pada bab ini menjelaskan tentang analisis penetapan hakim Bab ini berisikan kesimpulan sebagai jawaban atas masalah

ditetapkan dalam UU Larangan Perkawinan Anak Tahun 1929, adalah 21 tahun bagi anak laki-laki dan 18 tahun bagi anak perempuan. 5 Sementara di Turki sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 UU Hukum Perdata Turki, usia perkawinan baik laki-laki atau perempuan adalah 18 tahun, dengan persetujuan dari hakim. Kemudian pembatasan usia perkawinan juga dilakukan di Malaysia, sebagaimana UU Hukum Keluarga Malaysia menetapkan bahwa perkawinan tidak dapat dilangsungkan ketika laki-laki berusia dibawah 18 tahun dan perempuan dibawah 16 tahun, kecuali ketika hakim Syariah memberikannya izin secara tertulis dengan alasan yang mendesak. 6 Dari ketentuan diatas, dapat disimpulkan bahwa Negara-negara mayoritas muslim mulai membatasi usia perkawinan, baik laki-laki maupun perempuan. Hal utama yang tidak dapat dihindarkan dari kenyataan tersebut adalah bahwa Negara-negara mayoritas muslim masih dipengarui oleh tradisi hukum Islam yang masih kuat di setiap wilayah, sehingga tidak adanya ketetapan eksplisit yang dibuat oleh para Ulama terdahulu tentang usia perkawinan dianggap sebagai suatu hal yang harus dipertahankan. Hanya beberapa Negara saja yang mulai beranjak dari pengertian tradisional tentang usia kelayakan, dengan lebih mempertimbangkan aspek psikis dan fisik calon pengantin. 7 5 Kamrul Hossain, ”In Serch of Equality: Marriage Related Lawsfo Muslim Womenin Bangladesh”, h. 97. 6 Pasal 5 UU Hukum Keluarga Malaysia. 7 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Kontemporer, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011, h. 253-259. Sekalipun dalam hukum positif Indonesia telah menetapkan batas minimum usia perkawinan, namun disisi lain juga diatur Undang-undang mengenai dispensasi nikah. Dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 bahwasannya seseorang yang belum cukup umur untuk melangsungkan pernikahan jika tidak terpenuhi maka tidak dapat melagsungkan pernikahan. Akan tetapi dalam pasal 2 dijelaskan lebih lanjut bahwasannya: “dalam hal penyimpangan terhadap ayat 1 pasal ini dapat diminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita”. Adapun ketentuan landasan dispensasi nikah bagi bagi calon mempelai yang belum mencapai usia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan adalah pasal 7 ayat 1 sampai 3 UU No. 1 Tahun 19874 tentang Perkawinan. 8

B. Perkawinan Bawah Tangan dan Urgensi Pencatatan Nikah

Perkawinan bawah tangan atau biasa dikenal dengan nikah sirri menurut hukum Islam adalah sah apabila memenuhi semua rukun dan syarat sahnya perkawinan meskipun perkawinan tersebut tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama. Dalam beberapa hadis disebutkan tentang larangan orang menikah secara sembuyi-sembunyi illegal. Seperi hadis yang berbunyi: “janganlah kalian melacur dan melakukan pernikahan sirri”. 9 8 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, dan Hukum Perwakafan, Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008, Cet. Ke-II, h. 82-83 9 Sunan at-Tirmidzi, Kitab An-Nikah, hadis No 1008,