Sanksi Hukum Terhadap Bughat

kemunduran dalam suatu masyarakat negara. 3 Namun, memerangi bughat bukan semata-mata bermaksud untuk membunuh mereka, tetapi untuk menghentikan pemberontakan yang dilakukan dan mengajak mereka untuk taat dan patuh kembali kepada imampemimpin. Namun, walau sanksi bagi bughat adalah hukuman mati atau ditumpas pada saat terjadinya perang diperangi, para ulama madzhab sepakat harus adanya proses dialog terlebih dahuluperingatan dan ajakan untuk kembali taat sebelum memberikan hukuman. Proses dialog dilakukan dalam rangka menemukan faktor yang mengakibatkan para pembangkang melakukan pemberontakan dan menemukan jalan damai. Jika mereka menyebut beberapa kedzaliman atau penyelewengan yang dilakukan oleh imam dan mereka memiliki fakta-fakta yang benar, maka imam harus berupaya menghentikan kedzaliman dan penyelewengan tersebut. Upaya berikutnya adalah mengajak para pemberontak diajak kembali taat dan patuh kepada imam. Apabila mereka bertaubat dan mau kembali patuh maka mereka harus dilindungi. Sebaliknya, jika mereka menolak untuk taat dan malah menyerang dengan senjata, barulah diperbolehkan untuk memerangi dan membunuh mereka. Hal tersebut sesuai berdasarkan Q.S. Al- Hujuraat ayat 9: ْ2ن ِ إ. ْ ْ . 0مْ 0نا.ت.ف0ئ3ا .ط ْ. 2ي0 0مۡؤ ۡل ٱ ْ ْ2إول.ت.تۡق ٱ ْ ْ2 ن ِ ا.فْۖا. .َۡي.بْ2إوح0ل ۡصأ.ف ْ ْ .َ.عْا. هٰ.دۡحِإْ ۡò.غ.ب ْه.رۡخ ۡۡ ٱ ْ ْ2إول0تٰ .ق.ف ْ 0تذل ٱ ْ ْهذّ.حْي0غۡب.ó ْ 0رۡمٱْ 3ه.ِٰإْ. 3ي0ف.óْ ْه0ذل ٱ ْ ْ2ن ِ ا.ف ْ ْ0بْا. .َۡي.بْ 2إوح0ل ۡصأ.فْ ۡت. 3ا.ف ْ0ل ۡد.عۡل أ ْ ْۡقٱ. ْۖ2إ3و ط 0س ْ ْ ذن ِ إ ْ.ذل ٱ ْ ْ هب0 ُ ْ. 2ي 0ط 0سۡق ۡل ٱ ْ 3 Rokhmadi, Reformulasi Hukum Pidana Islam, Studi tentang Formulasi Sanksi Hukum Pidana Islam, Semarang: Rasail Media Grup, 2009, h. 48 Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya. Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antar keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berperilaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Selain itu, langkah tegas pemerintah ini juga didasarkan pada firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 194: ْ 0 . .ف ْه.د.تۡع ٱ ْ ْ.فْۡ ُۡي.ل.ع ْ2إ د.تۡع أ ْ ْا.مْ 0لۡث0 0بْ0 ۡي.ل.ع ْه.د.تۡع ٱ ْ ْهُۡۡي.ل.ع Artinya: “Barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu .” Dalam hadist Nabi Muhammad SAW juga disebutkan: ْ. شْ 2بإْ.ñ.ج.ف2ر.عْ 2 .ع. ْ2و س.رْ ò2ع0 .َْ.لا.قْ:-ح2ي ْ ل ْذَ .صْ0 ذلإ ْذلإْ ْ ْ.ذّ .س.ْ0 2ي.ل.ع ْ2وق.يْ ْ2مٱ.ْ2 ُ .َٱْ 2 .مْ ل ْر ْ2 ُ ْ ع2ي0 .َ ْ ْ.ق01ر.فهيْ 2نٱْد2ي0ريْ-لج.رْ .َ.ع ْ ّسمْ إرْ 2ولت2قا.فْ2 ُ.ت.عا. .َ Artinya: “Dari A’fazah ibn Suraihin: Rasulullah SAW bersabda: „Siapa yang mendatangi kalian dalam keadaan kalian telah berkumpulbersatu dalam satu kepemimpinan kemudian dia ingin memecahkan persatuan kalian atau ingin memecah belah jamaah kalian, maka perangilahbunuhlah orang tersebut’. Strategi islah dengan cara dialog ini sebagai tindakan awal untuk menyelesaikan pemberontakan seperti yang tersirat dalam ayat di atas. Hal ini juga beberapa kali pernah dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a saat menjadi Khalifah. Misalnya ketika muncul kaum Khawarij, yakni segolongan kaum muslimin yang berlainan faham politik, menentang kebijakan serta menyatakan keluar dari pemerintah. Menurut riwayat, jumlah kaum Khawarij pada waktu itu diperkirakan 8000 orang. Khalifah Ali r.a mengutus Ibnu Abbas kepada kaum Khawarij untuk mendekati dan berdialog dengan mereka agar kembali patuh kepada imam. Setelah berunding dan bertukar pikiran, 4000 orang diantara mereka kembali masuk kedalam pemerintahan, sedang 4000 lainnya tetap menjadi gerombolan. Sisanya tersebutlah yang kemudian boleh diperangi. Sebelum terjadinya perang Jamal Unta, Khalifah Ali r.a juga pernah mengirimkan utusan untuk melakukan pendekatan dialog dan ajakan untuk patuh pada imam kepada penduduk Basrah. Bahkan Khalifah Ali r.a menekankan kepada para sahabat untuk tidak memulai pertempuran. 4 Pendekatan dialog serta ajakan untuk kembali patuh kepada imam sebelum melakukan perang bagi pemberontak, menunjukkan bahwa Islam merupakan ajaran cinta damai, mengajarkan kasih sayang dan menjadi rahmat untuk alam semesta “rahmatan lil „alamin”. Pertimbangan lain, pertempuran dalam bentuk apapun hanya akan menimbulkan kerugian kepada kedua belah pihak. Untuk menentukan hukum dalam Islam, selain pertimbangan nash juga ada kaidah fiqh yang bisa menjadi pedoman. Salah satu kaidah fiqh tersebut adalah maslahat mursalah, yakni menetapkan hukum dalam hal-hal yang sama sekali tidak disebutkan dalam Al-Quran maupun Al-Hadist, dengan pertimbangan untuk kemaslahatan atau kepentingan hidup manusia yang bersendikan pada asas menarik manfaat dan menghindari kerusakan. 5 4 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 118 5 Amin Farih, Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam, Semarang: Walisongo Press, 2008, h. 17

B. Sanksi Hukum Bagi Pelaku Makar

Apabila dalam suatu negara terdapat gerakan anti pemerintah yang dinyatakan sebagai gerakan makar, maka pemerintah wajib memerangi mereka, namun dengan ketentuan sebagai berikut: 6 1. Gerakan makar untuk melawan pemerintahan yang sah dan adil dalam menetapkan kebijakan. 2. Gerakan makar dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki kekuatansenjata. 3. Gerakan makar disertai dengan pernyataan pemisahan diri dari pemerintah dikarenakan berbeda paham menyangkut kebijakan politik. 4. Gerakan makar tersebut dibawah satu komando yang terorganisir secara sistematis dan strategis. Meskipun pemerintah berhak untuk memerangi dan menumpas gerakan makar tersebut, tetapi pemerintah harus memulainya dengan memberikan peringatan terlebih dahulu dengan tujuan supaya mereka sadar dan menghentikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan makar agar bisa kembali mematuhi aturan dan kebijakan pemerintah secara baik. 7 Dan apabila peringatan dari pemerintah tidak direspon dengan baik, maka pemerintah harus memerangi gerakan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Pemerintah tidak boleh membunuh anggota gerakan makar yang tertawan. 6 Muhammad Amin Suma...et al., Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan Tantangan, h. 60 7 Muhammad Amin Suma...et al., Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan Tantangan, h. 61 2. Pemerintah harus merawat anggota gerakan makar yang mengalami luka- luka dengan baik. 3. Pemerintah tidak boleh merampas harta benda mereka. 8 Disini penulis mempersempit kajian tentang sanksi bagi pelaku makar dengan memfokuskan sanksi hukum yang terdapat dalam Pasal 104 KUHP, Pasal 106 KUHP, Pasal 107 KUHP dan menambahkan dengan Pasal 108 KUHP. Dalam ketentuan Pasal 104 KUHP jelas dinyatakan bahwa sanksi pidana bagi pelaku makar diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. Sedangkan ketentuan sanksi pidana pada Pasal 106 KUHP adalah bahwa pelaku makar diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. Dan ketentuan sanksi pidana pada Pasal 107 KUHP dinyatakan bahwa pelaku kejahatan makar sesuai dengan ayat 1 diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, dan ketentuan ayat 2 menyatakan bahwa ancaman pidana bagi pimpinan dan pengatur makar itu lebih berat, yakni pidana penjara seumur hidup atau pidana sementara paling lama dua puluh tahun. Selanjutnya ketentuan sanksi pidana pada Pasal 108 KUHP dijelaskan bahwa pelaku kejahatan pemberontakan sesuai dengan ayat 1 diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Dan dalam ketentuan ayat 2 disebutkan bahwa pemimpin dan pengatur pemberontakan dijatuhi hukuman yang lebih berat yaitu pidana penjara seumur hidup atau 8 Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fiqh Jinayat, Yogyakarta: UII Press, 2001, h. 42 pidana penjara paling lama dua puluh tahun. Rumusan kejahatan dalam Pasal 108 KUHP ini tidak terdapat dalam WvS Belanda, namun hanya ada didalam WvS Hindia Belanda yang dimuat dalam tahun 1930. Hal ini karena untuk menjamin keselamatan pemerintah Hindia Belanda dari kemungkinan dari serangan-serangan seperti itu, maka dimasukanlah kejahatan pemberontakan pada Pasal 108. 9 C. Relevansi Sanksi Hukum Bagi Bughat dan Pelaku Makar