Bahasa Asing Kerangka Teori

bahasa pertama dan bahasa asing sangat berlainan sehingga hampir tidak memiliki komponen yang semirip sehingga proses pembelajaran semakin rumit. Berdasarkan pendapat di atas, latar belakang interferensi bahasa berkaitan erat dengan sikap bahasa. Menurut Bawa 1981:8 terdapat tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa. Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah i language loyality, yaitu sikap loyalitaskesetiaan terhadap bahasa; ii language pride, yaitu sikap kebanggaan terhadap bahasa; dan iii awareness of the norm, yaitu sikap sadar adanya norma bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau sikap bahasa itu kurang sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur bahasa itu bersikap kurang positif terhadap keberadaan bahasanya. Bahkan, menurut Sugono, dkk. 2006b:70, “Penggunaan unsur-unsur bahasa asing dalam wacanakalimat bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa. Sikap bahasa yang kurang positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia, yang sebenarnya tidak perlu terjadi.” Kecenderungan sikap bahasa seperti ini dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya interferensi bahasa bahasa asing terhadap bahasa pertama.

2.1.5 Bahasa Asing

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa 2005:88 dinyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja Universitas Sumatera Utara sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri; percakapan, perkataan yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun: baik budi bahasanya. Selanjutnya, bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain yang dikuasai, biasanya melalui pendidikan formal dan secara sosiokultural tidak dianggap bahasa sendiri. Bahasa asing dalam konteks politik bahasa nasional menjadi rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional di Bogor, 8-12 November 1999. Alwi dan Sugono 2003:4 merumuskan bahwa, “Bahasa asing di Indonesia adalah semua bahasa, kecuali bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah, dan bahasa serumpun Melayu. Bahasa asing yang berfungsi sebagai bahasa ibu warga negara Indonesia kelompok etnis tertentu tetap berkedudukan sebagai bahasa asing.” Sejalan dengan rumusan tersebut, Huda dalam Alwi dan Sugono 2003:66-68 mengatakan pengertian bahasa asing dapat dilihat dari tiga sudut, yaitu wilayah asal, pemerolehan bahasa, dan fungsi sosio-kultural-politis. 1 Dari sudut asalnya dapat dirumuskan bahwa semua bahasa yang bukan berasal dari wilayah Indonesia adalah bahasa asing. 2 Dari sudut pemerolehan bahasa dapat dibedakan bahasa pertama bahasa ibu dan bahasa kedua cenderung bahasa resminasional, dan bahasa ketiga bahasa asing. Di negara-negara yang penduduknya multietnis, yang menggunakan bahasa kedua yang berbeda dengan sebagian besar bahasa yang digunakan sehari- Universitas Sumatera Utara hari di dalam lingkungan keluarga, seperti di Indonesia dan Filipina, bahasa ketiga adalah bahasa asing. 3 Dari sudut sosio-kultural-politis, bahasa asing adalah bahasa yang tidak digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari, tidak dipakai untuk pengantar mata pelajaran di sekolah secara nasional, dan tidak dipakai sebagai alat komunikasi politik dan pemerintahan. Menurut Alwi dan Sugono 2003:6, dalam kedudukannya sebagai bahasa asing di Indonesia, bahasa-bahasa selain bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun Melayu berfungsi sebagai 1 alat perhubungan antarbangsa dan 2 sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional. Di samping itu, bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia dapat memiliki fungsi lain, seperti bahasa Inggris menjadi sumber pengembangan tata istilah keilmuan dan bahasa Arab sebagai bahasa keagamaan dan budaya Islam. Sejalan dengan pendapat di atas, Ridwan dalam Syarfina, dkk. 2009:13 mengatakan yang dinamakan bahasa asing dalam konteks Indonesia adalah semua bahasa yang berada di luar atau berasal dari luar wilayah bahasa Nusantara. Bahasa Nusantara, misalnya, bahasa Batak di Pulau Sumatera, bahasa Jawa di Pulau Jawa, bahasa Dayak di Pulau Kalimantan, bahasa Bali di Pulau Bali, bahasa Sasak di Kepulauan Nusa Tenggara, bahasa Maluku di Kepulauan Maluku, dan bahasa Papua di Pulau Papua. Sebaliknya, yang termasuk bahasa asing, misalnya, bahasa Inggris, Universitas Sumatera Utara bahasa Jerman, dan bahasa Arab. Peran bahasa asing tersebut di Indonesia sebagai- berikut: 1 untuk alat komunikasi antarbangsa; 2 alat penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi; 3 pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi dan peralatan kemajuan zaman, sepanjang belum terdapat padanannya dalam bahasa Indonesia; dan, 4 alat memperkenalkan budaya Indonesia ke negara dan bangsa lain. Berdasarkan pengertian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa bahasa asing adalah bahasa yang digunakan oleh bangsa asing yang berada di luar wilayah bahasanya. Bahasa yang digunakan suatu bangsa di luar wilayahnya, misalnya, di Indonesia digunakan di negara lain, maka bahasa Indoneia dikatakan sebagai bahasa asing. Seluruh bahasa yang digunakan dalam satu wilayah atau etnik tertentu di dalam satu negara dikatakan sebagai bahasa daerah. Bahasa yang digunakan dalam negara dikatakan sebagai bahasa kenegaraan. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam satu kenegaraan yang dijadikan alat pemersatu bangsa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Sikap Bahasa