemanKerabat –
– –
– –
– 21
100 21
100 Aparat Desa
– –
– –
– –
21 100
21 100
Radio –
– –
– –
– 21
100,0 21
100 Penyuluh
1 4,8
20 95,2
– –
– –
21 100
Lainnya –
– –
– –
– 21
100,0 21
100
Sumber: P17 FC23, FC24, FC25, FC26, FC27, FC28
Pada tabel di atas dapat dilihat seluruh responden menjawab bahwa pengetahuan tentang pembuatan bokashi pertama kali mereka terima hanya dari
penyuluh. Bokashi sebagai suatu inovasi memang baru pertama kali diperkenalkan di daerah ini oleh penyuluh dari PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Karena
sebelumnya para responden sama sekali tidak mengenal adanya pupuk kompos seperti bokashi dan hanya bergantung pada pupuk kimia pabrikan dalam usaha
pertanian mereka.
Tabel 20 Pengaruh Penyuluhan
Pengaruh Penyuluhan Frekuensi
Persentase
Sangat Menguntungkan 5
23,8 Menguntungkan
16 76,2
Kurang Menguntungkan 0,0
Tidak Menguntungkan 0,0
Total 21
100,0
Sumber: P18 FC29
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden berpendapat kegiatan penyuluhan bokashi menguntungkan bagi usaha pertanian
mereka yakni sebanyak 16 responden 76,2. Responden yang selama ini hanya mengandalkan pupuk kimia saja merasa sangat terbantu dengan adanya bokashi
sebagai pengganti pupuk kimia tersebut. Sehingga dengan hadirnya bokashi tersebut mereka tidak perlu terlalu bergantung lagi pada pupuk kimia.
Tabel 21 Kecocokan dengan Nilai-Nilai di Masyarakat
Kecocokan Bokashi dengan Nilai-Nilai di Masyarakat
Frekuensi Persentase
Sangat Sesuai 0,0
Sesuai 21
100,0 Kurang Sesuai
0,0 Tidak Sesuai
0,0 Total
21 100,0
Sumber: P19 FC 30
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden berpendapat penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka sesuai dengan nilai – nilai yang
ada di masyarakat daerah tersebut. Sesuainya penggunaan bokashi dengan nilai – nilai sosial di masyarakat akan mempermudah penyerapan suatu inovasi
yang ada.
Tabel 22 Kecocokan dengan Sistem Kepercayaan dan Adat Istiadat Masyarakat
Kecocokan Bokashi dengan Kepercayaan dan Adat
Setempat Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai 0,0
Sesuai 21
100,0 Kurang Sesuai
0,0 Tidak Sesuai
0,0 Total
21 100,0
Sumber: P20 FC 31
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden berpendapat penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka sesuai dengan kepercayaan dan
adat istiadat yang ada di masyarakat daerah tersebut. Masyarakat pedesaan yang kental dengan adat istiadatnya biasanya sulit untuk menerima suatu inovasi yang
mereka anggap tidak sesuai dengan adat istiadat dan kebiasaan mereka sehari – hari. Sehingga sesuainya penggunaan bokashi dengan kepercayaan dan
adat istiadat di masyarakat akan mempermudah penyerapan suatu inovasi yang ada.
Tabel 23 Kecocokan dengan Kebutuhan Masyarakat
Kecocokan Bokashi dengan Kebutuhan Masyarakat
Frekuensi Persentase
Sangat Sesuai 0,0
Sesuai 21
100,0 Kurang Sesuai
0,0 Tidak Sesuai
0,0 Total
21 100,0
Sumber: P21 FC 32
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden menjawab penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka sesuai dengan kebutuhan
mereka saat ini. Di tengah mahal dan langkanya pupuk kimia di pasaran, bokashi merupakan suatu solusi yang dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut.
Tabel 24 Tingkat Kerumitan Penggunaan Bokashi
Penggunaan Bokashi Frekuensi
Persentase
Sangat Rumit 0,0
Rumit 1
4,8 Cukup Rumit
2 9,5
Tidak Rumit 18
85,7 Total
21 100,0
Sumber: P22 FC 33
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab penggunaan bokashi pada lahan pertanian mereka tidak sulit atau tidak rumit
untuk dilakukan yakni sebanyak 18 responden 85,7. Tingkat kerumitan suatu inovasi sangat mempengaruhi penerimaan suatu inovasi pada masyarakat yang
dituju. Semakin rendah tingkat kesulitannya maka akan semakin mempermudah penerimaan masyarakat akan inovasi tersebut.
Tabel 25 Keputusan Untuk Mempraktekkan Bokashi
Keputusan Untuk Mempraktekkan Bokashi
Frekuensi Persentase
Setelah Mendapat Penyuluhan
17 81,0
Setelah Mengamati Hasil Dari Orang Lain
4 19,0
Setelah Mengumpulkan Informasi lebih lanjut
0,0 Tidak akan Mempraktekan
0,0 Total
21 100,0
Sumber: P23 FC 34
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden menjawab keputusan untuk mempraktekkan pembuatan bokashi tersebut dilakukan setelah
mendapatkan penyuluhan yakni sebanyak 17 responden 81,0. Di sini dapat kita simpulkan bahwa ketertarikan para responden untuk mempraktekkan
pembuatan bokashi berawal dari penerimaan informasi dari penyuluh maka para responden pun tergerak untuk mencoba membuat bokashi sendiri dan
menerapkannya pada lahan pertanian mereka.
Tabel 26 Efek Penggunaan Bokashi
Setelah Menggunakan Bokashi
Frekuensi Persentase
Sangat Bermanfaat 3
14,3 Bermanfaat
18 85,7
Kurang Bermanfaat 0,0
Tidak Bermanfaat 0,0
Total 21
100,0
Sumber: P24 FC 35
Pada tabel di atas dapat dilihat mayoritas responden menjawab bahwa penggunaan bokashi bermanfaat bagi usaha pertanian mereka yakni sebanyak
18 responden 85,7. Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa pesan dari kegiatan penyuluhan tersebut yang berupa inovasi pembuatan bokashi
telah berhasil menjangkau khalayak sasarannya, yang ditandai dengan diterapkannya inovasi tersebut dan orang yang menerapkan inovasi tersebut
merasakan manfaatnya. Ini berarti bahwa bokashi sebagai suatu inovasi telah menjawab kebutuhan dari responden tersebut.
Tabel 27 Konfirmasi Lanjutan Setelah Penyuluhan
Indikator Sangat Sering
Sering Jarang
Tidak Pernah Total
F F
F F
F Penyuluh
– –
20 95,2
1 4,8
– –
21 100
Keluarga –
– 20
95,2 1
4,8 –
– 21
100 TemanKerabat
– –
6 28,6
15 71,4
– –
21 100
Aparat Desa –
– –
– 16
76,2 5
23,8 21
100 Radio
– –
– –
– –
21 100,0
21 100
Lainnya –
– –
– –
– 21
100,0 21
100
Sumber: P25 FC36, FC37, FC38, FC39, FC40, FC41
Pada tabel di atas dapat dilihat mayoritas responden menjawab bahwa setelah mendapatkan informasi penyuluhan dan mempraktekkan pembuatan
bokashi mereka masih sering berkomunikasi dengan penyuluh sebanyak 20 responden 90,2 dan berkomunikasi dengan keluarga sebanyak
20 responden 90,2. Komunikasi yang terjadi di sini lebih pada saling bertukar informasi dan berbagai pengalaman tentang proses pembuatan bokashi. Apakah
itu berbagi pengalaman tentang kesuksesan atau pun masalah yang dihadapi selama proses pembuatan bokashi. Intensitas komunikasi yang terjadi dengan
teman atau pun kepala desa berada pada kategori jarang, karena responden merasa lebih nyaman apabila berdiskusi dengan orang – orang terdekat mereka yakni
keluarga dan orang yang memang betuk – betul paham mengenai masalah bokashi tersebut yakni dengan penyuluh.