Analisa Terhadap Penetapan Majelis Hakim Menurut Hukum Positif

Tahun 1974 maka perkawinan tersebut dapat diajukan itsbat nikahnya kepada Pengadilan Agama agar status perkawinannya menjadi jelas dan pasti. 17 Alasan-alasan diatas yang menjadi dasar hukum bagi hakim dalam menetapkan perkara nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn, dan hasilnya: 1. Mengabulkan permohonan Pemohon I dan Pemohon II. 2. Menyatakan sah perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II yang dilaksananakan pada tanggal 14 Maret 1992 di Wilayah Kantor Urusan Agama Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. 3. Memerintahkan kepada Pemohon I dan Pemohon II untuk mencatatakan pernikahan tersebut kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. 18 Setelah menganalisis lebih dalam lagi penetapan nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn disertai dengan bukti-bukti autentik berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP Pemohon I dan Pemohon II, yang mana Pemohon I sebagai suami yang bernama Emed disamarkan, tempattanggal lahir: Bogor, 01-04-1976 dan Pemohon II sebagai istri yang bernama Endah disamarkan, tempattanggal lahir: Bogor, 08-06-1979. Maka dapat diidentifikasi bahwasannya pernikahan yang dilakukan oleh Pemohon I dan Pemohon II pada tanggal 14 Maret 1992 termasuk pernikahan dibawah umur. Pada saat pernikahan dilangsungkan, tepatnya pada tanggal 14 Maret 1992 Pemohon I berumur 16 tahun dan Pemohon II berumur 13 tahun. 17 Salinan Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn 18 Salinan Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn. Jika ditinjau secara hukum positif yang berlaku di Indonesia, hal ini bertentangan dengan Undang-undang nomor 1 Tahun 1974. Yang mana dalam Bab II dijelaskan tentang syarat-syarat pekawinan di dalam pasal 6 ayat 2 yang berbunyi: “Untuk melangsung perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua”. Sedangkan dalam pasal 7 ayat 1 berbunyi: “Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 tahun”. 19 Selain itu, jika ditinjau dari segi perlindungan anak, praktek pernikahan dibawah umur yang dilakukan oleh pemohon I dan Pemohon II bertentangan dengan Undang-undang perlindungan anak. Dalam pasal 1 disebutkan bahwasanya: “dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. 20 Kemudian lebih lanjut dijelakan dalam pasal 26 ayat 1 huruf c bahwasanya: “orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak”. Dengan demikian dapat disimpulkan ternyata bukan hanya Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam saja yang melarang pernikahan dibawah umur, melainkan Undang-undang Perlindungan anak pun tidak menghendaki pernikahan dibawah umur. Meskipun demikian, para pasangan yang menikah dibawah umur sekaligus perkawinannya tidak tercatat di Kantor Urusan Agama Kecamatan 19 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, dan Hukum Perwakafan, Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008, Cet ke-II, h. 82-83. 20 Undang-undang Perlindungan Anak, Pustaka Mahardika: Yogyakarta, 2015, h. 3 tetap dimungkinkan untuk mengajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal para pasangan. Akan tetapi permohonan itsbat nikah tersebut harus disertai dengan adanya penetapan dispensasi nikah terlebih dahulu dari Pengadilan Agama. Hal ini termaktub dalam Undang- undang No. 1 tahun 1974 pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwasannya dalam hal penyimpangan dalam ayat 1 yang dimaksud adalah perkawinan dibawah umur dapat diminta dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita. 21 Terlepas adanya kesalahan atau tidak bagi hakim dalam menetapkan perkara nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn Sebetulnya itu lagi-lagi hanya masalah administratif, semoga saja bisa dijadikan pelajaran bagi kedepannya. karena pada dasarnya hakim itu diberi wewenang untuk berijtihad, hakim diperbolehkan mengenyampingkan undang-undang jika dirasa ada hal yang lebih penting dan bertujuan untuk kemashlahatan. Ini yang dinamakan dengan asas Contra legem. 22 Selain itu sekarang ini hakim bukan lagi sebatas corong undang- undang melainkan penemu undang-undang atau bisa dibilang pemenu hukum atas nama keadilan, ini adalah penjabaran luas dari asas contra legem. Yang mana hakim bebas berijtihad tanpa mengacu kepada undang-undang yang ada selama itu dirasa lebih adil. 21 Wawancara pribadi dengan Hasan Basri, selaku Hakim Pengadilan Agama Cibinong, 17 Maret 2015. 22 Wawancara pribadi dengan Hasan Basri, selaku Hakim Pengadilan Agama Cibinong, 17 Maret 2015.

D. Proses Pencatatan Ulang Itsbat Nikah Setelah Adanya Penetapan Dari Pengadilan Agama Cibinong

Menurut Drs. Ahman Adadi, selaku Pegawai Pencatat Nikah di KUA Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor mengenai pencatatan ulang itsbat nikah yang dilakukan oleh Pemohon I yang bernama Miftah disamarkan dengan Pemohon II yang bernama Endah disamarkan, sudah menjadi kewajiban pihak KUA. Hal ini didasarkan pada surat penetapan Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn yang dikeluarkan pada hari Jum’at, tanggal 24 Oktober 2015 Miladiyah bertepatan dengan tanggal 29 Dzulhijjah 1435 Hijriyah, oleh Drs. H. Hasan Basri, SH, MH sebagai Ketua Majelis, Dra. Sulkha Harwiyanti, SH., serta Drs. H. Subarkah, S.H., M.H masing-masing sebagai hakim anggota dan didampingi oleh Rahmat Firmansyah, S.Ag sebagai Panitera Penggati . 1 Dalam penetapan Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn dijelaskan bahwasanya Pemohon I dan Pemohon II diperintahkan untuk mencatatkan pernikahan tersebut kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. 2 Hal ini yang dijadikan dasar oleh Pegawai Pencatat Nikah KUA Kecamatan Cigudeg dalam pencatatan ulang terhadap pernikahan yang dilakukan oleh Pemohon I dengan Pemohon II. Sekalipun Pegawai Pencatat Nikah di KUA Kecamatan Cigudeg mengetahui bahwasanya pada saat pernikahan antara Pemohon I dengan Pemohon II, kedua mempelai tergolong 1 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Adadi selaku Pengawai Pencatat Nikah di KUA Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, 16 Januari 2015 2 Salinan Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn. dibawah umur. Terlepas masalah dispensasi nikah untuk menanggulangi pernikahan dibawah umur yang seharusnya dilakukan, tidak lagi diperlukan karena sudah ada penetapan langsung dari Pengadilan Agama Cibinong itu sendiri. 3

E. Dampak Hukum Yang Ditimbulkan Akibat Itsbat Nikah

Secara administrasi terdapat peraturan yang mengharuskan suatu pernikahan dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, hal ini diatur dalam PP No. 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama No. 3 dan 4 Tahun 1975. Di dalam Bab II pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, menyatakan bahwa pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkannya menurut agama Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No. 32 Tahun 1945 tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk. 4 Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 5 ayat 1 dan 2 menyatakan: 1. Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam setiap perkawinan harus dicatat. 2. Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat 1, dilakukan oleh pegawai pencatat nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun 1954. 3 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Adadi selaku Pengawai Pencatat Nikah di KUA Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, 16 Januari 2015 4 Moh. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Cet. II, Jakarta: Ind. Hii-Co, 1990, h. 131. Salah satu fungsi penting dari peraturan adalah sebagai penuntun perilaku. Dalam kondisi bagaimana orang-orang menggunakan atau bereaksi terhadap peraturan hukum, dalam kondisi apa mereka menolak, menyalah gunakan, atau bahkan mengabaikan hukum. Tindakan hukum legal acts memiliki banyak bentuk, keputusan apapun yang dibuat oleh otoritas hukum, baik peraturan baru yang mengaskan peraturan lama adalah tindakan hukum. Suatu tindakan hukum akan memiliki dampak, ketika hal itu secara klausal berkaitan dengan perilaku seseorang. 5 Seperti contohnya tindakan hukum melakukan perkawinan. Telepas dari Undang-undang itu sendiri, pencatatan nikah tentu memiliki banyak kegunaan diantaranya agar sebuah lembaga perkawinan yang mempunyai tempat yang sangat penting dan strategis dalam masyarakat Islam, bisa dilindungi dari adanya upaya-upaya negatif dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 6 Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwasanya setiap tidakan hukum pasti memilik dampak. Sama halnya dengan perkawinan pun memiliki dampakpositif dan negatif. Sebagaimana telah dijelaskan oleh banyak narasumber dari berbagai aspek hukum dan psikologi adalah sebagai berikut: 1. Dampak Negatif Berdampak negatif bilamana perkawinan tidak tercatatkan di KUA. Hal ini dapat berpengaruh pada perkembangan psikologis istri dan anak-anak nya karena tidak adanya kekuatan hukum atas 5 Lawrence M. Friedmean, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Cet ke- II, Bandung Nusa Media, 2009, h.61. 6 Satria Efendi, problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, h.34 perkawinan yang mereka lakukan. Hal tersebut sangat rentan dengan permasalahan yang akan timbul dikemudian hari. Seperti halnya suami tidak mengakui perkawinan yang telah diakadkan, kemudian anak- anak yang dilahirkan tidak dapat pengesahan hukum, suami bisa melakukan poligami dengan sesuka hatinya, hak-hak istri dan anak terabaikan dan lain sebagainya. Semua itu bisa terjadi akibat perkawinan yang tidak dicatatkan. 7 Secara hukum formal bahwa istri yang telah di nikahi oleh suaminya tanpa melakukan pencatatan di KUA yang mewilayahi tempat tinggal salah satu mempelai, dianggap bukan istri yang sah dimata Negara. Maka istri tersebut tidak berhak atas nafkah dan warisan dari suami jika ditinggal mati, serta tidak berhak atas harta bersama jika terjadi perceraian. 8 Inilah pentingnya aturan perkawinan yang harus dicatatkan, karena yang bisa menjadikan ada dan tidak adanya hak dan kewajiban adalah sebuah perikatan atau perjanjian yang ada melalui bukti-bukti. Meskipun secara fikih perkawinan yang tidak dicatatkan di KUA hukumnya sah dan diperbolehkan. Permasalahannya adalah apabila perkawinan mereka tidak di catatkan di KUA maka dapat dipastikan mereka tidak akan memiliki Akta Nikah. 7 Wawancara Pribadi Dengan Nukman, Selaku Ketua KUA Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, 16 Januari 2015 8 Wawancara Pribadi Dengan Nukman, Selaku Ketua KUA Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, 16 Januari 2015