Pendekatan Sosiologis Definisi Perilaku Pemilih

15 pula kemungkinan bahwa ia akan berpartisipasi dalam pemilu. Bila posisi pandangan sang pemilih semakin cocok dengan kandidat sebuah partai tertentu, maka semakin besar pulalah kemungkinan bahwa ia akan memilih kandidat tersebut. Para peneliti pemilu dari Ann Arbor berpandangan bahwa preferensi kandidat dan orientasi isu lebih tergantung kepada perubahan dan fluktuasi dibandingkan dengan identifikasi partai. 22 Oleh karena itu, Angus Campbell sejak tahun 1960 sudah memandang identifikasi partai sebagai sebuah ikatan partai psikologis dan stabil, yang tidak lagi dipengaruhi oleh faktor pengaruh jangka pendek. 23

c. Pendekatan Pilihan Rasional Rational-Choice

Pusat perhatian berbagai pendekatan teoritis mengenai perilaku pemilih yang rasional terletak pada perhitungan biaya dan manfaat cost and benefit. Dari pendekatan pilihan rasional, yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya ketergantungan terhadap ikatan sosial struktural atau ikatan partai yang kuat, melainkan hasil penilaian rasional dari warga yang baik. Sebenarnya pendekatan pilihan rasional diadopsi dari ilmu ekonomi. Karena didalam ilmu ekonomi menekankan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini senada dengan perilaku politik yaitu seseorang memutuskan memilih kandidat tertentu setelah mempertimbangkan untung ruginya sejauhmana program-program yang disodorkan oleh kandidat 22 Campbell et al, The Voter Decides, 183. 23 Campbell et al. The American Voter, 121. 16 tersebut akan menguntungkan dirinya, atau sebaliknya malah merugikan. Para pemilih akan cenderung memilih kandidat yang kerugiannya paling minim. Dalam konteks pendekatan semacam ini, sikap dan pilihan politik tokoh- tokoh populer tidak selalu diikuti oleh para pengikutnya kalau ternyata secara rasional tidak menguntungkan. Beberapa indikator yang biasa dipakai oleh para pemilih untuk menilai seorang kandidat khususnya bagi pejabat yang hendak mencalonkan kembali, diantaranya kualitas, kompetensi, dan integrasi kandidat. 24 Pada awal 60-an, Valdimer O Key menuding bahwa kedua pendekatan untuk menerangkan perilaku pemilih yang selama ini berlaku yaitu pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis, merendahkan rasionalitas manusia. 25 Menurut Key, masing-masing pemilih menetapkan pilihannya secara retrospektif, yaitu dengan menilai apakah kinerja partai yang menjalankan pemerintahan pada periode legislatif terakhir sudah baik bagi dirinya sendiri dan bagi negara, atau justru sebaliknya. Penilaian ini juga dipengaruhi oleh penilaian terhadap pemerintah di masa lampau. Apabila hasil penilaian kinerja pemerintah yang berkuasa juga bila dibandingkan dengan pendahulunya positif, maka mereka akan di pilih kembali. Apabila hasil penilaiannya negatif, maka pemerintahan tersebut tidak akan dipilih kembali. 26 Menurut Anthony Downs, pemilih yang rasional hanya menuruti kepentingannya sendiri atau kalaupun tidak, akan selalu mendahulukan 24 http:bluean9el.wordpress.com20111122rational-choice-theory-teori-pilihan-rasional . Diakses pada 3 Oktober 2013. 25 Valdimer O Key, The Responsible Electorate: Rationality in Presidential Voting 1936- 1960 Melbourne: Cambridge University Press, 1966, 7. 26 Key, The Responsible Electorate, 61. 17 kepentingannya sendiri di atas kepentingan orang lain, ini disebut dengan self- interest axiom. 27 Walaupun menurut Downs, tidak semua orang merupakan orang yang egois, ”bahkan dalam politik sekalipun,” namun ia tiba pada kesimpulan bahwa “sosok-sosok heroik” ini dari segi jumlah dapat diabaikan. 28 Manusia bertindak egois, terutama oleh karena mereka ingin mengoptimalkan kesejahteraan material mereka, yaitu pemasukan atau harta benda mereka. Jika hal ini diterapkan kepada perilaku pemilu, maka ini berarti bahwa pemilih yang rasional akan memilih partai atau kandidat yang paling menjanjikan keuntungan bagi dirinya. Pemilih tidak terlalu tertarik kepada konsep politis sebuah partai, melainkan pada keuntungan terbesar yang dapat ia peroleh apabila partai atau kandidat ini menduduki pemerintahan dibandingkan dengan partai atau kandidat lain. Untuk dapat memperkirakan atau menghitung keuntungan ini, Downs mengistilahkannya sebagai “utility maximation,” pemilih harus memiliki informasi mengenai kegiatan partai atau kandidat di masa lalu dan apa yang mungkin dilakukan partai atau kandidat di masa mendatang. Dan pemilih yang rasional membutuhkan informasi yang lengkap. Dengan adanya informasi yang lengkap, alternatif-alternatif pilihan lebih mudah untuk dirumuskan. 29 Menurut Ramlan Surbakti dan Dennis Kavanaagh, bahwa pilihan rasional melihat kegiatan perilaku memilih sebagai produk kalkulasi antara untung dan 27 Anthony Downs, Okonomische Theorie der Demokratie, engl.: An Economic Theory of Democracy 1957 New York: Tubingen, 1968, 26. 28 Downs, Okonomische Theorie der Demokratie, 27. 29 Roth, Studi Pemilu Empiris, 49.