Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar
masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar
penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima atau mengadopsi inovasi
penyuluhan melalui tindakan nyata yakni mau mencoba menerapkan dan memakai pupuk Bokashi dalam kegiatan pertaniannya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanakah komunikasi penyuluhan pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.
berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan
Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : “sejauhmana metode komunikasi penyuluhan pembuatan
Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir ?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti sebagai berikut :
1. Penelitian terbatas pada pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan
oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. 2.
Inovasi yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bokashi yang merupakan inovasi dalam bidang pertanian.
3. Objek penelitian adalah masyarakat di Desa Sosorladang, Desa Siruar
dan Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian yang ikut dalam acara penyuluhan tentang pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.
4. Masyarakat yang dijadikan sebagai objek penelitian atau sampel adalah
masyarakat yang minimal tiga kali ikut dalam kegiatan penyuluhan, baik dalam pertemuan besar atau pun pertemuan kecil tatap muka.
5. Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 2011 sampai
dengan selesai.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui tanggapan peserta penyuluhan terhadap pelaksanaan penyuluhan
pembuatan Bokashi
yang dilakukan
oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.
2. Untuk mengetahui pengaruh metode komunikasi penyuluhan tentang
pembuatan bokashi terhadap tingkat adopsi inovasi masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya
mengenai komunikasi penyuluhan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi
sumbangan pikiran dan kontribusi kepada mahasiswa atau pihak – pihak yang memberikan perhatian terhadap pengetahuan yang berhubungan
dengan komunikasi penyuluhan. 3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya komunikasi penyuluhan.
I.5 Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggunakan
dari sudut pandang mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk konsep,
defenisi dan preposisi yang menggunakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut Rakhmat,2004:6. Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun
teori – teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi Pembangunan, Komunikasi Penyuluhan, dan Teori Difusi Inovasi.
I.5.1. Komunikasi Pembangunan
Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan
pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Komunikasi
pembangunan harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan
sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan. Konsep komunikasi pembangunan sangat membuka peluang untuk
mendorong komunikasi intensif melalui dialog dengan kelompok – kelompok strategis dalam rangka membangun kemitraan untuk mempengaruhi kebijakan
publik sebelum diputuskan. Berbagai kelompok yang perlu dilibatkan dalam kemitraan antara lain Perguruan Tinggi, LSM, pers dan berbagai elemen
pendukung pembangunan lainnya. Agar komunikasi pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi yang menjadi rujukan
dari pelaku – pelaku pembangunan maupun pihak – pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi dan
koordinasi pembangunan secara terpadu. Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang luas dan
terbatas. Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal – balik
diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian
pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedang dalam arti yang
sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan – keterampilan pembangunan yang
berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat
memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan
adalah merupakan proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam
rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat Effendy, 2005: 92.
Komunikasi pembangunan menganut prinsip – prinsip modernisasi dalam pembangunan, dengan tidak lagi memposisikan pemerintah lebih tinggi daripada
rakyat yang hanya membentuk pola komunikasi top down. Karena di negara yang menganut sistem politik terbuka, sebagaimana yang menjadi tuntutan dan cita –
cita era reformasi ini idealnya memandang rakyat dalam posisi setara. Pola komunikasi yang relevan adalah bottom up dan horizontal. Dengan pola tersebut
maka proses pembangunan sejak perencanaan dapat dilakukan secara bersama dengan melibatkan semua pihak baik obyek, pelaku, maupun fasilitator. Karena
dengan adanya komunikasi yang baik maka perbedaan latar belakang dan kepentingan tidak lagi menjadi penghambat pembangunan.
I.5.2. Komunikasi Penyuluhan
Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi penyuluhan adalah suatu proses penyampaian informasi kepada khalayak yang
terkait, secara terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam rangka mengubah sikap, pendapat, dan perilaku khlayak sasaran. Bahwa proses komunikasi yang
dilakukan tidak semata – mata berpindahnya informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikannya, tetapi bagaimana pesan tersebut dapat
dimengerti oleh khalayak. Sehingga muncul kesadaran, minat dan keinginan untuk mencoba dan menerapkan informasi atau pesan yang diterima oleh
khalayak atau komunikan tersebut. Sesuai dengan fungsi penyuluhan itu sendiri yakni untuk menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa dijalankan oleh
khalayak sasaran dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang, yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran penyuluhan tersebut.
Penyuluhan merupakan proses komunikasi sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seseorang individu komunikator
menyampaikan lambang – lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Dengan demikian dalam proses
penyuluhan banyak faktor yang harus diperhatikan oleh penyuluh. Seorang penyuluh harus terampil dalam mengolah media pendukung. Media komunikasi
yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah media massa, baik cetak maupun elektronik, pendekatan dalam bentuk komunikasi kelompok dan
komunikasi antar pribadi Nasution,1990:10. Penyuluhan sebagai suatu proses komunikasi erat kaitannya dengan konsep
dari komunikasi pembanguan. Karena proses komunikasi yang terjadi dalam penyuluhan terdapat nilai – nilai yang disampaikan kepada khalayak yang hasil
akhirnya diharapkan dapat merubah pola pikir dan meningkatkan taraf hidup khalayaknya secara khusus. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi
peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama
antara pemerintah dengan masyarakat. Sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan. Sedangkan
dalam arti sempit, komunikasi penyuluhan yang berasal dari pihak yang memprakarsai dan ditujukan dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam
melaksanakan gagasan – gagasan yang disampaikan tersebut Nasution,1990:10. Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal – hal yang
disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain yang secara terperinci dan spesifik
menggambarkan hal – hal pokok berikut ini Nasution, 1990:10 : 1.
Masalah yang dihadapi 2.
Siapa yang disuluh 3.
Apa tujuan objectivities yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan
4. Pengembangan pesan
5. Metoda atau saluran yang digunakan
6. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau bulit-in di dalam rencana
keseluruhan kegiatan yang dimaksud. Dengan adanya komunikasi penyuluhan diharapkan akan terjadi
perubahan – perubahan, terutama pada perilaku serta bentuk – bentuk kegiatan dari orang yang disuluh, seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara
kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarga maupun lingkungannya.
Untuk dapat mencapai tujuan dari suatu penyuluhan maka diperlukan faktor – faktor pendukung agar efektifnya penyuluhan tersebut. Adapun
faktor –
faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut
Santiana, 2005:48 – 56 : a.
Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni :
1. Pendekatan Perorangan
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah,
lokasi atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebaginya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan
pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik
dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.
3. Pendekatan Massal
Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan
perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga
pesan yang disampaikan mengalami distorsi.
b. Media Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan
sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda
sampel, model tiruan, barang cetakan brosur, poster, photo, leaflet, sheet, gambar diproyeksikan slide, film, film-strip, video, movie-film dan lambang
grafika grafik batang dan garis, diagram, skema, peta. c.
Materi Penyuluhan Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam
kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan
atau maksud. Selanjutnya Lasswell Mulyana,2005:63 mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna gagasan, ide, dan nilai, simbol yang
digunakan bahasa atau kata – kata dan bentuk pesan verbal dan nonverbal. Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat
memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. d.
Waktu dan Tempat Penyuluhan Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan
kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak
mengganggu dan merugikan sasaran.
I.5.3. Teori Difusi Inovasi
Teori ini dapat dikatagorikan ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam merubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang
baru. Menurut Rogers dan Shoemaker 1971, studi difusi mengkaji pesan-pesan yang disampaikan itu menyangkut hal-hal yang dianggap baru maka di pihak
penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu yang menyebabkan perilaku berbeda pada penerima pesan Nasution,1992:63. Pada masyarakat, khususnya di
negara berkembang penyebarluasan inovasi terjadi terus menerus dari satu tempat ke tempat lain, dari bidang tertentu ke bidang lain. Difusi inovasi sebagai gejala
kemasyarakatan yang berlangsung bersamaan dengan perubahan sosial yang terjadi, bahkan menyebabkan suatu hubungan sebab – akibat. Penyebarluasan
inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, dan perubahan sosial pun meransang orang untuk menemukan dan menyebarkan hal – hal yang baru.
Masuknya inovasi ke tengah-tengah sistem sosial disebabkan terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat, antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain. Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasilah
terjadi pengenalan, pemahaman, dan penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.
Dalam proses penyebarluasan inovasi unsur – unsur utama yang terdiri dari Rogers dan Shoemaker,1971 :
1. Adanya suatu inovasi. 2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu.
3. Dalam suatu jangka waktu tertentu.
4. Di antara para anggota suatu sistem sosial. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa segala sesuatu, baik
dalam bentuk ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat dikatakan sebagai suatu inovasi.
Pengertian baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakan inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika
suatu hal dipandang baru bagi seseorang maka hal itu merupakan inovasi. Havelock 1973 menyatakan bahwa, inovasi sebagai segala perubahan yang
dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya Nasution,1992:65.
Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu komponen ide dan komponen objek aspek material atau produk fisik dari ide. Penerimaan terhadap
suatu inovasi yang memiliki dua komponen tersebut, memerlukan adopsi yang berupa tindakan, tetapi untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide saja,
penerimaannya pada hakekatnya perlu merupakan suatu putusan simbolik. Pandangan masyarakat terhadap penyebarluasan inovasi memiliki lima atribut
yang menandai setiap gagasan atau cara baru, yaitu Nasution,1992:66 : 1
Keuntungan relatif, apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya?
2 Keserasian, apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan
nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dulu diperkenalkan? begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan,
selera, adat – istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?
3 Kerumitan, apakah inovasi tersebut rumit? pada umumnya masyarakat
tidak atau kurang berminat pada hal – hal yang rumit, karena selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban.
4 Dapat dicobakan, suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat
dicobakan lebih dahulu dalam ukuran skala kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.
5 Dapat dilihat, bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka
orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan – gagasan atau ide yang abstrak.
Kelima atribut di atas menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi yang didifusikan di tengah-tengah masyarakat. Penerimaan terhadap
suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidaklah terjadi secara serempak tetapi berbeda – beda sesuai dengan pengetahuannya dan kesiapan menerima hal-hal
tersebut. Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker Purba, 2006:57 – 58
memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi empat tahap yaitu :
1. Pengetahuan yakni mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian
bagaimana inovasi tersebut berfungsi. 2.
Persuasi yakni menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.
3. Keputusan yakni terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada
situasi memilih apakah menerima atau menolak.
4. Implementasi yakni melaksanakan keputusan yang telah dibuat mengenai
sesuatu inovasi. 5.
Konfirmasi yakni mencari penguatan bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang
dapat mengubah keputusan tersebut.
I.5.4. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan
Usaha – usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses
perubahan tersebut. Orang – orang itu dalam kepustakaan ilmu – ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent of Change Agen Perubahan. Pada penelitian ini
yang menjadi agen perubahan adalah staf humas PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan
perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang mempengaruhi suatu putusan pada inovasi
menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial Dilla, 2007:144.
Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan credibility, daya
tarik attractive, dan kekuatan power Cangara, 2000:95-100. a.
Kepercayaan Credibility Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan
yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak penerima. James McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat
bersumber dari kompetensi competence, sikap character, tujuan intention, kepribadian personality, dan dinamika dynamism.
Kompetensi adalah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikatorapakah ia tegar atau
toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal – hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah
pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru
membosankan. b.
Daya Tarik Attractive Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang
komunikator selain kredibiltas. Faktor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan
seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan similarity, dikenal baik familiarity, disukai liking, dan fisiknya physic.
c. Kekuatan Power
Kekuataan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain.
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan
dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa Nawawi,1995: 40.
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun,1995: 57.
Dengan demikian kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari
masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a.
Variabel Bebas X Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya faktor atau unsur yang lain Nawawi, 1997: 40. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. variabel
bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi penyuluhan. b.
Variabel Terikat Y Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Kriyantono, 2008:21. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi inovasi.
I.7. Model Teoritis