Makar yang Menyerang Keamanan Presiden atau Wakilnya Makar yang Menyerang Keamanan dan Keutuhan Wilayah Negara

harus timbul bukan akibat-akibat itu, akan tetapi wujud perbuatan yang apabila dilihat dari Pasal 53 1 KUHP adalah dapat berupa wujud permulaan pelaksanaan perbuatan dalam rangka mencapai maksud memisahkan sebagian wilayah RI atau jatuhnya wilayah RI ke dalam kekuasaan musuh tersebut.

3. Makar yang Menyerang Kepentingan Hukum Tegaknya

Pemerintahan Negara Yang dimaksudkan ini ialah kejahatan yang dirumuskan dalam Pasal 107 KUHP, yang rumusannya adalah sebagai berikut: 40 1 Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun; 2 Para pemimpin dan para pengatur makar tersebut dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama 20 dua puluh tahun. Perbuatan makar yang pada dasarnya berupa wujud permulaan pelaksanaan dari suatu perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 53 1 KUHP dalam rangka mencapai tujuan menggulingkan pemerintahan atau tergulingnya pemerintahan, tidaklah perlu berupa perbuatan yang begitu dahsyatnya dengan kekerasan menggunakan senjata. Makar disini sudahlah cukup misalnya dengan membentuk organisasi dengan alat- alatnya seperti anggaran dasar, program kerja, tujuan yang ingin dicapai dan sebagainya yang semua wujud-wujud kegiatan itu menuju pada suatu tujuan yang kebih besar ialah menggulingkan pemerintahan yang sah. 40 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara, h. 19-20

C. Makar dalam Hukum Positif

1. Pengaturan Makar dalam KUHP

Pengaturan makar dalam KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagaimana dimuat dalam Bab I Buku II KUHP, terdiri dari 3 bentuk, yaitu: a Makar yang menyerang terhadap kepentingan hukum bagi keamanan Kepala Negara atau Wakilnya Pasal 104 KUHP; b Makar yang menyerang terhadap kepentingan hukum bagi keamanan, keselamatan, dan keutuhan wilayah negara Pasal 106 KUHP; c Makar yang menyerang terhadap kepentingan hukum bagi tegaknya pemerintahan negara atau menggulingkan pemerintahan Pasal 107 KUHP. 41 Dalam pengaturan makar atau kejahatan yang berhubungan dengan makar yang mengancam keamanan, keselamatan, dan keutuhan negara. Disini penulis mencoba merumuskan kejahatan yang berkaitan dengan keamanan, keselamatan dan keutuhan negara dengan memfokuskan pada Pasal 104 KUHP, Pasal 106 KUHP, Pasal 107 KUHP, Pasal 108 KUHP dan Pasal 110 KUHP. Berikut uraian pasal tersebut: a Kejahatan Makar Dalam kejahatan makar terhadap negara, makar terhadap nyawa atau kemerdekaan Kepala Negara atau Wakilnya tercantum 41 Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Yogyakarta: Gajah Mada, 1978, h. 11 dalam Pasal 104 KUHP, makar terhadapuntuk memisahkan wilayah negara tercantum dalam Pasal 106 KUHP dan makar untuk menggulingkan pemerintahan yang sah tercantum dalam Pasal 107 KUHP. 42 Pasal 104 KUHP, bunyi rumusannya, ialah: “Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. ” 43 Pasal 106 KUHP, bunyi rumusannya, ialah: “Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah negara, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. ” Pasal 107 KUHP, bunyi rumusannya, ialah: 1 Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 2 Para pemimpin dan para pengatur makar tersebut dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjarasementara paling lama dua puluh tahun. 44 b Kejahatan Pemberontakan Kejahatan pemberontakan dirumuskan dalam Pasal 108 KUHP, bunyi rumusannya, ialah: 1 Barangsiapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun: 1. orang yang melawan Pemerintah Indonesia dengan senjata; 42 Djoko Prakoso, Tindak Pidana Makar menurut KUHP, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, h. 9 43 Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, h. 43 44 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, h. 45