56
karya yang mampu mengubah era perfilman Indonesia semakin meningkat. Di dalam novel tersebut juga diselipkan ajaran-ajaran islam yang berkisah tentang
ayat-ayat cinta Allah pada makhluk- Nya yang tertuang dalam Al Qur’an.
Selain “Ayat-Ayat Cinta” ada “Ketika Cinta Bertasbih”, “Dalam Mihrab Cinta
” , “Hafalan Shalat Delisa”, dan “Bidadari-Bidadari Surga”. Dan juga bulan Agustus ini satu buku terbitan Republika Penerbit berjudul Moga
Bunda Disayang Allah sedang dalam proses produksi. Dan, juga satu buku lagi yang berjudul Sunset Bersama Rosie, saat ini sudah dikontrak untuk diangkat
ke layar lebar.
E. Novel Islami Yang Sedang Dipromosikan Republika Penerbit
Di awal tahun 2013 Republika Penerbit memfokuskan strategi promosi mereka ke beberapa novel. Novel-novel tersebut tidak hanya tentang kisah fiksi
ataupun naratif, akan tetapi ada novel bibliografi tentang seseorang. Contoh novel fiksi yang difokuskan oleh Republika Penerbit agar sukses di awal tahun
2013 yaitu novel “Ratu Yang Bersujud” karya Mochammad Mahdavi. Serta novel atau buku biografi seseorang yang sedang gencar-gencarnya
dipromosikan adalah buku “Ayah…” karya Irfan Hamka.
1. Ratu Yang Bersujud Karya Mahdavi
Novel ini adalah novel yang berisikan tentang seseorang gadis yang bernama Charllotte Melati Neumuller. Awalnya, Charllotte Melati
Neumuller seorang gadis keturunan Jerman-Indonesia adalah seorang feminis sejati. Ia sangat gigih membela kepentingan kaum perempuan. Ia
57
menganggap bahwa agama, terutama Islam, telah meligitimasi perlakukan diskriminatif dan kekerasan terhadap kaum perempuan.
Kehadiran Lale, sepupunya, di Berlin membawa dimensi baru bagi kehidupan Charllotte. Lale menjawab dengan sangat indah segala
kecurigaan Charllotte. Lale menyadarkan Charllotte bahwa persepsi yang diyakininya selama ini terbentuk oleh berbagai propaganda jahat. Ada
kalimat yang bagus didalam buku ini : “Hijab adalah pembebasan dari ketergantungan kosmetik dan topeng.
Hijab adalah pembebasan untuk jujur pada hatimu. Hijab adalah pembebas jiwamu dari rantai-
rantai duniawi.”- Namun, ketika Charlotte memeluk agama Islam berbagai ujian
memilukan dialami Charllotte. Kisah-kisah cinta yang indah turut menyempurnakan kisah dalam novel ini. Sebuah novel yang akan
menginspirasi para muslimah untuk tampil dan berani berdialog tentang Islam dan perempuan di dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan, bahkan
dunia internasional.
9
2. “ Ayah..” karya Irfan Hamka
Buya Hamka. Nama besar ini bukan hanya dikenal sebagai ulama besar, melainkan juga sebagai sastrawan, budayawan, politisi, cendikiawan,
dan pemimpin masyarakat. Ketokohan serta keagungan karyanya membuat banyak orang tertarik untuk mengabadikannya.
9
http:www.republikapenerbit.combukudetail_buku234ratu-yang-bersujud.html, diakses pada tanggal 1 Juni 2013, pukul 20 .05 WIB
58
Melalui penuturan anak kelimanya dari Buya Hamka yatiu Irfan Hamka, Republika Penerbit ingin mengenal sosok besar Hamka, namun
dari sisi yang lebih dekat. Buya Hamka sebagai seorang ayah, suami, dan seorang kepala keluarga.
Buku Ayah… menyuguhkan banyak kenangan, pengalaman, dan kisah luar biasa yang mungkin tak akan kita peroleh selain dari orang-orang
terdekatnya.Dan, Republika
Penerbit merasa
beruntung bisa
“mendengarnya” langsung dari Penulis, lantas menyampaikannya kepada pembaca. Semoga pembaca pun dapat memperoleh manfaat dengan
membacanya. Berikut sebagian kecil nasihat dan pengalaman yang dikenang oleh
Irfan Hamka selama 33 tahun kebersamaannya dengan Buya Hamka, sang ayah. Kisah-
kisah dalam buku Ayah… akan membawa pembaca mengenal lebih dekat sosok Buya Hamka dari sisi yang berbeda.
“Ada tiga syarat yang harus dimiliki oleh orang yang suka berbohong. Pertama, orang itu harus memiliki mental baja, berani,
tegas, dan tidak ragu-ragu untuk berbohong. Jangan seperti kamu tadi. Kedua, tidak pelupa akan kebohongan yang diucapkannya.
Ketiga, harus menyiapkan bahan-bahan perkataan bohong untuk melindungi kebenaran bohongnya yang pertama. Contoh, ada
seorang teman bertanya kepada temannya, „Tadi hari Jum’at shalat di mana?’ Si teman yang ditanya sebenarnya tidak ikut shalat
berjamaah Jum’at, namun karena malu, dia berbohong, lalu menjawab, „Di Masjid Agung’. Si teman yang bertanya kembali
bertanya, „Di lantai mana kau shalat?’ Yang ditanya kembali menjawab, „Di lantai bawah’. Bertambah lagi bohongnya. „Saya
juga di lantai bawah, kok. Tidak,bertemu?’ Dengan mantap yang ditanya menjawab, ’Saya di shaf paling belakang’. Coba kau hitung,
Irfan Untuk melindungi bohongnya, berapa kali dia menambah bohong agar temannya percaya bahwa dia memang shalat di Masjid