dalam tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Interferensi dalam tataran fonologi terjadi pada pelafalan bahasa asing dalam bahasa Indonesia; interferensi
tataran gramatikal terjadi secara morfologis, sintaksis, dan leksikal; interferensi tataran semantik terjadi akibat perluasan, penambahan, dan penggantian makna dari
bahasa sumber ke dalam sasaran, yakni bahasa Indonesia.
6.5 Interferensi Bahasa
Berdasarkan temuan penelitian terbukti bahwa papan nama badan usaha swasta di Kota Medan lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dibandingkan
dengan bahasa asing lainnya, seperti bahasa Belanda dan Arab. Penggunaan bahasa Inggris dalam penulisan nama badan usaha, secara fonologis dapat menimbulkan
pengucapan yang bahkan pengucapan berulang terhadap nama tersebut. Kosakata yang terinferensi adalah kata-kata yang menggunakan fonem c, u, a, e, g, dan b.
Misalnya, kata , plus, dan mal atau Bromo Residence Hunian Eksklusif, Properti One Real Estate Agen and Consultan, dan Good Year Sentraservis.
Interferensi tidak hanya terjadi secara fonologis melainkan juga secara gramatikal. Temuan penelitian ini mencatat bahwa pada tataran gramatikal terjadi
interferensi secara morfologis, sintaksis, dan leksikal. Secara morfologis, interferensi terjadi pada kata berimbuhan -s, -er dan kata berimbuhan -al, -ing, dan -es.
Contohnya, kata berimbuhan –al pada Kim Co Oriental Restourant, Auderly Herbal Treatment, dan CV. Tira Car Rental. Kata-kata tersebut merupakan kata yang telah
Universitas Sumatera Utara
dilekati imbuhan –al, seperti oriental, herbal, dan rental. Di dalam bahasa Inggris kata oriental, herbal, dan rental yang dibentuk dari kata orient, herb, rent yang
mendapat imbuhan -al sehingga terbentuk kata oriental, herbal, dan rental. Dari ketiga kata tersebut kata oriental dan rental telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Kata rental dan oriental diserap langsung ke dalam bahasa Indonesia dan tidak mengalami perubahan bentuk. Untuk kata herbal, dalam bahasa Indonesia tidak
terdapat kata herbal melainkan kata herba. Dengan demikian, secara morfologis terjadi interferensi yang tidak konsisten dalam penulisan nama badan usaha swasta di
Kota Medan. Sebaliknya, interferensi frase dapat terlihat dengan penggunaan kelompok
kata yang berasal dari bahasa asing dan pola susunan kata dalam frase yang telah mengalami penyimpangan bahasa Indonesia. Di dalam hal ini ditemukan kasus frase
asing yang menggunakan sebagian kata yang berasal dari bahasa Indonesia tetapi masih menggunakan struktur bahasa Inggris Contohnya, Merdeka Walk, Berjaya
Travel, Citra Money Changer, Sukma City, Panglima Express, Nusantara Toy’s, dan Thai Refleksi Kaki. Dari contoh tersebut terlihat bahwa kata merdeka, berjaya, citra,
sukma, Nusantara, panglima, dan kaki berasal dari bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sebagian kata yang berasal dari bahasa Indonesia
belum tentu dapat mengubah struktur bahasa asing menjadi bahasa Indonesia dalam penulisan nama badan usaha swasta. Akan tetapi, terdapat frase berbahasa asing yang
berstruktur Indonesia. Frase asing yang menggunakan bahasa asing yang berstruktur bahasa Indonesia, contohnya, Queen, Game On Line, CM. Club Mobil Optik Star,
Universitas Sumatera Utara
Teh Kun-Fu, Club Atletis, dan Station Accessoris. Dari contoh tersebut membuktikan pula bahwa adanya unsur kesengajaan mengubah struktur bahasa Indonesia menjadi
struktur bahasa asing, yakni bahasa Inggris, dan struktur bahasa asing menjadi struktur bahasa Indonesia.
Secara gramatikal, interferensi bahasa asing dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan tidak hanya terjadi secara morfologis, melainkan juga
secara sintaksis dan leksikal. Secara sintaksis, temuan penelitian mencatat dua nama badan usaha yang menggunakan klausa berbahasa Inggris, yakni Toyo, we do what
you think dan Food Court, meet me at the mall. Penggunaan klausa berbahasa Inggris dalam penulisan nama badan usaha di Indonesia ini memperlihatkan sikap bahasa
yang negatif dalam menjunjung bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. Sebaliknya, secara leksikal ditemukan interferensi yang bervarisi. Temuan
penelitian ini mencatat interferensi unsur leksikal yang dikelompokkan pada interferensi leksikal sistemik, interferensi leksikal serapan langsung, dan interferensi
leksikal bahasa asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia. Interferensi leksikal sistemik terdiri dari interferensi leksikal yang sudah disistemikkan dan
interferensi leksikal sistemik yang masih menggunakan bahasa asingnya. Interferensi leksikal yang sudah disistemikkan ditandai dengan ciri penggunaan bahasa asing
yang sudah disesuaikan penulisan dan pengucapan ejaannya dalam bahasa Indonesia. Contohnya, Etalase Fashion Icon dan Properti One Real Estate Agen and Consultan.
Kata etalase diserap dari bahasa Belanda, etalage dan kata agen diserap dengan penyesuaian pelafalan dari bahasa Inggris, agent. Akan tetapi, dalam interferensi
Universitas Sumatera Utara
leksikal sistemik ini masih terdapat penggunaan bahasa asing, baik yang sudah diadaptasi maupun yang sudah sesuai dengan pelafalan bahasa Indonesia. Contohnya,
Etalase Fashion Icon, Bromo Residence Hunian Eksklusif, dan thabib. Kata icon dalam bahasa Inggris telah diindonesiakan menjadi ikon, residence menjadi residen,
dan kata thabib menjadi tabib. Akan tetapi, kosakata tersebut tetap menggunakan bahasa Inggris dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan, sehingga
mencerminkan sikap bahasa yang tidak konsisten dalam usaha penyerapan kata dan istilah asing dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan di atas, terdapat ketidaktaatasasan atau ketidakkonsistenan penggunaan bahasa asing pada penulisan
nama badan usaha swasta di Kota Medan sehingga menimbulkan interferensi bahasa yang bervariasi. Di dalam hal ini, penggunaan bahasa asing bukan tidak dibenarkan
dalam berbahasa Indonesia. Bahasa asing tetap dibenarkan digunakan dalam bahasa Indonesia apabila tidak ditemukan padanannya atau telah sesuai pelafalannya dengan
pelafalan dalam bahasa Indonesia. Untuk kasus ini, interferensi bahasa asing dikelompokkan pada leksikal serapan langsung dan leksikal asing yang belum diserap
ke dalam bahasa Indonesia, contohnya brosing, chating, printer, dan scanner. Interferensi bahasa asing terhadap bahasa Indonesia dalam penulisan nama
badan usaha swasta di Kota Medan tidak terjadi dalam semua kelas kata. Temuan penelitian ini mencatat enam kelas kata yang digunakan untuk penulisan nama badan
usaha swasta di Kota Medan, yakni nomina, verba, adjektiva, artikel, dan kata tugas. Contohnya,restourant nomina, surf verba, oriental adverbia, Up 2 Date
Universitas Sumatera Utara
numeralia, Salon The Gu Wijaya artikel, dan Popeyes Chicken Seafood kata
tugas. Penggunaan nomina dan verba dalam penulisan nama badan usaha tersebut memperlihatkan kepekaan pengusaha terhadap daya tarik konsumen. Hal ini selaras
dengan pendapat Samsuri 1985 dalam Kridalaksana 2005:21 yang menyatakan bahwa kelas kata utama merupakan pembawa pengertian semantis, bersifat peka
alam, peka budaya, peka tempat, dan bersifat terbuka. Dengan demikian, interferensi bahasa asing dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan tidak
bermaksud untuk merusak bahasa Indonesia melainkan untuk memenuhi aspirasi masyarakat yang menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang
sejalan dengan kedudukan Kota Medan sebagai kota metropolitan yang multietnis. Berdasarkan pembahasa di atas, interferensi bahasa secara fonologi,
gramatikal, dan leksikal memunculkan interferensi secara semantik. Pemahaman sebuah kata dalam bahasa asing dalam bahasa Indonesia tidak sesuai dengan makna
kata asal dalam bahasa aslinya. Hal ini menimbulkan interferensi semantik perluasan, penambahan, dan penggantian. Contohnya, shopping dan restourant menginterferensi
bahasa Indonesia secara fonologis, leksikal, dan semantik. Secara semantik, terjadi penambahan makna. Kata shopping di Indonesia mengacu pada belanja di tempat
yang mewah sedangkan di Inggris kata shopping bermakna belanja di mana saja. Orang Indonesia menganggap kata shopping tidak tepat digunakan pada kata belanja
di warung. Begitu pula halnya dengan kata restaurant. Dahulu, orang Indonesia tidak mengenal kata restaurant yang dikenal adalah warung makan atau rumah makan.
Orang Inggris, kata restaurant mengacu pada tempat makan atau rumah makan.
Universitas Sumatera Utara
Orang Indonesia menggunakan kata restoran mengacu pada tempat makan yang mewah dan tidak mengacu pada rumah makan yang ada di pinggir jalan.
Kosakata Asing yang menginterferensi bahasa Indonesia memiliki kemungkinan berulang dalam pengucapan. Hal ini disebabkan kosakata tersebut
menjadi nama badan usaha dan menjadi keharusan pengucapan bagi orang-orang yang berhubungan dengan usaha tersebut. Secara interferensi, penggunaan kosakata
yang menimbulkan pengucapan yang berulang dapat memberi unsur serapan dalam bahasa yang terinterferensi. Joseph Errington 2000 dalam Bonvillain 2003:374
mengatakan, “As currently spoken, Indonesian has incorporated numerous borrowings from English.” Karena terus diucapkan, bahasa Indonesia sudah
menggabungkan sejumlah kata serapan dari bahasa Inggris.
6.6 Sikap Bahasa