Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima atau mengadopsi inovasi penyuluhan melalui tindakan nyata yakni mau mencoba menerapkan dan memakai pupuk Bokashi dalam kegiatan pertaniannya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanakah komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “sejauhmana metode komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir ?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Penelitian terbatas pada pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. 2. Inovasi yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bokashi yang merupakan inovasi dalam bidang pertanian. 3. Objek penelitian adalah masyarakat di Desa Sosorladang, Desa Siruar dan Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian yang ikut dalam acara penyuluhan tentang pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. 4. Masyarakat yang dijadikan sebagai objek penelitian atau sampel adalah masyarakat yang minimal tiga kali ikut dalam kegiatan penyuluhan, baik dalam pertemuan besar atau pun pertemuan kecil tatap muka. 5. Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 2011 sampai dengan selesai. I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tanggapan peserta penyuluhan terhadap pelaksanaan penyuluhan pembuatan Bokashi yang dilakukan oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. 2. Untuk mengetahui pengaruh metode komunikasi penyuluhan tentang pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai komunikasi penyuluhan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan kontribusi kepada mahasiswa atau pihak – pihak yang memberikan perhatian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan komunikasi penyuluhan. 3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya komunikasi penyuluhan.

I.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggunakan dari sudut pandang mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk konsep, defenisi dan preposisi yang menggunakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat,2004:6. Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori – teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi Pembangunan, Komunikasi Penyuluhan, dan Teori Difusi Inovasi.

I.5.1. Komunikasi Pembangunan

Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Komunikasi pembangunan harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan. Konsep komunikasi pembangunan sangat membuka peluang untuk mendorong komunikasi intensif melalui dialog dengan kelompok – kelompok strategis dalam rangka membangun kemitraan untuk mempengaruhi kebijakan publik sebelum diputuskan. Berbagai kelompok yang perlu dilibatkan dalam kemitraan antara lain Perguruan Tinggi, LSM, pers dan berbagai elemen pendukung pembangunan lainnya. Agar komunikasi pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi yang menjadi rujukan dari pelaku – pelaku pembangunan maupun pihak – pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi dan koordinasi pembangunan secara terpadu. Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal – balik diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedang dalam arti yang sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan – keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan adalah merupakan proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat Effendy, 2005: 92. Komunikasi pembangunan menganut prinsip – prinsip modernisasi dalam pembangunan, dengan tidak lagi memposisikan pemerintah lebih tinggi daripada rakyat yang hanya membentuk pola komunikasi top down. Karena di negara yang menganut sistem politik terbuka, sebagaimana yang menjadi tuntutan dan cita – cita era reformasi ini idealnya memandang rakyat dalam posisi setara. Pola komunikasi yang relevan adalah bottom up dan horizontal. Dengan pola tersebut maka proses pembangunan sejak perencanaan dapat dilakukan secara bersama dengan melibatkan semua pihak baik obyek, pelaku, maupun fasilitator. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka perbedaan latar belakang dan kepentingan tidak lagi menjadi penghambat pembangunan.

I.5.2. Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi penyuluhan adalah suatu proses penyampaian informasi kepada khalayak yang terkait, secara terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam rangka mengubah sikap, pendapat, dan perilaku khlayak sasaran. Bahwa proses komunikasi yang dilakukan tidak semata – mata berpindahnya informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikannya, tetapi bagaimana pesan tersebut dapat dimengerti oleh khalayak. Sehingga muncul kesadaran, minat dan keinginan untuk mencoba dan menerapkan informasi atau pesan yang diterima oleh khalayak atau komunikan tersebut. Sesuai dengan fungsi penyuluhan itu sendiri yakni untuk menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa dijalankan oleh khalayak sasaran dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang, yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran penyuluhan tersebut. Penyuluhan merupakan proses komunikasi sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seseorang individu komunikator menyampaikan lambang – lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Dengan demikian dalam proses penyuluhan banyak faktor yang harus diperhatikan oleh penyuluh. Seorang penyuluh harus terampil dalam mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah media massa, baik cetak maupun elektronik, pendekatan dalam bentuk komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi Nasution,1990:10. Penyuluhan sebagai suatu proses komunikasi erat kaitannya dengan konsep dari komunikasi pembanguan. Karena proses komunikasi yang terjadi dalam penyuluhan terdapat nilai – nilai yang disampaikan kepada khalayak yang hasil akhirnya diharapkan dapat merubah pola pikir dan meningkatkan taraf hidup khalayaknya secara khusus. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara pemerintah dengan masyarakat. Sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi penyuluhan yang berasal dari pihak yang memprakarsai dan ditujukan dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan tersebut Nasution,1990:10. Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal – hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal – hal pokok berikut ini Nasution, 1990:10 : 1. Masalah yang dihadapi 2. Siapa yang disuluh 3. Apa tujuan objectivities yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan 4. Pengembangan pesan 5. Metoda atau saluran yang digunakan 6. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau bulit-in di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud. Dengan adanya komunikasi penyuluhan diharapkan akan terjadi perubahan – perubahan, terutama pada perilaku serta bentuk – bentuk kegiatan dari orang yang disuluh, seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarga maupun lingkungannya. Untuk dapat mencapai tujuan dari suatu penyuluhan maka diperlukan faktor – faktor pendukung agar efektifnya penyuluhan tersebut. Adapun faktor – faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut Santiana, 2005:48 – 56 : a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni : 1. Pendekatan Perorangan Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebaginya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu. 2. Pendekatan Kelompok Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. 3. Pendekatan Massal Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi. b. Media Penyuluhan Metode penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda sampel, model tiruan, barang cetakan brosur, poster, photo, leaflet, sheet, gambar diproyeksikan slide, film, film-strip, video, movie-film dan lambang grafika grafik batang dan garis, diagram, skema, peta. c. Materi Penyuluhan Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell Mulyana,2005:63 mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna gagasan, ide, dan nilai, simbol yang digunakan bahasa atau kata – kata dan bentuk pesan verbal dan nonverbal. Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. d. Waktu dan Tempat Penyuluhan Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

I.5.3. Teori Difusi Inovasi

Teori ini dapat dikatagorikan ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam merubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru. Menurut Rogers dan Shoemaker 1971, studi difusi mengkaji pesan-pesan yang disampaikan itu menyangkut hal-hal yang dianggap baru maka di pihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu yang menyebabkan perilaku berbeda pada penerima pesan Nasution,1992:63. Pada masyarakat, khususnya di negara berkembang penyebarluasan inovasi terjadi terus menerus dari satu tempat ke tempat lain, dari bidang tertentu ke bidang lain. Difusi inovasi sebagai gejala kemasyarakatan yang berlangsung bersamaan dengan perubahan sosial yang terjadi, bahkan menyebabkan suatu hubungan sebab – akibat. Penyebarluasan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, dan perubahan sosial pun meransang orang untuk menemukan dan menyebarkan hal – hal yang baru. Masuknya inovasi ke tengah-tengah sistem sosial disebabkan terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat, antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, dan penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi. Dalam proses penyebarluasan inovasi unsur – unsur utama yang terdiri dari Rogers dan Shoemaker,1971 : 1. Adanya suatu inovasi. 2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu. 3. Dalam suatu jangka waktu tertentu. 4. Di antara para anggota suatu sistem sosial. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa segala sesuatu, baik dalam bentuk ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat dikatakan sebagai suatu inovasi. Pengertian baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakan inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika suatu hal dipandang baru bagi seseorang maka hal itu merupakan inovasi. Havelock 1973 menyatakan bahwa, inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya Nasution,1992:65. Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu komponen ide dan komponen objek aspek material atau produk fisik dari ide. Penerimaan terhadap suatu inovasi yang memiliki dua komponen tersebut, memerlukan adopsi yang berupa tindakan, tetapi untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide saja, penerimaannya pada hakekatnya perlu merupakan suatu putusan simbolik. Pandangan masyarakat terhadap penyebarluasan inovasi memiliki lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara baru, yaitu Nasution,1992:66 : 1 Keuntungan relatif, apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya? 2 Keserasian, apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dulu diperkenalkan? begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat – istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan? 3 Kerumitan, apakah inovasi tersebut rumit? pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit, karena selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban. 4 Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran skala kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan. 5 Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak. Kelima atribut di atas menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi yang didifusikan di tengah-tengah masyarakat. Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidaklah terjadi secara serempak tetapi berbeda – beda sesuai dengan pengetahuannya dan kesiapan menerima hal-hal tersebut. Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker Purba, 2006:57 – 58 memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi empat tahap yaitu : 1. Pengetahuan yakni mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi. 2. Persuasi yakni menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut. 3. Keputusan yakni terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak. 4. Implementasi yakni melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai sesuatu inovasi. 5. Konfirmasi yakni mencari penguatan bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat mengubah keputusan tersebut.

I.5.4. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan

Usaha – usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Orang – orang itu dalam kepustakaan ilmu – ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent of Change Agen Perubahan. Pada penelitian ini yang menjadi agen perubahan adalah staf humas PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang mempengaruhi suatu putusan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial Dilla, 2007:144. Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan credibility, daya tarik attractive, dan kekuatan power Cangara, 2000:95-100. a. Kepercayaan Credibility Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak penerima. James McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi competence, sikap character, tujuan intention, kepribadian personality, dan dinamika dynamism. Kompetensi adalah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikatorapakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal – hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan. b. Daya Tarik Attractive Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibiltas. Faktor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan similarity, dikenal baik familiarity, disukai liking, dan fisiknya physic. c. Kekuatan Power Kekuataan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa Nawawi,1995: 40. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun,1995: 57. Dengan demikian kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas X Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya faktor atau unsur yang lain Nawawi, 1997: 40. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi penyuluhan. b. Variabel Terikat Y Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Kriyantono, 2008:21. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi inovasi.

I.7. Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Tingkat Adopsi Terhadap Sistem Pertanian Terpadu (Sistem Integrasi Padi-Ternak) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan)

0 51 89

Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk

6 111 121

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

5 78 130

Corporate Social Responsibility Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility terhadap Citra Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Toba Samosir)

2 65 145

Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Adopsi KB

5 57 183

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Peran Mediasi Kecepatan Inovasi untuk Me (1)

0 0 13

237413242 Paper Penyuluhan Adopsi Difusi Inovasi Pod Terhadap Dk

0 1 89