C. Analisa Terhadap Penetapan Majelis Hakim Menurut Hukum Positif
Setelah membaca dan mempelajari perkara itsbat nikah Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn, terlihat bahwa perkara ini adalah permohonan para
pihak yang menginginkan kepastian hukum terhadap pernikahan yang telah mereka langsungkan pada tanggal 14 Maret 1992. Akibat kelalaian pemohon
tidak mendaftarkan pernikahannya ke Kantor Urusan Agama KUA yang mewilayahi tempat mereka tinggal, yang mana pernikahan mereka
dilaksanakan di kediaman istri dan hanya dihadiri oleh wali, keluarga dan beberapa saksi tanpa melibatkan Pegawai Pencatat Nikah, maka untuk
mendapat kekuatan hukum dalam perkawinannya agar dapat diakui oleh Negara, para pemohon mengajukan permohonan itsbat nikah ke Pengadilan
Agama pada tanggal 12 September 2014. Dalam masalah perkawinan, pencatatan merupakan suatu hal yang
mutlak di perlukan, bahkan bukan hanya bersifat anjuran melainkan bersifat keharusan karena dalam masalah perkawinan ini bukan saja bersangkutan
dengan harta benda, tetapi menyangkut pula dengan masalah status kelangsungan hidup, dan hak-hak keperdataan seseorang. Jika suatu
perkawinan dilaksanakan dengan baik dan memenuhi ketentuan syarat-syarat administrasi yang telah ditetapkan oleh Negara, maka hukumlah yang akan
menjamin dan melindungi hak-hak mereka. Negara akan menjamin perlindungan hukum bagi Warga Negara
Indonesia yang tunduk dan patuh kepada ketentuan-ketentuan dan hukum yang berlaku. Termasuk kewajiban untuk mendaftar dan mencatatkan
pernikahan yang akan dilangsungkan ke PPN Pegawai Pencatat Nikah di KUA Kantor Urusan Agama yang mewilayahi tempat tinggal salah satu
calon mempelai. Hal ini termaktub dalam Kompilasi Hukum Islam pasal: 1. Pasal 5 ayat 1 agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat
islam setiap perkawinan harus dicatat. 2. Pasal 5 ayat 2 pencatatan perkawinan tersebut pada ayat 1,
dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32
Tahun 1954. Akibat kelalaian para pemohon tidak mematuhi
peraturan tersebut yakni tidak memenuhi persyaratan secara administrasi dengan tidak
mendaftarkan pernikahannya ke PPN di KUA yang mewilayahi tempat tinggal salah satu calon mempelai, maka Negara pun tidak bisa melindungi hak-hak
keperdataan masing-masing pihak. Karena mengingat pentingnya akta nikah, yakni pemohon membutuhkan akta nikah tersebut untuk alasan hukum dalam
pengurusan untuk melengkapi persyaratan pembuatan akta kelahiran yang memerlukan penetapan dan pengesahan nikah. Maka dari itu para pemohon
memutuskan untuk mengajukan surat permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama Cibinong guna memperoleh pengakuan atas ke-absahan pernikahannya
dimata hukum dan Negara, sehingga memperoleh kekuatan hukum tetap dan hak-hak keperdataan masing-masing pasangan dapat dijamin oleh Negara.
Karena itsbat nikah adalah termasuk perkara bidang perkawinan maka pada dasarnya sesuai ketentuan asal 89 ayat 1 UU. No. 7 Tahun 1989
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang
Peradilan Agama dan berdasarkan pasal 7 ayat 3 huruf d dan e Kompilasi Hukum Islam, maka permohonan para pemohon dapat dikabulkan oleh
Pengadilan Agama Cibnong.
15
Dalam pasal 7 ayat 3 huruf d Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwasannya: itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama salah
satunya mengenai hal-hal yang berkenaan dengan perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Akan tetapi boleh
juga dimohonkan itsbat nikahnya bagi perkawinan yang terjadi sesudah berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dengan alasan-alasan yang
disebutkan didalam KHI pasal 7 ayat 3 huruf a b c dan e.
16
Kemudian dalam pasal 7 ayat 3 huruf e Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwasannya: itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan
Agama salah satunya mengenai hal-hal yang berkenaan dengan perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan
menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Dengan demikian perkawinan pasangan suami istri yang dilakukan setelah berlakunya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan tidak tercatat pada Kantor Urusan Agama Kecamatan yang berwewenang sepanjang perkawinan tersebut tidak
mempunyai halangan perkawinan tersebut menurut Undang-undang Nomor 1
15
Salinan Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn.
16
Wawancara pribadi dengan Hasan Basri selaku Hakim Pengadilan Agama Cibinong, 17 Maret 2015.
Tahun 1974 maka perkawinan tersebut dapat diajukan itsbat nikahnya kepada Pengadilan Agama agar status perkawinannya menjadi jelas dan pasti.
17
Alasan-alasan diatas yang menjadi dasar hukum bagi hakim dalam menetapkan perkara nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn, dan hasilnya:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon I dan Pemohon II. 2. Menyatakan sah perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II yang
dilaksananakan pada tanggal 14 Maret 1992 di Wilayah Kantor Urusan Agama Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor.
3. Memerintahkan kepada Pemohon I dan Pemohon II untuk mencatatakan pernikahan tersebut kepada Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor.
18
Setelah menganalisis
lebih dalam
lagi penetapan
nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn disertai dengan bukti-bukti autentik berupa fotokopi
Kartu Tanda Penduduk KTP Pemohon I dan Pemohon II, yang mana Pemohon I sebagai suami yang bernama Emed disamarkan, tempattanggal
lahir: Bogor, 01-04-1976 dan Pemohon II sebagai istri yang bernama Endah disamarkan, tempattanggal lahir: Bogor, 08-06-1979. Maka dapat
diidentifikasi bahwasannya pernikahan yang dilakukan oleh Pemohon I dan Pemohon II pada tanggal 14 Maret 1992 termasuk pernikahan dibawah umur.
Pada saat pernikahan dilangsungkan, tepatnya pada tanggal 14 Maret 1992 Pemohon I berumur 16 tahun dan Pemohon II berumur 13 tahun.
17
Salinan Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn
18
Salinan Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor: 499Pdt.P2014PA.Cbn.