Tahap Pelaksanaan Implementation Tahap Konfirmasi Confirmation

– Praktik sebelumnya – Perasaan akan kebutuhan – Keinovatifan – Norma dalam sistem sosial Proses keputusan inovasi memiliki beberapa tipe yakni: a Otoritas adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan. b Individual adalah keputusan dimana individu yang bersangkutan mengambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual terbagi menjadi dua macam, yakni: – Keputusan opsional adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan yang dibuat oleh anggota sistem. – Keputusan kolektif adalah keputusan dibuat oleh individu melalui konsesnsus dari sebuah sistem sosial. c Kontingen adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan yang mendahuluinya.

4. Tahap Pelaksanaan Implementation

Tahapan ini hanya akan ada jika pada tahap sebelumnya, individu atau partisipan memilih untuk mengadopsi inovasi baru tersebut. Dalam tahap ini, individu akan menggunakan inovasi tersebut. Jika ditahapan sebelumnya proses yang terjadi lebih kepada mental exercise yakni berpikir dan memutuskan, dalam tahap pelaksanaan ini proses yang terjadi lebih ke arah perubahan tingkah laku sebagai bentuk dari penggunaan inovasi atau ide baru tersebut.

5. Tahap Konfirmasi Confirmation

Tahap terakhir ini adalah tahapan dimana individu akan mengevaluasi dan memutuskan untuk terus menggunakan inovasi baru tersebut atau menyudahinya. Selain itu, individu akan mencari penguatan atas keputusan yang telah ia ambil sebelumnya. Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi. II.3.7. Bokashi Sebagai Suatu Inovasi Bokashi merupakan suatu inovasi dari bidang pertanian khususnya dalam hal pupuk organik. Bokashi berasal dari bahasa Jepang yang artinya bahan – bahan organik yang sudah diuraikan difermentasi. Pupuk bokashi merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang terbuat dari campuran antara bahan – bahan organik dan pupuk kandang yang difermentasi atau didekomposisi oleh mikroorganisme. Hadirnya bokashi sebagai suatu inovasi baru dalam bidang pertanian organik tidak terlepas dari peran seorang ilmuwan besar Jepang bernama Teruo Higa yang melalui teknologi effective microorganism EM ciptaannya menjadi bahan dasar utama dalam pembuatan bokashi yang manfaatnya sangat dirasakan oleh para petani saat ini. Keunggulan bokashi bila dibandingkan dengan kompos atau pun pupuk kimia sendiri dirasa lebih unggul, karena kandungan unsur hara dalam pupuk bokashi lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan unsur hara pada pupuk kimia atau pun kompos itu sendiri. Begitu pula dengan bahan untuk pembuatan bokashi, dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian. Adapun bahan organik yang bisa digunakan dalam pembuatan bokashi adalah jerami, sekam, daun – daunan, rumput – rumputan, limbah organik pengolah pabrik jagung dan masih banyak lagi yang lainnya. Perlakuan yang umum dilakukan berupa penciptaan lingkungan makro yang dikondisikan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Perlakuan fermentasi dapat dipercepat dengan cara penambahan mikroorganisme dekomposer atau aktifator. Dalam proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit gandum dan batang jagung . Mikroorganisme starter umumnya berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan sampah dapur dan mempercepat pembusukan materi organik. Umumnya pengomposan berlangsung selama 10 – 14 hari. Kompos yang dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya, kompos bokashi akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya namun lebih pucat. Pembusukan akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di dalam tanah. Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan sebelum material organik diberikan ke alam. Pupuk Bokashi, menurut Wididana, et al. 1996 dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan Cahyani, 2003. Dari segi biaya, pupuk ini memiliki nilai jual yang baik dan lebih murah dibandingkan pupuk kimia. Karena materi yang digunakan berasal dari limbah, maka biaya bahan baku dapat ditekan, sehingga biaya produksi tidak besar. II.4. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan II.4.1. Pengertian Penyuluh Sebagai Agen Perubahan

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Tingkat Adopsi Terhadap Sistem Pertanian Terpadu (Sistem Integrasi Padi-Ternak) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan)

0 51 89

Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk

6 111 121

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

5 78 130

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB

5 57 183

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Peran Mediasi Kecepatan Inovasi untuk Me (1)

0 0 13

237413242 Paper Penyuluhan Adopsi Difusi Inovasi Pod Terhadap Dk

0 1 89