Karakteristik Responden HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik penderita diabetes mellitus responden bervariasi mulai dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan riwayat diabetes mellitus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden berumur 54-58 tahun 37,0. Jika dilihat dari hasil penelitian yang di lakukan Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang 96 pasien diabetes mellitus berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang 4 yang berusia 40 tahun wulandari, 2006. Ini menunjukkan bahwa diabetes mellitus dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama 41-53 tahun karena resiko terkena diabetes mellitus akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunkan fungsi endokrin untuk memproduksi insulin. Diabetes mellitus tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu usia 40 tahun, sedangkan diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40 tahun Sukarmin, 2008. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Varner dan Davidson di dalam Notoatmodjo 2013 bahwa dengan bertambahnya usia maka akan mengurangi kemampuan untuk melihat, mendengar yang akan mempengaruhi dirinya dalam mendapatkan pengetahuan. Jenis kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan 56,6. Pada penelitian Istiantho 2009 dengan disain cross sectional di Kota Ternate yang mendapatkan mayoritas respondennya adalah perempuan yaitu 310 orang 61,8 dibandingkan laki-laki yaitu 192 orang 38,2. Hal ini sejalan dengan penelitian Universitas Sumatera Utara Julianti 2012 di Rantauprapat bahwa lebih banyak perempuan yaitu sebanyak 36 orang 54,5 dan laki-laki sebanyak 30 orang 45,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menderita diabetes mellitus karena berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus . Hal ini disebabkan oleh karena adanya gangguan toleransi insulin. Pada waktu kehamilan tubuh banyak memproduksi hormon estrogen, progesteron, gonadotropin, dan kartikosteroid, dimana hormon tersebut memiliki fungsi yang antagonis dengan insulin. Untuk itu tubuh memerlukan jumlah insulin yang lebih banyak Waspadji, 2004. Pendidikan rata-rata responden yang diteliti yaitu SMASMK 29,6. Hasil penelitian Mansyur 2010 yang mendapat proporsi pendidikan tertinggi responden dalam faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus di Lubuk Pakam adalah SLTA yaitu sebesar 43,1 dan terendah pada tidak tamat SDtidak sekolah sebesar 11,3. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa cakupan pengetahuan atas keluasan wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semkin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah atau tidak seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuaannya Fauzi A, 2011. Universitas Sumatera Utara Sebagian besar pekerjan responden adalah ibu rumah tangga 31,1. Berbeda dengan hasil penelitian Julianti 2012 di RS. Umum Daerah Rantauprapat pada tahun 2011 diperoleh proporsi pekerjaan penderita diabetes mellitus tertinggi adalah PNSTNIPOLRI yaitu sebanyak 22 orang 33,3 dan terendah adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 6 orang 9,1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan responden terbanyak yaitu ibu rumah tangga berkaitan dengan kebiasaan pola makan yang kurang berserat serta gaya hidup yang tidak sehat serta dengan kebiasaan pola makan yang ada di lingkungan seperti mengkonsumsi santan atau lemak yang berlebihan. Hal ini membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak sempurna sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon insulin dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh. Sehingga pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin Saptarini, 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya pendapatan responden adalah ≥Rp. 1.000.000,- 55,6. Begitu juga dengan penelitian Aysyahtun 2011 yang mendapatkan bahwa pendapatan responden adalah ≥Rp. 905.000,- sebanyak 33 orang 55 dan yang lainnya hanya 22 orang 45. Penderita diabetes mellitus memiliki gejala selalu haus dan lapar. Bagi penderita diabetes mellitus yang berpenghasilan tinggi, memungkinkan mereka untuk dapat membeli apa saja yang mereka inginkan. Dengan hasil penelitian ini, maka akan berimplikasi dengan pola makan responden. Sebagian besar responden tidak memiliki riwayat diabetes mellitus 63,0. Seperti diketahui bahwa gaya hidup atau kebiasaan dilingkungan salah Universitas Sumatera Utara satu faktor determinan penyakit diabetes mellitus.Penyakit diabetes mellitus kabanyakan adalah penyakit keturunan, bukan penyakit menular. Meskipun demikian bukan berarti penyakit tersebut pasti menurun kepada anak, walaupun kedua orang tuanya penyakit diabetes mellitus Susilo, 2011.

5.2. Pola Makan a. Pengetahun