Interferensi dan Sikap Bahasa Asing dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan

(1)

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA

DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

REHAN HALILAH LUBIS

NIM 087009022

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA

DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

REHAN HALILAH LUBIS

087009022/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA

DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

REHAN HALILAH LUBIS 087009022/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(4)

Judul Tesis : INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA DALAM PENULISAN NAMA

BADAN USAHA SWASTA DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Rehan Halilah Lubis

Nomor Pokok : 087009022 Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. Dr. T. Syarfina, M.Hum.

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 13 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. Anggota : 1. Dr. T. Syarfina, M.Hum.

2. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. 3. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP


(6)

PERNYATAAN

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA DI KOTA MEDAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 26 September 2011


(7)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Rehan Halilah Lubis

Tempat, Tanggal Lahir : 29 Desember 1971

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalam Taduan Gang Mesjid No. 20 Medan

Pendidikan Formal

1. SD (Tamat) : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan, Tahun 1984

2. SMP (Tamat) : Madrasah Aliyah Negeri Medan, Tahun 1987

3. SMU (Tamat) : Madrasah Aliyah Teladan Medan Tahun 1990

4. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Tamat) tahun 1995

5. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (Sejak 2008)

Pendidikan Nonformal :

1. Diklat Prajabatan Golongan III Departeen Dalam Negeri Angkatan V Tahun

2004 di Medan (2004)

2. Pembekalan Calon Peneliti Pusat Bahasa dan Balai/Kantor Bahasa (Angkatan

I) di Jakarta (2006)

Pekerjaan :

1. Guru Bahasa Indonesia di SMP Pelita Mabar Hilir dari tahun 1998 hingga

2002


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi kemudahan dan kemurahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Tesis ini penulis beri judul “Interferensi dan Sikap Bahasa Asing dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan”. Tesis ini membicarakan interferensi bahasa asing terhadap bahasa Indonesia pada nama badan usaha swasta dan sikap bahasa pengusaha di Kota Medan. Interferensi ditinjau secara kualitatif dari tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Sebaliknya, sikap bahasa ditinjau secara kuantitatif berdasarkan variabel bebas jenis kelamin, pendidikan, usia, keturunan, dan penjualan dengan variabel terikat sikap bahasa.

Penyelesaian tesis ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Kelemahan atau kesalahan dalam pendeskripsian dan penganalisisan menjadi tanggung jawab penulis. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan tesis ini.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Di dalam menempuh perkuliahan dan penyelesaikan tesis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun material. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Rektor USU (Universitas Sumatera Utara), Medan.

2. Direktur Pascasarjana USU beserta Staf Akademik dan Administrasinya.

3. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan selaku Ketua dan Sekretaris Program

Studi Magister Linguistik USU beserta Dosen dan Staf Administrasinya.

4. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Kepala

Balai Bahasa Medan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini serta memberikan dorongan dan motivasi untuk terus melanjutkan pendidikan.

5. Dr. T. Syarfina, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah menjadi mitra

berdiskusi selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

6. Dr. Dendy Sugono selaku mantan Kepala Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan

Nasional RI, yang telah melegalisasi pemberian beasiswa selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

7. Dr. Sugiono selaku staf Pusat Bahasa yang senantiasa memberi semangat.

8. Penguji dan administrasi Pacsasarjana Program Linguistik S2.

9. Orang tua penulis, Almarhum Ayahanda dan Ibunda yang dengan tulus


(10)

10.Keluarga penulis yaitu suami tercinta yang banyak memberikan perhatian dan kasih sayang serta senantiasa menemani dalam penyelesaian tesis ini, dan kedua anak penulis yaitu ananda terkasih dan ananda tersayang yang selalu berdoa dan penuh kasih sayang memotivasi penulis untuk mencapai kesuksesan dalam karier dan pendidikan.

11.Keluarga besar penulis yaitu abang dan kakak (Agus Salim Lubis, Khairul

Widani, dan Hilal Nur Habibah) yang banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan pendidikan.

12.Sahabat, mahasiswa Program Studi Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana

USU ( Dewi Sukhrani, M.Hum. Rosliani, M.Hum., Syaiful Hidayat, Salbiah Nurul Aini) dan teman angkatan 2008.

13.Teman seprofesi penulis di Balai Bahasa Medan dan Pusat Bahasa Jakarta.

14.Semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi kepada penulis selama

perkuliahan dan penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan kemurahan rezeki dan kemudahan jalan hidup bagi kita. Amin.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PESETUJUAN KOMISI PEMBIMBING PANITIA PENGUJI

PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... .xiii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 6

1.3 Perumusan Masalah... 6

1.4 Tujuan Penelitian... 7

1.5 Manfaat Penelitian... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis... 8

1.5.2 Manfaat Praktis... 8

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA... 10

2.1 Kerangka Teori... 10


(12)

2.1.2 Tataran Interferensi Bahasa... 15

2.1.3 Jenis-jenis Interferensi... 17

2.1.5 Bahasa Asing... 20

2.1.4 Latar Belakang Interferensi... 17

2.1.6 Sikap Bahasa... 24

2.2 Penelitian Terdahulu... 25

2.3 Kerangka Konseptual... 28

2.3.1 Konsep Interferensi... 28

2.3.2 Konsep Bahasa Asing... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Pendekatan dan Metode yang Digunakan... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 34

3.2.1 Lokasi... 34

3.2.2 Waktu Penelitian... 35

3.3 Data dan Sumber Data... 35

3.4 Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data... 36

3.5 Prosedur Analisis Data... 37

3.6 Pemeriksa dan Pengecekan Keabsahan Data... 38

BAB IV ANALISIS INTERFERENSI BAHASA... 39


(13)

4.2Analisis Bahasa yang Terinterferensi... 39

4.2.1 Tataran Fonologi... 39

4.2.2 Tataran Gramatikal... 42

4.2.2.1 Interferensi Morfologi... 43

4.2.2.2 Interferensi Sintaksis... 48

4.2.3 Interferensi Leksikal... 49

4.2.3.1 Interferensi Unsur Leksikal... 49

4.2.3.2 Interferensi Leksikal Berdasarkan Kelas Kata... 64

4.2.4 Interferensi Semantik... 65

BAB V DESKRIPSI DAN ANALISIS SIKAP BAHASA... 68

5.1 Deskripsi Hasil Penelitian Sikap Bahasa... 68

5.2 Hasil Analisis Sikap Bahasa... 69

5.3 Deskripsi Frekuensi Angket Sikap Bahasa... 70

5.4 Uji Persyaratan Analisis Data... 90

5.4.1 Uji Validitas... 91

5.4.2 Uji Reabelitas... 92

5.5 Uji Normalitas Data... 93

5.5.1 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin... 94

5.5.2 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Pendidikan... 96

5.5.3 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Usia... 98

5.5.4 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Keturunan... 100

5.5.5 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Penjualan... 102

5.6 Uji Homogenitas... 105

5.6.1 Uji Homogenitas Data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin.. ... 105

5.6.2 Uji Homogenitas Data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan Pendidikan... 106


(14)

5.6.3 Uji Homogenitas Data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan

Usia... 110

5.6.4 Uji Homogenitas Data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan Keturunan... 114

5.6.5 Uji Homogenitas data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan Penjualan... 117

5.7 Uji Korelasi... 121

BAB VI PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN... 126

6.1 Penulisan Nama Badan Usaha... 126

6.2 Interferensi Bahasa... 128

6.3 Sikap Bahasa... 134

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN…...………….…………..……… 148

7.1 Simpulan……...……….……...……….……….. 148

7.2 Saran... 149


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1: Interferensi Fonologi... 40

Tabel 5.1: Data Variabel Penelitian... 68

Tabel 5.2: Deskripsi Frekuensi Sikap Bahasa... 69

Tabel 5.3a: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 1... 70

Tabel 5.3b: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 2... 71

Tabel 5.3c: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 3... 72

Tabel 5.3d: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 4... 73

Tabel 5.3e: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 5... 73

Tabel 5.3f: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 6... 74

Tabel 5.3g: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 7... 75

Tabel 5.3h: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 8... 75

Tabel 5.3i: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 9... 76

Tabel 5.3j: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 10... 77

Tabel 5.3k: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 11... 78

Tabel 5.3l: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 12... 79

Tabel 5.3m: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 13... 80

Tabel 5.3n: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 14... 80

Tabel 5.3o: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 15... 81

Tabel 5.3p: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 16... 82

Tabel 5.3q: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 17... 83

Tabel 5.3r: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 18... 84

Tabel 5.3s: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 19... 84

Tabel 5.3t: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 20... 85

Tabel 5.3u: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 21... 86

Tabel 5.3v: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 22... 87


(16)

Tabel 5.3x: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 24... 89

Tabel 5.3y: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 25... 90

Tabel 5.4a: Hasil Validitas Angket... 92

Tabel 5.5a: Hasil Uji Reliabelitas Angket... 93

Tabel 5.6a2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin... 95

Tabel 5.6b2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Pendidikan... 97

Tabel 5.6c2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Usia... 99

Tabel 5.6d2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Keturunan... 101

Tabel 5.6e2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Penjualan... 104

Tabel 5.7a1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin... 105

Tabel 5.7a2: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin... 106

Tabel 5.7b1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Pendidikan... 106

Tabel 5.7b2: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan... 107

Tabel 5.7b3: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin dan Pendidikan... 108

Tabel 5.7b4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin, dan Pendidikan... 109

Tabel 5.7c1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Usia... 110

Tabel 5.7c2: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia... 111

Tabel 5.7c3: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin dan Usia. ...112

Tabel 5.7c4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin, dan Usia... 113


(17)

Tabel 5.7d2:Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keturunan. ... 115 Tabel 5.7d3:Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa Dengan Jenis kelamin, dan

Keturunan... 116 Tabel 5.7d4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin,

Keturunan... 116 Tabel 5.7e1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Penjualan... 118 Tabel 5.7e2: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Penjualan 119 Tabel 5.7e2: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin dan

Penjualan (Omset)... 120 Tabel 5.7e4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin,

dan Penjualan (Omset)... 120 Tabel 5.8: Hasil Korelasi Antara Variabel Jenis Kelamin (X1), Pendidikan (X2),


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan... 155

Lampiran 2: Tabel Data Responden... 167

Lampiran 3: Tabel Tabulasi Validitas Angket...……….……...………… 172

Lampiran 4:Tabel Hasil Reliabilitas Butir Angket... 173

Lampiran 5: Tabel Tabulasi Angket………..……… 175

Lampiran 6: Tabel Uji Normalitas Sikap Bahasa……….. 177

Lampiran 7: Statistik Sikap Bahasa……….………... 190

Lampiran 8: Data Analisis Crosstabulation.…………..………. 191


(19)

ABSTRAK

Rehan Halilah Lubisl : Interferensi dan Sikap Bahasa Asing pengusaha dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan

Kajian interferensi bahasa merupakan bagian dari teori sosiolinguistik. Interferensi adalah masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Tesis ini membicarakan interferensi bahasa asing terhadap bahasa Indonesia pada nama badan usaha swasta dan sikap bahasa pengusaha di Kota Medan. Acuan suatu bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penelitian ini yaitu tata bahasa baku bahasa Indonesia. Di samping itu kamus besar bahasa Indonesia sebagai acuan perubahan bentuk bahasa. Kajian interferensi yang acuannya tata bahasa baku bahasa Indonesia termasuk dalam pendekatan preskriptif. Pendekatan preskriptif memandang suatu bahasa sebagaimana seharusnya sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Metode yang digunakan yaitu metode kulialitatif dan kuantitatif. Objek penelitian ini adalah penggunaan bahasa pada penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan. Jumlah sampel nama badan usaha sebanyak 150 papan nama yang dianalisis berdasarkan tataran bahasa yang terinterferensi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa tataran bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penulisan papan nama badan usaha swasta adalah tataran fonologis, gramatikal, leksikal, dan semantik. Adapun bahasa asing yang menginterferensi bahasa Indonesia dalam penulisan nama badan usaha swasta yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab dan Belanda. Untuk mengungkapkan latar belakang interferensi, penelitian ini menghubungkan sikap bahasa pengusaha dalam pemilihan kosa kata pada papan nama badan usaha swasta. Adapun sampel yang digunakan sebanyak 100 pengusaha kecil dan menengah dengan menggunakan angket. Dari hasil analisis diketahui bahwa sikap bahasa pengusaha mempengaruhi terjadinya interferensi bahasa. Faktor yang mempengaruhi sikap bahasa yaitu usia dan penjualan. Hubungan sikap bahasa dengan usia sebesar -0,33 dan hubungan sikap bahasa dengan penjualan sebesar 0,45. Usia dan penjualan signifikan mempengaruhi sikap bahasa.


(20)

ABSTRACT

Rehan Halilah Lubis : Interferences and Attitudes to Foreign Names in Private Enterprises in Medan

The study of language interference and attitude is part of sociolinguistic study. Interference is the inclusion of elements of one language into another language. This thesis discusses the interference of foreign languages into Indonesian on names of private enterprises and entrepreneurs' language attitudes in Medan. Interferences found in this research refer to standard Indonesian grammar. In addition, Indonesian dictionary is used as a reference for analyzing changes in the form of language. The study of interference referred to standard Indonesian grammar include in the prescriptive approach. Prescriptive approach views a language as a standard language. The method used in this research is qualitative and quantitative. The object of this research is the uses of language in writing names of private enterprises in Medan. The amount of sample is150 names of the enterprises analyzed based on the interfered language. The results of the analysis show that there are four interferences found in this study, they are phonological, grammatical, lexical, and semantic interferences. The foreign languages which dominantly interfere the Indonesian in writing the names of private enterprises are English, Arabic, and Dutch. To reveal the background of the interferences, this research links enterpreneurs' language attitudes and the selection of vocabularies in the billboards of private enterprises. Samples of this research include 100 small and medium enterprises. By using the questionnaire, the results of analysis show that the language attitudes of businessmen affect the language interference. The language attitudes are inluenced by age and selling factors. The relationship between language attitude and age is -0.33, while between language attitude and selling is 0.45. Therefore, ages and sellings significantly interfere language attitudes.

Keywords: interference, foreign languages, private enterprises, and language attitudes


(21)

ABSTRAK

Rehan Halilah Lubisl : Interferensi dan Sikap Bahasa Asing pengusaha dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan

Kajian interferensi bahasa merupakan bagian dari teori sosiolinguistik. Interferensi adalah masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Tesis ini membicarakan interferensi bahasa asing terhadap bahasa Indonesia pada nama badan usaha swasta dan sikap bahasa pengusaha di Kota Medan. Acuan suatu bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penelitian ini yaitu tata bahasa baku bahasa Indonesia. Di samping itu kamus besar bahasa Indonesia sebagai acuan perubahan bentuk bahasa. Kajian interferensi yang acuannya tata bahasa baku bahasa Indonesia termasuk dalam pendekatan preskriptif. Pendekatan preskriptif memandang suatu bahasa sebagaimana seharusnya sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Metode yang digunakan yaitu metode kulialitatif dan kuantitatif. Objek penelitian ini adalah penggunaan bahasa pada penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan. Jumlah sampel nama badan usaha sebanyak 150 papan nama yang dianalisis berdasarkan tataran bahasa yang terinterferensi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa tataran bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penulisan papan nama badan usaha swasta adalah tataran fonologis, gramatikal, leksikal, dan semantik. Adapun bahasa asing yang menginterferensi bahasa Indonesia dalam penulisan nama badan usaha swasta yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab dan Belanda. Untuk mengungkapkan latar belakang interferensi, penelitian ini menghubungkan sikap bahasa pengusaha dalam pemilihan kosa kata pada papan nama badan usaha swasta. Adapun sampel yang digunakan sebanyak 100 pengusaha kecil dan menengah dengan menggunakan angket. Dari hasil analisis diketahui bahwa sikap bahasa pengusaha mempengaruhi terjadinya interferensi bahasa. Faktor yang mempengaruhi sikap bahasa yaitu usia dan penjualan. Hubungan sikap bahasa dengan usia sebesar -0,33 dan hubungan sikap bahasa dengan penjualan sebesar 0,45. Usia dan penjualan signifikan mempengaruhi sikap bahasa.


(22)

ABSTRACT

Rehan Halilah Lubis : Interferences and Attitudes to Foreign Names in Private Enterprises in Medan

The study of language interference and attitude is part of sociolinguistic study. Interference is the inclusion of elements of one language into another language. This thesis discusses the interference of foreign languages into Indonesian on names of private enterprises and entrepreneurs' language attitudes in Medan. Interferences found in this research refer to standard Indonesian grammar. In addition, Indonesian dictionary is used as a reference for analyzing changes in the form of language. The study of interference referred to standard Indonesian grammar include in the prescriptive approach. Prescriptive approach views a language as a standard language. The method used in this research is qualitative and quantitative. The object of this research is the uses of language in writing names of private enterprises in Medan. The amount of sample is150 names of the enterprises analyzed based on the interfered language. The results of the analysis show that there are four interferences found in this study, they are phonological, grammatical, lexical, and semantic interferences. The foreign languages which dominantly interfere the Indonesian in writing the names of private enterprises are English, Arabic, and Dutch. To reveal the background of the interferences, this research links enterpreneurs' language attitudes and the selection of vocabularies in the billboards of private enterprises. Samples of this research include 100 small and medium enterprises. By using the questionnaire, the results of analysis show that the language attitudes of businessmen affect the language interference. The language attitudes are inluenced by age and selling factors. The relationship between language attitude and age is -0.33, while between language attitude and selling is 0.45. Therefore, ages and sellings significantly interfere language attitudes.

Keywords: interference, foreign languages, private enterprises, and language attitudes


(23)

BAB I

PENDAHULUAN 1.6Latar Belakang

Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era globalisasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan bahasa. Mudahnya informasi yang diperoleh, baik melalui media cetak, elektronik, maupun interaksi sosial dapat menyebabkan terjadinya perubahan bahasa. Adanya kontak antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain dapat memungkinkan terjadinya interferensi bahasa. Dengan demikian, salah satu perubahan bahasa adalah adanya interferensi bahasa.

Sejalan dengan itu, Alwasilah (1985:132) mengatakan bahwa setiap bahasa akan mengalami perubahan selama bahasa itu masih dipakai. Seringkali perubahan ini tidak kita sadari. Salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya perubahan bahasa karena pengaruh pemakaian bahasa lain. Hal ini sesuai dengan makna interferensi yang berarti adanya saling mempengaruhi antarbahasa. Pengaruh ini biasanya terlihat dalam peminjaman kosa kata dari bahasa lain.

Zabadi (2009:2) dalam makalahnya yang disampaikan pada Seminar Nasional di Hotel Grend Antares Medan, menyatakan masyarakat Indonesia yang berada dalam situasi kedwibahasaan sehingga memungkinkan terjadinya alih kode (code-swithing), campur code (code-mixing), atau interferensi (interference). Di


(24)

dalam keadaan seperti inilah bahasa Indonesia yang mereka pakai sering tidak lagi baik dan benar berdasarkan ukuran pemakaian kaidah bahasa Indonesia. Gejala ini menyebabkan perubahan situasi tindak tutur dari penggunaan bahasa daerah ke nasional, nasional ke daerah, nasional ke asing, atau asing ke nasional.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan bangsa sehingga mengakibatkan adanya multibahasa. Di samping itu bangsa Indonesia tergolong bangsa yang terbuka terhadap pengaruh budaya bangsa asing. Adanya multibahasa bahasa dan pengaruh budaya bangasa asing dapat mengakibatkan kontak bahasa antara bahasa yang satu dengan bahasa lain sehigga tidak terelakkan terjadi interferensi bahasa.

Kota Medan merupakan kota besar yang tidak menutup kemungkinan terjadinya interferensi bahasa. Mayarakat Kota Medan termasuk masyarakat bilingual dan multilingual yang dapat mengakibatkan adanya interferensi bahasa. Di dalam pengamatan sepintas ada kecenderungan masyarakat kota besar, termasuk Kota Medan, menggunakan bahasa asing, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Begitu pula halnya interferensi bahasa tidak hanya terjadi pada bahasa lisan tetapi bahasa tulisan. Tidak dapat dipungkiri bahwa interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia sangatlah tinggi, baik pada tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis.

Contoh interferensi pada tataran fonologi antara lain singkatan ‘acc’ diucapkan [

a-se-se] seharusnya dalam bahasa Indonesia diucapkan [a-c-c], singkatan ‘ac’ diucapkan


(25)

interferensi dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Ada pula bahasa Indonesia yang

terinterferensi fonologi bahasa asing, contohnya ‘kecapnya kecap abc’ di mana

pengucapan ‘a-b-c’ diucapkan dengan [a-b-se,] seharusnya [a-b-c]. Contoh pada

tataran morfologi adalah nama badan usaha perhotelan antara lain ‘Garuda Hotel’

seharusnya ‘Hotel Garuda’, dan ‘Hotel Grand Angkasa’ seharusnya ‘Hotel Angkasa

Agung’. Contoh lain, Rumah Makan ACC. Banyak orang menggucapkannya Rumah

Makan [a-se-se]. Contoh pada tataran sintaksis banyak terlihat pada penggunaan

bahasa di tempat umum, seperti ‘No Smoking’ yang memiliki padanan dalam bahasa

Indonesianya adalah ‘Dilarang Merokok’

Di samping itu, dalam sejarah pemberian Anugerah Bahasa bernama

Adibahasa yang diberikan oleh Pusat Bahasa, ternyataProvinsi Sumatera Utara tidak pernah mendapatkannya. Hal ini disebabkan Provinsi Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, dinyatakan tidak tertib dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam surat-menyurat kedinasan maupun penulisan nama badan usaha. Khususnya, pemakaian bahasa pada nama badan usaha, masih banyak yang menggunakan bahasa asing.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Balai Bahasa Medan. Syarfina, dkk. (2009:61) menyebutkan masyarakat Kota Medan banyak melihat kata/istilah asing pada papan nama, papan reklame, nama gedung, spanduk dan lain-lain. Sebenarnya, mereka kurang bangga dengan banyaknya penggunaan kata asing di Kota Medan atau di sekitar tempat tinggalnya. Walaupun mereka suka


(26)

menggunakan kata/istilah asing, mereka setuju pemerintah mengimbau para usahawan dan masyarakat menggunakan kata dari bahasa Indonesia untuk menamai papan nama atau papan reklame.

Data di atas menunjukkan bahwa interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia tidak dapat dihindari. Tingginya interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia mengakibatkan melemahnya jatidiri bahasa Indonesia. Hal itu karena interferensi bahasa akan mengakibatkan penyimpangan kaidah bahasa Indonesia, baik kaidah fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengindonesiaan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini merupakan pertaruhan harga diri bahasa Indonesia, seperti diungkapkan Badudu (1995:19) dengan adanya interferensi tersebut, kadang-kadang menguntungkan bahasa Indonesia, namun ada juga yang merugikan karena menyimpang dari struktur bahasa Indonesia.

Sejalan dengan itu, dalam UUD 1945, Pasal 36, menyebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahasa Indonesia harus dipelihara dan setiap warga negara wajib turut membinanya. Secara kelembagaan, pemerintah mendirikan Pusat Bahasa sebagai lembaga resmi untuk melakukan pembinaan bahasa Indonesia, seperti dengan membuat Rancangan Undang-Undang Kebahasaan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Ruang lingkup kebahasaan terdiri dari lima bab. Bagian kesatu, Umum tertuang dalam pasal 25;


(27)

bagian kedua, Penggunaan Bahasa Indonesia tertuang dalam pasal 26-40; bagian ketiga, Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Bahasa Indonesia, tertuang dalam pasal 41-43; bagian keempat, Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia tertuang dalam pasal 44; bagian kelima, Lembaga Kebahasaan tertuang dalam pasal 45.

Selanjutnya undang-undang yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia pada nama badan usaha terdapat dalam pasal 36 ayat 3 berbunyi, “Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks, perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.”

Jika diamati saat ini, adanya kecenderungan penulisan papan nama badan usaha swasta di Kota Medan menggunakan bahasa asing, baik dalam tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Secara kualitatif, penulisan nama badan usaha dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan peraturan yang berlaku dalam penggunaan bahasa asing di Indonesia. Hal ini disebabkan kecenderungan menggunakan bahasa asing pada nama badan usaha memiliki alasan tersendiri bagi pengusaha.

Secara kuantitatif, penggunaan bahasa yang terinterferensi tersebut

bergantung pada sikap bahasa pengusaha yang senang menggunakan bahasa asing,

meniru jenis usaha lain, mengikuti tren masa kini, tidak mengetahui padanan bahasa asing dalam bahasa Indonesia, memudahkan masyarakat dalam mengingat nama usaha, tuntutan zaman dan teknologi, memiliki nilai prestise, dan mengundang


(28)

ketertarikan konsumen. Oleh karena itu, penyelidikan faktor yang menyebabkan interferensi dari segi usia dan penghasilan, jenis kelamin, pendidikan, dan keturunan menjadi bagian dari kajian ini. Dengan demikian, penggunaan bahasa asing di wilayah Indonesia, khususnya Kota Medan, sebagai kajian interferensi menemukan alat bukti yang konkret dalam usaha penertiban bahasa asing di tempat umum, sekaligus usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam penulisan nama badan usaha, kawasan, dan bangunan serta nama dan merek dagang.

Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan interferensi dan sikap bahasa asing pengusaha dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan.

1.7Pembatasan Masalah

Berdasarkan asumsi-asumsi dan temuan di atas, penelitian ini mengangkat permasalahan interferensi bahasa asing pada nama badan usaha swasta di Kota Medan. Di dalam penelitian ini, bahasa yang terinterferensi adalah bahasa Indonesia.

1.8Perumusan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan, kajian ini hanya difokuskan pada masalah pemakaian bahasa pada nama badan usaha swasta di Kota Medan. Untuk itu, dibuat rumusan masalah sebagai berikut:


(29)

1. Pada tataran bahasa, interferensi apakah yang muncul dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan?

2. Mengapa terjadi interferensi bahasa asing dalam penulisan nama badan usaha

swasta di Kota Medan?

3. Bagaimanakah hubungan jenis kelamin, pendidikan, usia, keturunan dan

penghasilan terhadap sikap bahasa pengusaha dalam penggunaan bahasa asing pada penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan?

1.9Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interferensi bahasa asing dalam penggunaan nama badan usaha swasta. Untuk itu, tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan tataran bahasa yang terinterferensi dalam penulisan

nama badan usaha swasta di Kota Medan .

2. Untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya interferensi bahasa asing dalam

penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan.

3. Untuk mendeskripsikan hubungan jenis kelamin, pendidikan, usia, keturunan dan

penghasilan terhadap sikap bahasa pengusaha dalam penggunaan bahasa asing pada penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan.


(30)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Teoretis

Secara teoritis, temuan penelitian bermanfat dalam pengembangan ilmu bahasa, terutama berkaitan dengan hal berikut ini:

1. Bagi ilmu linguistik, khususnya ilmu sosiolinguistik, kajian ini bermanfaat untuk

memperkaya kajian kebahasaan di Indonesia, khususnya dalam kajian interferensi.

2. Hasil kajian ini menjadi referensi bagi penelitian sosiolinguistik selanjutnya,

khususnya di Kota Medan.

3. Hasil kajian ini berguna untuk melihat pergeseran dan perkembangan bahasa yang

diakibatkan oleh perkembangan ekonomi, budaya, politik, dan sosial.

1.4.2Manfaat Praktis

Secara praktis, temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pembinaan dan pengembangan bahasa, terutama berkaitan dengan hal berikut ini:

1. Bagi masyarakat penutur bahasa Indonesia di Kota Medan, hasil kajian ini

merupakan informasi yang bermanfaat untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik pada penulisan nama badan usaha.


(31)

2. Bagi pemerintah, hasil kajian ini bermanfaat bagi pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan dalam penertiban penggunaan bahasa asing di tempat umum, khususnya pada papan nama badan usaha swasta.

3. Bagi masyarakat, hasil kajian ini menjadi pedoman dalam pemakaian bahasa


(32)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori tradisional. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah teori interferensi bahasa. Sebaliknya, teori tradisional digunakan untuk menentukan sebuah bahasa yang dipakai telah terinterferensi. Rujukan teori tradisional yang digunakan adalah

Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Di samping itu Kamus Besar Bahasa

Indonesia digunakan untuk melihat bentuk baku tidaknya bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa tersebut atau bahasa tersebut telah diserap atau pun tidak.

Penggunaan teori tradisional seperti yang diungkapkan oleh Soeparno (2008:1) bahwa aliran linguistik yang tertua adalah aliran tradisional (abad IV SM). Di dalam hal ini, bahasa pada prinsipnya merupakan alat berpikir. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah secara ketat dan konsisten. Setiap pelanggaran terhadap kaidah dianggap sebagai kesalahan bahasa. Tata bahasa mereka dinamakan tatabahasa normatif (berpegang kepada kaidah secara ketat dan konsisten). Dengan demikian, pada dasarnya tatabahasa baku bahasa Indonesia yang disusun oleh Hasan Alwi, dkk. menganut teori tradisional.


(33)

2.1.1 Interferensi

Istilah interferensi berasal bahasa Inggris yang disebut interference

‘gangguan’. Istilah interferensi digunakan pertama kali dalam sosiolinguistik oleh Weinreich (1970:1) yang mengatakan bahwa interferensi bahasa adalah suatu bentuk penyimpangan dalam penggunaan bahasa dari norma-norma yang ada sebagai akibat adanya kontak bahasa atau pengenalan lebih dari satu bahasa dan digunakan secara bergantian oleh penuturnya. Selanjutnya, Weinreich menekankan interferensi adalah pemindahan unsur-unsur bahasa ke dalam bahasa lain dan penyimpangan penggunaan kaidah dan norma- norma bahasa. Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa akibat adanya masyarakat yang bilingual ataupun dwibahasawan seperti yang terjadi pada masyarakat Indonesia, muncullah suatu fenomena bahasa yang disebut dengan interferensi.

Lado (1957:217) mengatakan bahwa interferensi adalah kesulitan yang timbul dalam proses penguasaan bahasa kedua dalam hal bunyi, kata, atau konstruksi sebagai akibat perbedaan kebiasaan dengan bahasa pertama. Chaer (1999:66) menyatakan bahwa dalam peristiwa bahasa pada masyarakat bilingual atau multilingual yang disebabkan kontak bahasa, sering terjadi interferensi, yakni masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga terjadi penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan. Selanjutnya, interferensi bisa terjadi mulai dari tataran fonologi, morfologi, sintaksis, sampai dengan ketataran wacana.


(34)

Menurut Dulay, dkk. dalam Budiarsa (2006:355), interferensi sosiolinguistik adalah jika masyarakat atau negara yang memiliki bahasa berbeda mengadakan kontak atau interaksi menggunakan bahasa. Pendapat senada didukung oleh Kridalaksana (2001:84) yang mengatakan interferensi adalah penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa

ciri-ciri masih kentara. Selanjutnya,

Sementara itu, Chaer dan Agustina (1995:168) mengemukakan bahwa interferensi adalah peristiwa penyimpangan norma dari salah satu bahasa atau lebih. Selanjutnya, Valdman dalam

Alwasilah (1985:131) mengemukakan pengertian interferensi berdasarkan pendapat Hartman dan Stonk yang menyatakan bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata.

Hayi

Hal senada juga diungkapkan oleh Jendra (1991:187) bahwa interferensi sebagai gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Interferensi timbul karena dwibahasawan menerapkan sistem satuan bunyi (fonem) bahasa

(1985:8) menyatakan bahwa interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanya kebiasaan pemakai bahasa ibu (bahasa pertama) dalam penguasaan bahasa yang dipelajari (bahasa kedua). Sebagai konsekuensinya, terjadi transfer atau pemindahan unsur negatif dari bahasa ibu ke dalam bahasa sasaran.


(35)

pertama ke dalam sistem bunyi bahasa kedua sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan atau penyimpangan pada sistem fonemik bahasa penerima.

Ohoiwutun (2007:72) mengatakan bila dua atau lebih bahasa bertemu karena digunakan oleh penutur dari komunitas yang sama, maka akan terjadi bahwa komponen-komponen tertentu dapat tertransfer dari bahasa yang satu, yakni bahasa

sumber (source or donor language) ke bahasa lain yakni bahasa penerima (recipient

language). Akibatnya terjadi pungutan bahasa atau ‘interference’ sebagaimana

diistilahkan oleh Weinreich (1970).

Selanjutnya, Ohoiwutun (2007:72) mengutip pendapat Mackey (1972) membedakan antara campur kode dengan interferensi bahasa. Campur kode dikatakan

sebagai interferensi sedangkan interferensi disebut sebagai integrasi. Begitu pula

halnya dengan Mustakim (1994:13), yang mengutip pendapat Mackey (1972) mengungkapkan bahwa masalah interferensi adalah nisbi, tetapi kenisbiannya itu dapat diukur. Menurutnya, interferensi dapat ditetapkan berdasarkan penemuan adanya integrasi, yang juga bersifat nisbi. Di dalam hal ini, kenisbian integrasi itu dapat diketahui dari suatu bentuk leksikal. Misalnya, sejumlah orang menganggap bahwa bentuk leksikal tertentu sudah terintegrasi, tetapi sejumlah orang yang lain menganggap belum.

Berkaitan dengan integrasi, Jendra (1991:115) menyatakan bahwa dalam proses integrasi unsur serapan itu telah disesuaikan dengan sistem atau kaidah bahasa penyerapnya, sehingga tidak terasa lagi sifat keasingannya. Di dalam hal ini, jika suatu unsur serapan (interferensi) sudah dicantumkan dalam kamus bahasa penerima,


(36)

dapat dikatakan bahwa unsur itu sudah terintegrasi. Jika unsur tersebut belum tercantum dalam kamus bahasa penerima, berarti bahasa tersebut belum terintegrasi.

Ohoiwutun menganggap seluruh kata yang berasal dari bahasa lain merupakan interferensi. Interferensi bahasa yang sudah masuk ke dalam suatu bahasa penerima baik diserap langsung maupun melalui penyesuaian ejaan bahasa penerima merupakan integrasi. Perbedaan antara interferensi dengan integrasi sangatlah tipis. Perbedaannya yaitu kata yang sudah diserap ke dalam bahasa penerima disebut sebagai interferensi yang sudah berintegrasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa interferensi merupakan gejala yang timbul di dalam masyarakat bilingual dan atau multilingual karena adanya kontak bahasa yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan kaidah- kaidah bahasa, penyerapan dan penggunaan kosakata bahasa asing. Penyimpangan kaidah-kaidah bahasa dan penyerapan bahasa asing dapatlah dikatakan sebagai interferensi. Penyimpangan kaidah bahasa berupa perubahan bunyi (fonologi), susunan kata berupa pola frase (morfologi) dan struktur kalimat (sintaksis). Penyerapan bahasa asing dapat berupa pengambilan kosa kata asing dan penyesuaian ejaan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa asing berupa leksikal yang belum atau tidak diindonesiakan.


(37)

2.1.2 Tataran Interferensi Bahasa

Chaer (1999:66) mengemukakan interferensi dapat terjadi dalam semua tataran bahasa, misalnya dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Ketiga tataran ini dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam penulisan nama badan usaha, mengalami interferensi sebagai berikut:

1) Interferensi fonologi merupakan perubahan bunyi bahasa yang seharusnya

diucapkan menurut bahasa Indonesia tetapi diucapkan menurut bahasa asing. Contohnya bunyi /c/ diucapkan /se/ atau /k/.

2) Interferensi morfologi merupakan interferensi yang terjadi dalam pembentukan

kata, leksikal, dan frase. Pembentukan kata, contohnya, legalisasi, premanisme,

pascasunami, dan ekspress. Pembentukan leksikal yaitu penggunaan kata asing,

baik sudah ada padanannya maupun belum ada padanannya. Contohnya internet,

florist, mouse, collection, dan fashion. Pembentukan frase sangat sering terjadi dalam penulisan nama badan usaha swasta. Interferensi ini, misalnya, dalam bahasa Indonesia menggunakan struktur DM (Diterangkan Menerangkan)

sementara bahasa Inggris menggunakan struktur MD (Menerangkan

Diterangkan). Contohnya, Annie Sui Beauty Salon, dan Farhan Florist.

3) Interferensi sintaksis jarang terjadi, khususnya dalam konteks penulisan nama

badan usaha swasta. Interferensi sintaksis berupa klausa atau kalimat. Interfernsi ini kadang-kadang terlihat pada papan nama badan usaha yang memromosikan


(38)

nama usaha, keunggulan, jenis usaha, dan lain-lain. Contohnya, East and on time delivery.

Jendra (1991:108) membedakan tataran interferensi bahasa menjadi lima aspek kebahasaan. Kelima aspek kebahasaan dalam tataran interferensi bahasa itu adalah:

1) Interferensi pada bidang sistem tata bunyi (fonologi).

2) Interferensi pada tata bentukan kata (morfologi).

3) Interferensi pada tata kalimat (sintaksis).

4) Interferensi pada kosakata (leksikon).

5) Interferensi pada bidang tata makna (semantik).

Secara khusus, menurut Jendra (1991:113) tataran interferensi bahasa pada bidang semantik masih dapat dibedakan lagi menjadi tiga bagian. Kelima bagian itu adalah:

1) Interferensi semantik perluasan (semantic expansive interference).

2) Interferensi semantik penambahan (

Istilah ini dipakai apabila terjadi peminjaman konsep budaya dan juga nama unsur bahasa sumber.

semantic aditif interference). Interferensi ini terjadi apabila muncul bentuk baru berdampingan dengan bentuk lama, tetapi bentuk baru bergeser dari makna semula.


(39)

3) Interferensi semantik penggantian (replasive semantic interference). Interferensi ini terjadi apabila muncul makna konsep baru sebagai pengganti konsep lama.

2.1.3 Jenis-jenis Interferensi

Interferensi terdiri atas beberapa jenis. Huda (1981:17) yang mengacu pendapat Weinreich, mengidentifikasi interferensi atas empat jenis, yaitu:

1) Pentransferan unsur suatu bahasa ke bahasa yang lain.

2) Adanya perubahan fungsi dan kategori yang disebabkan oleh adanya

pemindahan.

3) Penerapan unsur-unsur bahasa kedua yang berbeda dengan bahasa pertama.

4) Kurang diperhatikannya struktur bahasa kedua mengingat tidak ada ekuivalensi

dalam bahasa pertama.

Latar belakang pemunculan interferensi bahasa dapat ditelusuri dari penutur dan bahasa yang dituturkannya. Weinreich (1970:64-65) mendeskripsikan beberapa


(40)

faktor yang dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya gejala interferensi, yaitu:

1) Kedwibahasaan para peserta tutur.

2) Kurangnya loyalitas pemakaian bahasa penerima.

3) Tidak cukupnya kosa kata penerima dalam menghadapi kemajuan dan

pembaruan.

4) Menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan.

5) Kebutuhan akan sinonim.

6) Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa.

Di samping pendapat Weinreich di atas, Ohoiwutun (2007:72) mengatakan

bahwa gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi kejadian. Pertama, dimensi

tingkah laku berbahasa dari individu-individu di tengah masyarakat. Kedua, dari

dimensi sistem bahasa dari kedua bahasa atau lebih yang berbaur. Ketiga, dimensi

pembelajaran bahasa.

Dimensi pertama, menurut Ohuiwutun (2007:72-73), “Dari dimensi tingkah laku penutur dengan mudah dapat disimak dari berbagai praktik campur kode yang dilakukan penutur yang bersangkutan.” Dimensi pertama ini terjadi karena murni rancangan atau model buatan penutur itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara


(41)

mentransfer satu atau lebih komponen dari bahasa yang satu untuk dirakit dan diramu dalam konteks bahasa yang lain.

Dimensi kedua, menurut Ohuiwutun (2007:73), “Dari dimensi sistem bahasa dikenal sebagai interferensi sistemik, yaitu pungutan bahasa.” Interferensi leksikal sistemik terjadi karena penyesuaian ejaan dari bahasa yang satu dalam konteks bahasa yang lain. Di dalam proses pungutan bahasa ini, interferensi leksikal sistemik dapat terjadi penggunaan leksikal bahasa asing dan yang sudah disistemikkan tetapi masih menggunakan bahasa asing karena ketidaktahuan pengguna bahasa. Bahkan, dapat terjadi proses pungutan bahasa yang mengabaikan interferensi leksikal sistemik dengan cara penggunaan leksikal serapan langsung dan leksikal bahasa asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia. Interferensi leksikal, penggunaan leksikal yang sudah disistemikkan tetapi masih menggunakan bahasa asing, leksikal serapan langsung, dan leksikal bahasa asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi fokus penelitian ini.

Dimensi ketiga dalam gejala interferensi yang dikemukakan oleh Ohoiwutun (2007:74-75) biasanya dinamai interferensi karena pendidikan. Di dalam hal ini dikenal transfer positif dan transfer negatif. Transfer positif terjadi apabila pembelajar menyesuaikan unsur-unsur yang mirip dan sama dari bahasa kedua atau asing dengan bahasa pertamanya dan menggunakan sistem bahasa yang baru tersebut untuk mempermudah pembelajaran. Sebaliknya, dikatakan transfer negatif terjadi apabila


(42)

bahasa pertama dan bahasa asing sangat berlainan sehingga hampir tidak memiliki komponen yang semirip sehingga proses pembelajaran semakin rumit.

Berdasarkan pendapat di atas, latar belakang interferensi bahasa berkaitan erat dengan sikap bahasa. Menurut Bawa (1981:8) terdapat tiga ciri pokok perilaku atau

sikap bahasa. Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (i) language loyality, yaitu

sikap loyalitas/kesetiaan terhadap bahasa; (ii) language pride, yaitu sikap kebanggaan

terhadap bahasa; dan (iii) awareness of the norm, yaitu sikap sadar adanya norma

bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau sikap bahasa itu kurang sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur bahasa itu bersikap kurang positif terhadap keberadaan bahasanya. Bahkan, menurut Sugono, dkk. (2006b:70), “Penggunaan unsur-unsur bahasa asing dalam wacana/kalimat bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa. Sikap bahasa yang kurang positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia, yang sebenarnya tidak perlu terjadi.” Kecenderungan sikap bahasa seperti ini dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya interferensi bahasa bahasa asing terhadap bahasa pertama.

2.1.5 Bahasa Asing

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun

Kamus Pusat Bahasa (2005:88) dinyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja


(43)

sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri; percakapan, (perkataan) yang baik;

tingkah laku yang baik; sopan santun: baik budi bahasanya. Selanjutnya, bahasa

asing adalah bahasa milik bangsa lain yang dikuasai, biasanya melalui pendidikan formal dan secara sosiokultural tidak dianggap bahasa sendiri.

Bahasa asing dalam konteks politik bahasa nasional menjadi rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional di Bogor, 8-12 November 1999. Alwi dan Sugono (2003:4) merumuskan bahwa, “Bahasa asing di Indonesia adalah semua bahasa, kecuali bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah, dan bahasa serumpun Melayu. Bahasa asing yang berfungsi sebagai bahasa ibu warga negara Indonesia kelompok etnis tertentu tetap berkedudukan sebagai bahasa asing.”

Sejalan dengan rumusan tersebut, Huda dalam Alwi dan Sugono (2003:66-68) mengatakan pengertian bahasa asing dapat dilihat dari tiga sudut, yaitu wilayah asal, pemerolehan bahasa, dan fungsi sosio-kultural-politis.

1) Dari sudut asalnya dapat dirumuskan bahwa semua bahasa yang bukan berasal

dari wilayah Indonesia adalah bahasa asing.

2) Dari sudut pemerolehan bahasa dapat dibedakan bahasa pertama (bahasa ibu) dan

bahasa kedua (cenderung bahasa resmi/nasional), dan bahasa ketiga (bahasa asing). Di negara-negara yang penduduknya multietnis, yang menggunakan bahasa kedua yang berbeda dengan sebagian besar bahasa yang digunakan


(44)

sehari-hari di dalam lingkungan keluarga, seperti di Indonesia dan Filipina, bahasa ketiga adalah bahasa asing.

3) Dari sudut sosio-kultural-politis, bahasa asing adalah bahasa yang tidak

digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari, tidak dipakai untuk pengantar mata pelajaran di sekolah secara nasional, dan tidak dipakai sebagai alat komunikasi politik dan pemerintahan.

Menurut Alwi dan Sugono (2003:6), dalam kedudukannya sebagai bahasa asing di Indonesia, bahasa-bahasa selain bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun Melayu berfungsi sebagai (1) alat perhubungan antarbangsa dan (2) sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional. Di samping itu, bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia dapat memiliki fungsi lain, seperti bahasa Inggris menjadi sumber pengembangan tata istilah keilmuan dan bahasa Arab sebagai bahasa keagamaan dan budaya Islam.

Sejalan dengan pendapat di atas, Ridwan dalam Syarfina, dkk. (2009:13) mengatakan yang dinamakan bahasa asing dalam konteks Indonesia adalah semua bahasa yang berada di luar atau berasal dari luar wilayah bahasa Nusantara. Bahasa Nusantara, misalnya, bahasa Batak di Pulau Sumatera, bahasa Jawa di Pulau Jawa, bahasa Dayak di Pulau Kalimantan, bahasa Bali di Pulau Bali, bahasa Sasak di Kepulauan Nusa Tenggara, bahasa Maluku di Kepulauan Maluku, dan bahasa Papua di Pulau Papua. Sebaliknya, yang termasuk bahasa asing, misalnya, bahasa Inggris,


(45)

bahasa Jerman, dan bahasa Arab. Peran bahasa asing tersebut di Indonesia sebagai-berikut:

1) untuk alat komunikasi antarbangsa;

2) alat penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi;

3) pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi dan

peralatan kemajuan zaman, sepanjang belum terdapat padanannya dalam bahasa Indonesia; dan,

4) alat memperkenalkan budaya Indonesia ke negara dan bangsa lain.

Berdasarkan pengertian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa bahasa asing adalah bahasa yang digunakan oleh bangsa asing yang berada di luar wilayah bahasanya. Bahasa yang digunakan suatu bangsa di luar wilayahnya, misalnya, di Indonesia digunakan di negara lain, maka bahasa Indoneia dikatakan sebagai bahasa asing. Seluruh bahasa yang digunakan dalam satu wilayah atau etnik tertentu di dalam satu negara dikatakan sebagai bahasa daerah. Bahasa yang digunakan dalam negara dikatakan sebagai bahasa kenegaraan. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam satu kenegaraan yang dijadikan alat pemersatu bangsa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia.


(46)

2.1.6 Sikap Bahasa

Di dalam masyarakat multilingual, menurut Sumarsono dan Patana (2004:363) sikap bahasa seseorang ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah topik pembicaraan (pokok masalah yang dibicarakan), kelas sosial masyarakat pemakai, kelompok umur, jenis kelamin, dan situasi pemakai. Selain itu, Siregar, dkk. (1998:10) menyebutkan sikap bahasa sebagai kepercayaan, penilaian dan pandangan terhadap bahasa, penutur atau masyarakatnya serta kecenderungan untuk berperilaku terhadap bahasa, dan penutur bahasa atau masyarakatnya di dalam cara-cara tertentu.

Menurut Gavin dan Mathiot dalam Sumarsono dan Partana (2004:364), sikap bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga ciri pokok, yaitu (1) kesetiaan bahasa (loyalty language), (2) kebanggaan bahasa (language pride), dan (3) kesadaran norma

bahasa (awareness of the norm). Hal ini sejalan dengan pendapat Bawa (1981:8) yang

menyatakan ada tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa. Ketiga ciri pokok sikap

bahasa itu adalah (1) language loyality, yaitu sikap loyalitas/kesetiaan terhadap

bahasa, (2) language pride, yaitu sikap kebanggaan terhadap bahasa, dan (3)

awareness of the norm,

Berdasarkan penjelasan di atas, sikap bahasa berkaitan erat dengan kesetiaan bahasa. Di dalam hal ini, Weinreich (1970:99) mendefinisikan kesetiaan bahasa adalah ide yang mengisi mental dan hati manusia dengan pikiran-pikiran dan sistem


(47)

(akan sesuatu) dan mengendalikan manusia untuk menerjemahkan kesadarannya dalam tingkah laku berpola.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai interferensi pertama kali dilakukan oleh Weinreich pada tahun 1950 dan kemudian diikuti oleh sarjana lainnya, seperti Lado (1957), Meckey (1972), Haugen (1972). Penelitian interferensi di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Rusyana (1975) yang meneliti tentang interferensi morfologi pada penggunaan bahasa Indonesia oleh anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Sunda. Penelitian yang lain dilakukan oleh Sugiyono (1995), Budiarsa (2006), Pujiono (2006), Sinambela (2008), dan Syarfina, dkk. (2009).

Rusyana, Yus (1975)Penelitian Rusyana dalam disertasi berjudul Interferensi

Morfologi pada Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Anak- anak yang Berbahasa

Pertama Bahasa Sunda menggunakan anak-anak sekolah dasar di Jawa Barat sebagai

respondennya. Teori yang digunakan adalah teori Weinreich Languages in Contact

Pengambilan data interferensi dilakukan dengan cara mengambil tulisan dari responden yang terlebih dahulu mendengarkan sebuah cerita. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa para responden melakukan interferensi dalam tulisannya pada pembentukan nomina BI maupun verba yang menggunakan afiks.


(48)

Sugiyono (1995) dalam tesisnya meneliti tentang interferensi fonetis bahasa Sunda yang dikaitkan dengan stratifikasi sosial. hasil penelitiannya disebutkan bahwa terdapat tiga ciri sosial yang korelasinya tinggi terhadap interferensi. Sementara itu, tingkat interferensi yang terendah terdapat pada penutur generasi muda dengan pendidikan yang tinggi yang lebih suka menggunakan bahasa Sunda dari pada bahasa Indonesia.

Soewito (1987) dalam disertasi yang berjudul “Berbahasa dalam Situasi Diglosik” membicarakan penggunaan bahasa serta interferensi dalam bahasa pada masyarakat Surakarta yang multilingual dengan menggunakan landasan teori Hymes (1972) yang membahas tentang komponen percakapan yang digunakan dalam interaksi sosial antarpenutur di masyarakat. Temuannya adalah bahwa dalam penggunaan bahasa oleh masyarakat Surakarta ditentukan oleh faktor-faktor yang sangat menentukan yakni siapa peserta tuturnya, maksud tutur, sarana tutur, dan urutan tutur sesuai dengan nilai sosial budaya masyarakat setempat. Demikian pula penggunaan bahasa atau ragam bahasa oleh masyarakat Surakarta ditentukan oleh komponen-komponen tutur yang lainnya, seperti situasi tutur, peristiwa tutur, pokok tutur, dan norma tutur sesuai dengan fungsi bahasa sebagai media komunikasi di masyarakat.

Budiarsa (2006) memfokuskan kajian disertasinya pada penggunaan bahasa dalam ranah pariwisata pada beberapa hotel di Bali. Salah satu hasil penelitiannya adalah terjadinya interferensi dalam penggunaan bahasa Inggris pada aspek fonologis


(49)

atau pelafalan pada beberapa konsonan bahasa Inggris, interferensi morfologis seperti penggunaan kata dasar, penjamakan, dan interferensi sintaksis, misalnya penggunaan kalimat pasif, penggunaan kala lampau, dan kala kini bahasa Inggris.

Pujiono (2006) dalam tesis Sekolah Pascasarjana USU meneliti tentang interferensi gramatikal dan leksikal bahasa Indonesia terhadap bahasa Jepang. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa penyebab terjadinya interferensi leksikal adalah banyaknya kosakata dalam bahasa Indonesia yang mempunyai arti yang sama dalam bahasa Jepang.

Sinambela (2008) melakukan penelitian untuk penulisan tesis pada Sekolah Pascasarjana USU dengan judul “Interferensi Bahasa Indonesia terhadap Bahasa

Toba pada Buku Khotbah Impola ni Jamita”. Hasil analisis menunjukkan adanya

interferensi positif dan interferensi negatif. Bentuk interferensi positif dalam hal ini ialah tidak terdapat derepresentasi serpihan bahasa Indonesia tersebut di dalam bahasa Toba. Hal ini menjadi unsur pemerkaya khasanah bahasa Toba. Bentuk interferensi negatif dalam hal ini ialah masih terdapatnya representasi serpihan bahasa Indonesia tersebut dalam bahasa Toba.

Syarfina, dkk. (2009) dari Balai Bahasa Medan melakukan penelitian tentang “Sikap Masyarakat terhadap Pemakaian Bahasa Asing di Ruang Publik”. Di dalam penelitian ini, objek kajiannya adalah papan nama badan usaha, kain rentang yang ada di Kota Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Kota Medan bangga dan setia menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun


(50)

ada perbedaan pendapat di antara variabel laki-laki dan perempuan, dan antara usia, pekerjaan, dan pendidikan tetapi fakta-fakta kebahasaan yang menjadi variabel penelitian memperlihatkan bahwa masyarakat Kota Medan tetap bangga dan setia terhadap penggunaan bahasa Indonesia.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian terhadap interferensi bahasa asing dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan ini dijelaskan dalam dua konsep, yaitu konsep interferensi dan konsep bahasa asing.

2.3.3 Konsep Interferensi

Interferensi bahasa merupakan pencampuran unsur-unsur bahasa sumber dengan bahasa target. Pencampuran unsur bahasa terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, bahkan sampai pada tataran wacana. Masuknya unsur bahasa yang satu dengan bahasa lain akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan kaidah bahasa. Interferensi ini pada dasarnya terjadi pada masyarakat bilingual dan multilingual. Interferensi terlihat dalam bahasa lisan maupun tulisan.

Seluruh komponen bahasa yang masuk ke dalam satu bahasa ke bahasa yang lain baik sudah berintegrasi maupun belum dapat dikatakan interferensi. Bahasa yang masuk ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing ada yang diambil secara utuh karena sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia dan ada pula melalui


(51)

proses penyesuaian ejaan. Penyerapan bahasa melalui penyesuaian dikatakan sebagai interferensi sistemik.

Salah satu latar belakang terjadinya interferensi bahasa adalah sikap yang kurang positif penutur bahasa. Penutur bahasa sangat senang menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia walaupun bahasa Indonesia sudah memiliki padanan bahasa asing tersebut. Sikap bahasa ini juga kadang-kadang dipengaruhi oleh lingkungan yang menggunakan bahasa tersebut. Dengan demikian, perkembangan zaman dan teknologi dapat menyebabkan terjadinya interferensi.

Sebagai patokan terjadinya interferensi suatu bahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah-kaidah bahasa yang sudah disepakati oleh suatu bahasa penerima. Di samping itu, masuknya unsur bahasa asing yang terdapat dalam kamus bahasa asing dapat dijadikan suatu patokan interferensi unsur bahasa. Patokan bahasa

Indonesia adalah Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia dan Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Tata bahasa baku bahasa Indonesia dijadikan patokan untuk melihat

kaidah suatu bahasa pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis sedangkan kamus besar bahasa Indonesia digunakan untuk pada tataran leksikal bahasa. Di samping itu, patokan inferensi menggunakan kamus bahasa asing (Inggris, Belanda, dan Arab) untuk melihat bentuk asli leksikal yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.


(52)

Bahasa asing adalah bahasa yang digunakan oleh bangsa asing yang berada di luar suatu wilayah. Bahasa yang digunakan suatu bangsa di luar wilayah Indonesia, misalnya, dikatakan sebagai bahasa asing. Seluruh bahasa yang digunakan dalam satu wilayah atau etnik tertentu di dalam satu negara dikatakan sebagai bahasa daerah. Bahasa yang digunakan dalam negara dikatakan sebagai bahasa kenegaraan. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan dalam kenegaraan yang dijadikan alat pemersatu bangsa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Dengan demikian, bahasa resmi yang digunakan dalam suatu negara tertentu digunakan dalam negara lain maka bahasa tersebut dikatakan bahasa asing. Bahasa suatu etnik yang berada dalam satu wilayah tertentu yang merupakan bagian dari wilayah tersebut dikatakan bahasa daerah.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan preskriptif. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2005:894 ), preskriptif adalah bersifat memberi petunjuk atau ketentuan; bergantung pada atau menurut ketentuan resmi yang berlaku. Sejalan dengan itu, Sudaryanto (1982:5-6) menyatakan bahwa linguistik presriptif tidak menggambarkan bahasa sebagaimana adanya, melainkan memerikan bahasa sebagai mana seharusnya sesuai dengan ukuran yang diperkenankan untuk peristiwa kebahasaan tertentu yang dipandang baik dan benar. Soeparno (2008:2) yang menyatakan bahwa tata bahasa preskriptif berurusan dengan persoalan menghakimi benar salah pemakaian bahasa.

Berdasarkan pendapat di atas, pendekatan perskriptif mencoba memaparkan gejala bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar, dalam hal ini bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pendekatan preskriptif merupakan pendekatan yang sudah memiliki patokan atau ukuran yang dijadikan standarisasi dalam penentuan baku tidaknya sebuah bahasa yang telah terinterferensi. Di samping itu, kamus bahasa penerima dan kamus bahasa asing dapat dijadikan patokan dalam menentukan interferensi bahasa.


(54)

Berdasarkan pendekatan preskriptif, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan kedua metode penelitian ini untuk menguji kuesioner dan data secara statistik. Hal ini berdasarkan pendapat Djajasudarma (2006:10) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif harus dipertimbangkan dari segi metodologi kualitatif itu sendiri. Akan tetapi, penelitian kualitatif di dalam linguistik selalu ditunjang dengan kuantitatif dari segi penghitungan data.

Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian untuk mendeskripsikan data-data dengan menerapkan teori yang ada. Di dala penelitian ini, untuk mendeskripsikan tataran bahasa yang terinterferensi bahasa asing dan penyebab terjadinya interferensi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori

sosiolinguistik tentang interferensi bahasa, Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Inggris, .

Sebaliknya, penelitian kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan data sikap bahasa. Di dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung sikap bahasa responden terhadap bahasa asing dan menghubungkannya dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, etnik atau suku bangsa (keturunan), dan penjualan terhadap interferensi bahasa. Metode kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan teori statistik dan analisis data dengan program SPSS 17 dan petunjuk penggunaan program SPSS 17 yang diprogramkan oleh Priyatno (2009). Rumus untuk pengujian adalah koefisien korelasi product moment dari pearson dengan angka kasar.


(55)

r

xy = N∑XY – (∑ X) (∑ Y)

√{n∑X² - (∑ X) ²} { n∑Y ² - (∑Y) ²}

Adapun kriteria yang menunjukkan kuat atau lemahnya korelasi. Kriterianya sebagai berikut:

1) Angka korelasi berkisar antara 0 s.d. 1.

2) Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua

variabel. Darwyan, dkk (2009 :93) Interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut;

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi

KK = 0 0, < KK? 0,20 0,20 < KK? 0,40 0,40 < KK? 0,70 0,70 < KK? 0,90 0,90 < KK? 1 KK = 1

Korelasi sangat rendah/lemah sekali Korelasi rendah/lemah tapi pasti Korelasi yang cukup berarti Korelasi yang cukup berarti Korelasi yang tinggi, kuat

Korelasi sangat tinggi, kuat sekali, sangat diandal

Korelasi sempurna

3) Korelasi dapat positif dan negatif. Korelasi positif menunjukkan arah yang sama

hubungan antarvariabel. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil.

4) Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai


(56)

Ha : Jika probabilitas < 0,05, hubungan kedua variabel signifikan atau terdapat hubungan antara variabel X—Y .

Ho : Jika probabilitas > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan.atau tidak terdapat hubungan antara variabel X—Y .

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini memilih lokasi penelitian di Kota Medan. Hal ini berkaitan dengan besarnya pengaruh bahasa asing yang digunakan oleh masyarakat di Kota Medan dan Kota Medan merupakan kota besar yang pembangunannya sangat pesat. Di samping itu, mudahnya memperoleh informasi bagi masyarakat Kota Medan, baik dari media cetak maupun elektornik, memungkinkan terjadinya interferensi bahasa. Adapun penulisan nama badan usaha yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah nama hotel, plaza, perumahan, rumah makan, dan usaha kecil menengah yang terdapat di Kota Medan. Lokasi yang menjadi objek penelitian itu berada di Jalan Juanda, Putri Hijau, Halat, Brigjen Katamso, Skip, Multatuli, Merak Jingga, Sumatera, Cirebon, Sisingamangaraja, Mesjid Raya, Suprapto, Imam Bonjol, Patimura, Wahidin, Asia, dan Emas.


(57)

3.2.2Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan. Pertama, dalam 10 hari, yaitu

tanggal 11-20 Maret 2010 dilakukan pengumpulan data dalam bentuk foto nama

badan usaha swasta. Kedua, wawancara pada 10 responden selama 10 hari, yaitu

tanggal 3-13 Mei 2010. Ketiga, berdasarkan hasil klasifikasi foto nama badan usaha

swasta dan hasil wawancara maka dilakukan penyebaran angket serta mengumpulkannya dari responsen yang dilakukan dalam rentang waktu satu bulan, yakni tanggal 2 Juni sampai dengan 2 Juli 2010.

3.3Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nama badan usaha swasta yang berada di Kota Medan. Nama badan usaha swasta ini merupakan nama hotel, plaza, perumahan, rumah makan, dan usaha kecil menengah yang berjumlah 180 data. Data tersebut berasal dari sumber data yang diperoleh dari foto hasil rekaman. Sumber data ini dikumpulkaan untuk mengidentifikasi jenis interferensi bahasa.

Karena penelitian ini berkaitan dengan nama badan usaha swasta, penelitian ini akan mencari data pendukung yang berhubungan dengan dunia usaha. Adapun data pendukung berupa sikap bahasa pengusaha dalam pemilihan bahasa pada nama badan usaha yang menggunakan bahasa asing. Untuk mengambil data sikap bahasa pengusaha, penelitian ini dilakukan melalui angket. Sebagai bahan awal pembuatan


(58)

angket, penelitian ini menggunakan wawancara pada 10 pengusaha. Oleh karena itu, dalam usaha menjaring sikap bahasa pengusaha, penelitian ini menyebarkan angket untuk 100 orang dengan latar belakang yang berbeda. Untuk itu, subjek penelitian yang dipilih adalah usaha kecil menengah yang menggunakan bahasa asing pada nama badan usaha.

3.4Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil foto papan nama badan usaha swasta yang diidentifikasi telah terinterferensi bahasa asing, melakukan wawancara pada pemilik usaha, menyebarkan angket. Pengumpulan data sikap bahasa dilakukan dengan menyebarkan angket yang telah diberi nilai. Adapun jumlah butir angket yang digunakan dalam pengumpulan data adalah 25 butir. Angket pengumpulan data menggunakan skala liker, yaitu dengan jumlah alternatif tanggapan berjenjang atau bertingkat pada rentang 1-4. Pertanyaan positif (A) mengandung nilai 4, dan pertanyaan negatif (D) mengandung nilai 1. Penyusunan butir angket berdasarkan teori Weinreich tentang penyebab terjadinya interferensi bahasa. Penyusunan angket digunakan untuk menyaring tanggapan pengusaha dalam memilih nama usaha dengan menggunakan bahasa asing dan bahasa Indonesia.


(59)

3.5Prosedur Analisis Data

Tahap penganalisisan data hasil temuan penelitian interferensi bahasa pada papan nama badan usaha swasta dilakukan dengan 11 tahapan, yaitu:

1) mengidentifikasi seluruh data yang ada;

2) mengklasifikasi data berdasarkan tataran interferensi bahasa;

3) menentukan interferensi bahasa asing dalam penggunaan nama badan usaha

swasta;

4) menganalisis penyebab terjadinya interferensi dalam penggunaan nama badan

usaha swasta;

5) mencari validitas dan reliabilitas angket sikap bahasa;

6) deskripsi angket sikap bahasa;

7) tabulasi data sikap bahasa;

8) uji homogenitas data;

9) uji normalitas data; dan

10)uji korelasi data.


(60)

3.6Pemeriksa dan Pengecekan Keabsahan Data

Setelah data dilakukan penganalisisan terhadap data penelitian ini maka dilakukan lagi pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data. Keabsahan data dicek dengan melakukan teknik: (i) triagulasi (sumber, metode, dan peneliti); (ii) perpanjang kehadiran peneliti di lapangan; dan, (iii) observasi mendalam. Setelah keabsahan data hasil penelitian diperiksa dengan ketiga teknik tersebut maka hasil penelitian ini dicek dengan teknik: (i) pembahasan temuan dengan teman sejawat; (ii) analisis kasus negatif; dan, (iii) pembahasan temuan hasil penelitian. Dengan demikian, pemeriksaan dan keabsahan data penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


(61)

BAB IV

ANALISIS INTERFERENSI BAHASA

4.1Analisis Interferensi Bahasa

Di dalam mengidentifikasi data nama badan usaha yang menggunakan bahasa

asing, penelitian ini menggunakan panduan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tata

Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Inggris, Belanda, dan Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan nama badan usaha swasta lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa asing lainnya. Di samping itu, pengaruh bahasa Inggris terhadap penulisan nama badan usaha swasta cukup besar. Akan tetapi, dalam pengidentifikasian data interferensi bahasa, penelitian ini tidak membicarakan etimologi bahasa.

Dari hasil pengidentifikasian data, penulisan nama badan usaha dapat diklasifikasikan bahwa tataran bahasa yang terinterferensi adalah tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. . Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.

4.2Analisis Tataran Bahasa yang Terinterferensi

Setelah dilakukan identifikasi dan analisis data pada penggunaan bahasa dalam penulisan nama badan usaha diperoleh hasil, yaitu penulisan nama badan usaha


(62)

terinterferensi oleh bahasa asing Inggris, Belanda, dan Arab. Adapun tataran bahasa yang telah terinterferensi dalam kasus penulisan nama badan usaha swasta, yaitu pada tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.

4.2.1Tataran Fonologi

Interferensi dalam tataran fonologi terlihat pada singkatan, nama orang, dan kata yang telah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan sebagai nama usaha. Adapun fonologi yang terinterferensi yaitu fonem /c, u, a, e, g, z, b/.

Tabel 4.1: Interferensi Fonologi

Fonologi Nama /Jenis Usaha Bahasa Asing BahasaIndonesia

C [Se] C. Cathay

KFC

C.A Perfumerry

Halat Education Centre (HEC)

GSM & CDMA

c [si] c [si] c [si] c [si]

c [si] C[c]

KFC [k,f,c] C.A [c] HEC [h,e,c]

CDMA [c,d,m,a]

C [k] Elco

Caldi

[el kAu]

[kaldi]

Elco [elcO]

[caldi]

U [e] Cristian National Plus Shcool Plus [plAs] plus [plUs]

U [a] Pizza Hut

Anmo Peter Cung

hut [hAt]

cung [cAng]

Hut [hUt] Cung [cung]


(63)

A [e] Maygita

C.A Perfumerry

[meigita] C.A - a [ei]

[maygita] C.A [c.a]

A [o] Medan Mal Mal - mOl Mal [mal]

E [i] Halat Education Centre (HEC) HEC - e[ei] HEC -E[e]-[d]

G [j] Genius Education Training

School

[jinias] [genius]

Z [j] Uni Plaza Building [pla:zə] [pla:zə]

B [bi] CEMB Niaga [si,ei,em,bi] [c,e,m,be]

Dari tabel 4.1 terdapat kata yang sudah masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui penyerapan langsung dan melalui penyesuaian ejaan atau sistemik. Namun, kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia masih menggunakan bunyi ejaan

bahasa asing. Contohnya, plus [ples] mal [mol], bahasa Indonesia plus [plus], mal

[mal]. Ada pula kata yang berasal dari bahasa asing yang diucapkan dengan bunyi

bahasa Indonesia. Contohnya, kata plaza yang diucapkan dengan [plaja]. Oleh karena

itu, dapat dikatakan sebagian besar masyarakat Kota Medan mengucapkan kata plaza

adalah [plaja] karena pada dasarnya hal tersebut disebabkan fonem /z/ berasal dari

bahasa asing dan dalam kosa kata bahasa Indonesia tidak terdapat fonem /z/. Kata

genius diucapkan [jenius]. Pada dasarnya kata yang digunakan pada nama badan


(64)

Indonesia mengikuti bunyi bahasa asing. Contohnya, sun plaza [san plaza] dalam

bahasa Indonesia diucapkan [plaza sUn]. Sebagian masyarakat mengucapkan kata

plaza adalah [Plaja]. Hal tersebut dilakukan pada 20 orang, yang mengucapkan [plaja] sebanyak 16 orang dan 6 orang mengucapkan [plaza]. Dari data tersebut membuktikan bahwa bunyi bahasa yang sudah terinterferensi sulit untuk mengubahnya sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dari data di atas dapatlah dikatakan bahwa bunyi bahasa Indonesia yang terinterferensi, yaitu C [Si] , C [k], A [o], E [i], U [e], U [a], A [e], G {[j], Z [j], dan B [bi].

4.2.2 Tataran Gramatikal

Interferensi gramatikal merupakan interferensi bidang morfologi dan sitaksis. Oleh kerana itu, dalam tataran interferensi gramatikal akan membicarakan interferensi bidang morfologi dan sintaksis. Di dalam bidang morfologi, pembahasan tentang pembentukan kata yang menyangkut pengimbuhan dan frase. Sebaliknya, bidang sintaksis menyangkut struktur kalimat.

4.2.2.1Interferensi Morfologi

Setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil penulisan nama badan usaha swasta telah terinterferensi bahasa asing pada bidang morfologi, yaitu pengimbuhan dan frase (kelompok kata). Pada pengimbuhan terlihat penggunaan imbuhan -s, -er dankata berimbuhan -al, -ing, dan -es. Interferensi frase dapat terlihat dengan penggunaan kelompok kata yang berasal dari bahasa asing dan pola susunan


(65)

kata dalam frase yang telah mengalami penyimpangan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.

1. Interferensi Kata Berimbuhan

Dari data yang terkumpul terdapat beberapa jenis interferensi kata berimbuhan

dari bahasa asing yangdigunakan dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota

Medan.

1) Kata-kata yang menggunakan imbuhan -s seperti pada jenis dan nama usaha

swasta, seperti Bahagia Ekspress, Forest Australian 4X4 Eqoupments, Octor’s

Lab, Nusantara Toy’s, Hotel Sukma CityRoom’s, dan Meeting Room’s.

Dari contoh di atas terlihat bahwa bahasa asing yang digunakan menggunakan

imbuhan -s. Namun, terdapat kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia

masih tetap menggunakan s yang terkesan menggunakan imbuhan –s padahal

hanya untuk variasi kata saja , yaitu kata ekspress. Adapula kata yang digunakan

menggunakan imbuhan -s yang digunakan langsung pada nama usaha, contohnya,

Eqoupments, octor’s, toy’s dan room’s.

2) Kata-kata yang berimbuhan -er dapat dilihat pada jenis usaha swasta yang

bergaris miring di bawah ini . Contohnya, Queen Internet Café, scanner, printer,

Ladies, fashion supplier. Kata scanner dan printer dalam bahasa Inggris dibentuk

dari kata scan ditambah dengan akhiran -er. Kebanyakan orang Indonesia


(1)

Crosstab

Count

Keturunan

Total WNI Asli WNI Keturunan

Pertanyaan 18 tidak senang 1 1 2

kurang senang 17 13 30

senang 21 19 40

sangat senang 21 7 28

Total 60 40 100

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R -.141 .096 -1.411 .161(c)

N of Valid Cases 100

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.


(2)

Crosstab

Count

Penjualan

Total

500.000-2000000

2100000 -3500000

3600000 -5000000

5100000 -6500000

6600000 ke atas

Pertanyaan 18 tidak senang 1 1 0 0 0 2

kurang senang 10 15 1 2 2 30

senang 8 17 9 3 3 40

sangat senang 6 4 6 7 5 28

Total 25 37 16 12 10 100

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .320 .095 3.348 .001(c)

N of Valid Cases 100

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.


(3)

Lampiran 9

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan sejujurnya.

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Omset (penjualan) /hari :

18.Setujukah Anda bahasa asing lebih praktis dibandingkan bahasa Indonesia khususnya pada nama badan usaha?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

19.Menurut Anda bahasa asing yang digunakan pada nama badan usaha akan mempengaruhi nilai jual dibandingkan dengan bahasa Indonesia?

A. Sangat banyak mempengaruhi C. Sedikit mempengaruhi

B. Banyak mempengaruhi D. Tidak mempengaruhi

20.Apakah Anda senang menggunakan bahasa asing dari pada bahasa Indonesia dalam penulisan jenis nama usaha?

A. Sangat senang C. Kurang senang

B. Senang D. Tidak senang

21.Setujukah Anda bahwa bahasa asing yang Anda gunakan pada jenis usaha disebabkan meniru bahasa jenis usaha orang lain ?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

22.Setujukah Anda bahwa menggunakan bahasa asing pada nama badan usaha karena mengikuti tren masa kini?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

23.Setujukah Anda bahwa Bahasa asing yang Anda gunakan untuk jenid usaha Anda disebabkan tidak mengetahui padanannya dalam bahasa Indonesia ?


(4)

B. Setuju D. Tidak setuju

24.Setujukah Anda penggunaan bahasa asing pada nama badan usaha Agar masyarakat mudah mengingat nama usaha Anda?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

25.Setujukah Anda bahwa pengunaan bahasa asing pada nama badan usaha dapat memperkaya bahasa Indonesia?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

26.Setujukan Anda jika penggunakan bahasa asing pada nama badan usaha karena tuntutan zaman?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

10. Setujukah Anda penggunaan bahasa asing pada nama badan usaha memiliki nilai prestise yang tinggi dalam masyarakat?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

11. Setujukah Anda menggunakan bahasa asing pada nama badan usaha dengan tujuan ketertarikan terhadap usaha Anda?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

12. Setujukah Anda penggunaan bahasa asing pada nama badan usaha menunjukkan bangsa Indonesia makin maju?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

13. Sebagian besar masyarakat tidak memahami bahasa asing, apakah Anda tidak khawatir sebagian kecil masyarakat yang memahami jenis usaha Anda?

A. tidak khawatir C. khawatir

B. sedikit khawatir D. Sangat khawatir

14. Apakah Anda kecewa jika mendapat peringatan dari pemerintah agar mengganti nama badan usaha yang menggunakan bahasa asing menjadi bahasa Indonesia?


(5)

A. Sangat kecewa C. sedikit kecewa

B. kecewa D. tidak kecawa

15. Setujukah Anda penggunaan bahasa asing pada nama badan usaha dapat menghilangnya ciri khas bahasa Indonesia?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

16. Setujukah Anda penggunan bahasa asing pada nama badan usaha dapat menambah pengetahuan masyarakat pada bahasa asing?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

17. Seringkah Anda menerapkan kosa kata asing dalam berkomunikasi? A. Sangat sering C. Sekali-kali

B. Sering D. Tidak pernah

26.Senangkah Anda mengikuti pelajaran bahasa asing sehingga Anda menggunakan bahasa asing pada nama badan usaha ?

A. Sangat senang C. Kurang senang

B. Senang D. Tidak senang.

27.Jika Anda mendapat penyuluhan bahasa Indonesia tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan nama badan usaha apakah Anda tertarik untuk mengikutinya?

A. Sangat tertarik C. Sedikit tertarik

B. Tertarik D. Tidak tertarik

20. Jika usaha Anda menggunakan nama bahasa asing sudah menjadi sukses, Apakah Anda bersedia membayar pajak dua kali lipat dibandingkan dengan Anda menggunakan bahasa Indonesia yang hanya satu kali lipat?

A. Sangat bersedia C. Sedikit bersedia B. Bersedia D. tidak bersedia

21. Kota Medan tidak pernah mendapatkan Adi Bahasa (Anugrah Bahasa) disebabkan salah satunya sangat banyak badan usaha yang menggunakan bahasa


(6)

asing. Apakah Anda mau bersedia untuk mengganti nama usaha Anda dengan bahasa Indonesia agar Kota Medan memperoleh Adi bahasa?

A. Sangat bersedia C. Sedikit bersedia B. Bersedia D. tidak bersedia

22. Jika pemerintah mengeluarkan UU Kebahasaan tentang pengaturan penulisan nama badan usaha apakah bersedia mengganti nama usaha Anda?

A. Sangat bersedia C. Sedikit bersedia B. Bersedia D. tidak bersedia

23. Apakah Anda setuju jika pemerintah mengatur bahasa pada penulisan nama badan usaha Anda?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

24. Setujukah Anda bahwa perkembangan zaman /teknologi lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan bahasa Indonesia sehingga lebih banyak jenis usaha menggunakan bahasa asing ?

A. Sangat setuju C. Kurang setuju

B. Setuju D. Tidak setuju

25. Senangkah Anda melihat jenis usaha yang menggunakan bahasa asing yang ada di

kota Medan?

A. Sangat senang C. Kurang senang